BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA. a. Pengertian Waris Menurut Hukum Islam

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB II KONSEP WARIS DAN HAK WARIS

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA WARIS BERBEDA AGAMA. Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yarisu-warisan yang

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Spirit Keadilan Dalam Warisan :Dirasah Hadis Edisi 37

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

FITNAH SEBAGAI PENGHALANG KEWARISAN. otomatis hukum waris mengakui adanya perpindahan hak dan kepemilikan si pewaris

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN

BAB IV ANALISIS AH TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM PERDATA. A. Ahli waris pengganti menurut hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

WARIS ISLAM DI INDONESIA

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB II KEDUDUKAN WALI AD}AL DAN HARTA WARISAN

BAB V PENUTUP. 1. Penetapan hak waris anak dalam kandungan menurut mazhab Syafi i adalah. diperkirakan satu saja, lebih dari itu adalah langka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri. Salah satu komponen hukum yang menjadi bagian dari hukum

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

KEDUDUKAN ANAK HASIL HUBUNGAN ZINA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF. Ali Mohtarom Universitas Yudharta Pasuruan

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1) Nama : Yudi Hardeos, S.H.I., M.S.I. 2) Tempat/Tanggal Lahir : Curup,

Transkripsi:

23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan sebab-sebab tertentu, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. 1 Mewaris secara tidak langsung atau mewaris karena penggantian (plaatsvervulling) pada dasarnya menggantikan kedudukan ahli waris yang telah lebih dulu meninggal dari pewaris diatur dalam KUHPerdata, ahli waris pengganti menduduki kedudukan orang tuanya secara mutlak, artinya, segala hak dan kewajiban orang tuanya yang berkenaan dengan warisan beralih kepadanya. 2 1 Inpres nomor 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171. 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 841-848.

24 B. Dasar Hukum Waris Dasar dan sumber utama dari peradilan agama sbagai lembaga negara yang berwenang menyelesaikan masalah antar sesama orang islam, sebagai hukum agama adalah nas} atau teks yang terdapat dalam al-qur an dan hadis Nabi, hal hal yang secara langsung mengatur kewarisan adalah sebagai berikut: an-nisa> ayat 9: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. 3 3 Departemen Agama Republik Indonesia, al-qur an dan Terjemah,79.

25 4 Artinya: Dari Jabir bin abdullah berkata: ketika kami keluar bersama Rasulullah SAW seorang perempuan dari golongan ansor mendatangi kami bersama kedua anak perempuannya, lalu ia berkata: Ya Rasulullah, ini dua orang anak perempuantsabit bin Qais yang telah terbunuh bersamamu di perang uhud. Paman merekamengambil harta peninggalan ayah mereka dan tidak memberikan apa-apa untuk mereka. Demi Allah keduanya tidak dapat menikah tanpa harta. Nabi berkata: Allah akan menetapkan hukum dalam kejadian tersebut. Kemudian turun surat an-nisa. Nabi memanggil si paman dan berkata: Berikan dua pertiga untuk mereka, seperdelapan untuk ibu mereka dan selebihnya ambil untukmu. Mengenai dasar hukum tentang kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam secara garis besar tetap berpedoman pada hukum kewarisan Islam yang bersumber dari al-qur an dan hadis.perumusan Kompilasi Hukum Islam sangat sedikit yang bersumber dari penyesuaian dengan hukum adat, perumusan Kompilasi Hukum Islam lebih mengarah kepada pengadaptasian secara terbatas, yaitu dengan selektif dan sangat berhati-hati. 5 4 Abu> Da>wud, Sunan Aby Da>wud, Juz II, (Beirut: Da>r al-fikr, 1994), 109. 5 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan, 47.

26 Adapun dasar hukum waris dalam KUH Perdata terdapat pada Pasal 830 sampai dengan Pasal 1002 KUH Perdata yang intinya 6 Bagian I Tentang Ketentuan Umum (diatur Pasal 830 s/d pasal 851): yang intinya, mengatur tentang Segala harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia, adalah kepunyaan para ahli waris (Pasal 833 KUH Perdata), yang berbunyi Para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak miik atas semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal. C. Rukun Waris Sedangkan dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam rukun waris adalah: a. Pewaris, adalah orang yang pada saat meninggal dunia atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. b. Ahli waris, adalah orang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. 6 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 874-1004

