SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Dian Hidayatul C, Dian Nur Afifah, Arifal Aris

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat sarjana SI Keperawatan S Oleh : SITI ARIFAH J 220 060 010 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di Indonesia. (Dinkes DKI, 2006). Departemen Kesehatan melalui program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue berupaya agar kasus DBD di Indonesia dapat ditekan sekecil mungkin dengan menetapkan target pencapaian program sampai dengan tahun 2010, yaitu : a) Diperolehnya penurunan angka insiden DBD sebesar 20 per 100.000 penduduk di daerah endemis, b) Tercapainya penurunan angka insiden DBD sebesar 5 per 100.000 penduduk secara nasional, c) Dicapainya angka bebas jentik 95% dan d) Dicapainya angka kematian (CFR) DBD sebesar 1% (Depkes, 2003). Penyebab peningkatan jumlah kasus dan semakin bertambahnya wilayah terjangkit antara lain karena perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk masih kurang (Depkes, 2003). Angka kesakitan rata-rata DBD terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1988 yaitu 27,09 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 47.573 orang. (Hadinegoro, 2004). Namun hingga saat ini, setelah lebih dari empat dasawarsa, penyakit ini belum dapat dibasmi hingga tuntas. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan cenderung meningkat dan secara sporadis selalu menjadi kejadian luar biasa (KLB)(Iskandar, 2006). Pada bulan Mei 1993, Full Teks 1 Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

Kongres Kesehatan Sedunia yang ke-46 telah menyetujui sebuah resolusi tentang upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dan pemberantasannya, yang kemudian melahirkan pemikiran bahwa pemberdayaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang berskala nasional maupun lokal adalah ditingkatkannya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat (WHO, 2003). Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduk berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga memilki derajat kesehatan yang optimal. Dengan visi ini pembangunan kesehatan dilandaskan pada paradigma sehat. Paradigma sehat tersebut dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat (Dinkes Propinsi jawa Tengah,2006). Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pemberantasan nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Depkes mengembangkan metode pencegahan penyakit Demam Berdarah untuk mengubah perilaku masyarakat Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 2

dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relatif lebih murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara melakukan kegiatan 3 M plus yaitu menutup, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Depkes, 2003). Angka kejadian (IR) DBD Kabupaten Sragen tahun 2006 adalah 25,5 per 100.000 penduduk dengan angka kematian kasus 1,87%. Angka Bebas Jentik Kabupaten Sragen belum mencapai target seperti yang ditetapkan oleh Program P2DBD. Target ABJ di seluruh daerah di Indonesia adalah 95%, sedangkan di Kabupaten Sragen ABJ tahun 2006 adalah 91,1%. Kasus DBD sampai dengan bulan Juni 2006 sejumlah 213 kasus dengan jumlah kasus meninggal 4 orang.(dinkes Kab.Sragen, 2006). Di wilayah kerja Puskesmas Masaran II tahun 2006 diperoleh data penderita DBD sebanyak 5 kasus. Jumlah ini masih di atas Angka Kesakitan Nasional (>20/100.000 penduduk), bila berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2006 di wilayah kerja Puskesmas Masaran II sebanyak 28.168 jiwa. Dari enam desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Masaran II, Desa Kliwonan tercatat memiliki kasus DBD terbanyak yaitu sebanyak 2 kasus (Puskesmas Masaran II, 2006). Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 3

Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian vektor Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan yang disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara fisik maupun kimia (DepKes RI, 2002). Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit DBD dan cara pengendalian nyamuk Aedes aegypti dengan program PSN telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen untuk mengubah perilaku masyarakat agar sesuai dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tetapi dalam kegiatan sehari-hari masyarakat belum melakukan PSN secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakat untuk turut memberantas penyakit DBD belum seperti yang diharapkan. Diduga pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dan program PSN belum memadai. Terbukti dengan masih terdapat pendapat di masyarakat bahwa seseorang menderita penyakit disebabkan kondisi tubuhnya lemah dan bila terdapat penderita DBD, masyarakat meminta dilakukan pengasapan tanpa diikuti PSN. Sehingga pengetahuan dan perilaku masyarakat tidak mendukung sepenuhnya program PSN dan kurang berpartisipasi dalam program tersebut. Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 4

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya. (Notoatmodjo, 2005). Penelitian yang dilakukan Wulandari (2007) di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen menyimpulkan ada hubungan yang cukup bermakna antara pengetahuan tentang program PSN dengan keberadaan larva Aedes aegypti (χ²=4.83; p=0.094) yang dijelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang program PSN, semakin sedikit ditemukan larva dalam kontainernya. Mengingat angka kasus demam Berdarah yang masih tinggi dan cenderung meningkat di wilayah kerja Puskesmas Masaran II, maka perlu adanya upaya untuk menurunkannya secara lebih intensif. Perilaku masyarakat mencegah dan memberantas penyakit DBD perlu dibentuk dengan metode lebih baik. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dalam mencegah penyakit Demam Berdarah di Desa Kliwonan Masaran Sragen. Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 5

B. Perumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah : Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran II Sragen? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam upaya mencegah penyakit demam berdarah. Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Kliwonan tentang penyakit demam berdarah. 2. Untuk mengetahui perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masyarakat Desa Kliwonan D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat : 1. Manfaat Teoritis - Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu pengetahuan bagi peneliti, tenaga kesehatan dan masyarakat umum. Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 6

- Sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pencegahan penyakit demam berdarah. 2. Manfaat Praktis Untuk memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah. E. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis antara lain pernah dilakukan oleh Sombowidjojo (2002) yaitu Thesis dengan judul Persepsi Dan Perilaku Partisipasi Dalam Program Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue Oleh Masyarakat Di Wilayah Magelang Selatan. Penelitian ini membahas tentang partisipasi mayarakat dalam program Pokjanal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pendapat positif terhadap pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD, terbukti adanya pengalaman yaitu : kecenderungan terdapat hubungan antara pernyataan responden mengerti tentang program PSN (75,3%) dengan dapatnya menjelaskan kembali hal-hal yang telah dimengerti sebelumnya tentang program PSN tersebut (74%).Penelitian dilakukan di 3 kelurahan, yaitu di Magelang Selatan. Subjek yang diteliti kepala keluarga. Jenis penelitian secara observasional dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan dengan yang penulis lakukan disini yaitu, tempat penelitian hanya satu kelurahan, Subjek penelitian kepala rumah tangga, sama-sama menggunakan alat ukur kuesioner. Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 7

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap program PSN menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Erupsiana di Boyolali menunjukkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD mempengaruhi keberadaan populasi larva Aedes aegypti. Semakin tinggi pengetahuan responden, semakin sedikit ditemukan larva Aedes aegypti di kontainer mereka (Erupsiana, 2007). Demikian pula penelitian Rumijati di wonogiri menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap masyarakat terhadap PSN dengan populasi larva. Semakin tinggi sikap masyarakat terhadap PSN semakin sedikit populasi larva Aedes aegypti di kontainer mereka (Rumijati, 2002). Tetapi penelitian Isnuwardani di kupang NTT tentang penggerakan PSN DBD menunjukkan hasil yang berbeda. Meskipun program PSN dilaksanakan dengan sangat baik ternyata angka bebas jentik (ABJ) peningkatannya tidaklah signifikan. Masih jauh dibawah target Nasional. Sesudah perlakuan, ABJ hanya sekitar 75% Hal ini mungkin disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi (Isnuwardani, 2000). Full Teks Fakultas Ilmu Kesehatan UMS 8