27 c. Harta warisan adalah harta bawaan ditambah bagian harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya perawatan jenazah (tahji>z), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. 7 Dari uraian di atas tampak hanya ada sedikit perbedaan antara rukun waris secara Islam maupun secara hukum positif Indonesia yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam. D. Syarat-syarat Waris Kewarisan mewajibkan syarat-syarat sebagai berikut: Kematian pewaris baik secara h{aqi>qiy, h}ukmiy, maupun taqdi>riy. Ahli waris secara pasti masih hidup ketika pewaris meninggal. Syarat kedua dari waris tersebut menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu: bagian ahli waris yang mafqu>d, anak dalam kandungan, dan orang yang mati di saat yang bersamaan. Mafqu>d, sebelum kematiannya diputuskan oleh hakim maka bagian perolehan warisnya ditahan sampai orang tersebut dinyatakan meninggal atau sampai orang tersebut ditemukan. 8 Anak dalam kandungan berhak memperoleh harta waris, bagian untuknya ditahan sampai ia dilahirkan, kelahirannya dalam keadaan hidup ini merupakan bukti bahwa ia benar-benar hidup saat kematian pewaris. 7 Inpres nomor 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171 huruf (b), (c), dan (e). 8 Abu Khattab Mahfu>z } Ibn Ah}mad Ibn H}asan al-kalwaz any, at-tahz i>b fi Ilm al-fara> id} wa al- Was}iyah, (Riya>d}: Maktabah al- Abikan, 1995), 258.

28 Orang yang mati di saat yang bersamaan yang saling berhak mendapatkan warisan, misalnya seorang bapak dan anak yang tenggelam bersama-sama sehingga tidak diketahui mana yang meninggal lebih dulu, maka mereka tidak dapat saling mewarisi antara satu dengan yang lainnya karena tidak jelas mana yang meninggal terlebih dahulu. Harta mereka diwarisi oleh para ahli warisnya yang benar-benar masih hidup pada saat kematian mereka. 9 E. Sebab-sebab Mendapatkan Waris Ada tiga sebab seseorang memperoleh warisan dari orang lain, yaitu: 1. Hubungan pernikahan, jika suami atau istri meninggal setelah terjadi aqad nikah yang sah meskipun qabla dukhu>l maka di antara mereka dapat saling mewarisi. 10 2. Hubungan nasab atau kekerabatan, hubungan ini merupakan sebab memperoleh kewarisan yang terkuat, karena kekerabatan adalah sebab yang tidak dapat dihilangkan dan berlaku secara mutlak. 11 9 S}a>lih} Ah}mad as-sya>miy, Fara> id} Fiqhan wa H}isa>ban, Juz I, (Beirut: al-maktab al-isla>miy, 2008), 189. 10 Muh}ammad Muh}yiy ad-di>n Abd al Hami>d, Ah}ka>m al-mawa>ris, (Saudi Arabia: Da>r al-kita>b al- Arabiy, 1984), 15. 11 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, 116.

29 3. Wala>, yaitu hubungan kewarisan akibat seseorang memerdekakan hamba sahaya atau kesediaan orang tolong-menolong dengan orang lain melalui perjanjian perwalian. 12 Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam sebab-sebab mendapatkan waris adalah: 1. Mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris. 2. Beragama Islam. 3. Tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. 13 4. Penghalang Kewarisan 14 F. Penghalang Kewarisan Penghalang mewarisi, yaitu perbudakan, pembunuhan, dan perbedaan agama. 15 Sedangkan menurut Aly as-s}a>bu>niy syarat ketiga yaitu mengetahui kedudukan ahli waris berdasarkan hubungannya dengan pewaris secara pasti dan jelas, seperti sebagai suami istri, anak kandung, kakek, dan 12 Abd al- Az}i>m Syaraf ad-di>n, Ahka>m al-mi>ra>s wa al-wasiyah fi as-syari> ah al-isla>miyah, (Kairo: Da>r al-fikr al-hadi>s, 1962), 6. 13 Inpres nomor 1 tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171 huruf (c). 14 Ibid, Pasal 173, huruf (a) dan (b). 15 Fatchur Rahman, Hukum Waris, 82.

30 lain sebagainya sehingga mereka tahu besarnya bagian yang diperoleh akan berbeda berdasarkan hubungan tersebut. 16 Penghalang-penghalang kewarisan tersebut adalah: a Pembunuhan Pembunuhan menjadi penghalang kewarisan karena seseorang yang menyebabkan kematian seseorang tidak dapat mewarisi harta orang yang meninggal. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: Artinya: bagi pembunuh tidak punya hak warisan sedikitpun. 17 Menurut ulama Sya>fi iyyah semua jenis pembunuhan menghalangi kewarisan secara mutlak, baik itu pembunuhan khat}a,pembunuhan amd, atau syibh al- amd, maupun pembunuhan yang mempunyai hak seperti eksekutor dan saksi. 18 Ulama H}anafiyyah dan H}ana>bilah berpendapat semua jenis pembunuhan yang mewajibkan hukum qis}a>s}, diyah atau 16 Muh{ammad Aly as-s}ab> u>niy, al-mawa>ris fi as-syari> ah al-isla>miyah ala D}au i al-kitab> wa as Sunnah, Hukum Waris menurut al-qur an dan Hadis diterjemahkan oleh A.Zaini Dahlan, (Bandung: Trigenda Karya, 1995),47. 17,Sunan at-tirmi>dzi>, Juz II, (Beirut: Da>r al-fikr, 1994), 47. 18 Sayyid Sa>biq, Fiqh as-sunnah, Juz III, 1005.

31 kafa>rah menjadi penghalang kewarisan. Ulama Ma>likiyyah berpendapat pembunuhan yang menghalangi kewarisan adalah pembunuhan sengaja, sedangkan pembunuhan khat}a tidak menghalangi kewarisan. 19 b Perbedaan Agama Asas dari kewarisan adalah saling menolong antara pewaris dan ahli waris. Dan tidak dianggap tolong menolong antara muslim dengan kafir. 20 dalam Kompilasi Hukum Islam juga diatur hal-hal yang menjadi penghalang seseorang mendapatkan hak warisnya, hal-hal tersebut adalah: 1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pewaris 2. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman lima tahun penjara atau hukuman yang lebih berat. Kedua hal ini dianggap sebagai penghalang mendapatkan waris jikan telah mempunyai hukum tetap dengan putusan hakim. 21 Penghalang kewarisan yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam berbeda dengan apa yang diatur oleh fikih, aturan yang terdapat dalam 19 Ah}mad Abd al- Jawa>d, Us}u>l Ilm al-mawa>ris, (Beirut: Dar> al-ji>l, 1986), 4. 20 Muh}ammad Must}afa S alabiy, Ah}ka>mal-Mawa>ris Bayna al-fiqh wa al-qa>nu>n, (Beirut: Da>r an-nahd}ah al- Arabiyah, 1978), 88. 21 Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam.

32 Kompilasi Hukum Islam dalam penyusunannya dipengaruhi oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. G. Ketentuan ahli waris Dalam KUHPerdata dikenal tiga macam penggantian (representatie) yaitu 22 : 1. Penggantian dalam garis lurus ke bawah tiada batas. 2. Penggantian dalam garis ke samping. 3. Penggantian dalam garis ke samping menyimpang. Bagian-bagian yang dijelaskan di atas yang diatur dalam kitab-kitab fikih, merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam penyusunan Kompilasi Hukum Islam yang diterapkan di Indonesia. 23 H. Asas-asas Hukum Kewarisan Dalam hukum Islam terdapat beberapa asas yang berkaitan dengan pembagian warisan kepada ahli waris. Asas-asas tersebut sebagai berikut: Asas-asas hukum kewarisan Islam berlaku juga bagi Kompilasi Hukum Islam Indonesia, yaitu: 22 R.Soebekti, dan M.Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), 125-126. 23 Pasal 176-182, Kompilasi Hukum Islam

33 Asas ijba>ry secara umum terlihat pada ketentuan umum mengenai perumusan pengertian kewarisan, pewaris, dan ahli waris. Secara khusus, asas ijba>ry mengenai cara peralihan harta warisan disebut dalam ketentuan umum dan pada Pasal 187 ayat (2), tentang bagian ahli waris dalam Bab II Pasal 176 sampai Pasal 182, mengenai siapa-siapa yang menjadi ahli waris disebutkan dalam Bab II Pasal 174 ayat (1) dan (2). 24 Asas bilateral dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat pada pengelompokan ahli waris seperti tercantum dalam Pasal 174 ayat (1) yaitu ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek (golongan laki-laki), serta ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan nenek (golongan perempuan)menurut hubungan darah. 25 Asas individual tercermin dalam pasal-pasal mengenai besarnya bagian ahli waris dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 176 sampai dengan Pasal 180. Dan khusus bagi ahli waris yang belum dewasa atau tidak mampu bertindak melaksanakan hak dan kewajibannya atas harta yang diperoleh dari kewarisan, maka diangkat wali, hal ini diatur dalam Pasal184 Kompilasi Hukum Islam. 26 24 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 128. 25 Ibid., 129. 26

34 Asas keadilan berimbang dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat dalam pasal-pasal mengenai besarnya bagian yang disebut dalam Pasal 176 sampai 180, Pasal 192 tentang pemecahan secara awl, Pasal 193 tentang radd. 27 Asas akibat kematian tercermin dalam rumusan-rumusan berbagai istilah yaitu hukum kewarisan, pewaris, ahli waris dan harta peninggalan dalam Pasal 171 pada ketentuan umum. 28 I. Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam berdasarkan Inpres No.1 tahun 1991, ketentuan ahli waris pengganti dimuat dalam Pasal 185 yaitu seseorang atau beberapa orang yang menggantikan kedudukan seseorang yang menjadi ahli waris dikarenakan sebab-sebab tertentu. 27 Asas keadilan berimbang ini dapat juga dikategorikan pada masalah ahli waris pengganti, yang dirumuskan dalam Pasal 185, Kompilasi Hukum Islam. 28 Pasal 171, Kompilasi Hukum Islam