BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

A. Definisi B. Etiologi

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN TAHUN 2009

BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

BAB IV HASIL PENELITIAN

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

BAB II. Tinjauan pustaka. Jhon (2007) dalam buku 26 keys of happines menyebutkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini, Mufdlilah dan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. pertama sebagai penyebab kematian maternal. 2. Pendarahan obstetri secara umum dibagi menjadi perdarahan antepartum

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

KOMPLIKASI PERSALINAN PADA IBU PRIMIPARA MUDA DAN PRIMIPARA TUA DI RSUD BANGIL PASURUAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

HUBUNGAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSIA AISYIYAH MUNTILAN MAGELANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan preterm menurut The American College of. Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

Tanda Bahaya Gawat napas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah Dini preterm jika membran ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. 8 KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. 9 Ketuban Pecah Dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag Period. 10 Ada beberapa penghitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Semakin muda usia kehamilan maka semakin memanjang lag period. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi. 11-12-13 2.1.2 Epidemiologi Insidensi Ketuban Pecah Dini yang terjadi pada usia kehamilan aterm sekitar 8-10%. 14 Pada janin cukup bulan, persalinan sering terjadi dalam 24 jam dalam 90% kasus. Ketuban Pecah Dini pada beberapa kasus mengakibatkan prolaps tali pusat 5

6 (insidensi 1,5 %), Pada kebanyakan kasus mortalitas perinatal pada KPD janin premature berhubungan dengan komplikasi prematuritas seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). 8 2.1.3 Etiologi Belakangan ini Ketuban Pecah Dini sering terjadi pada kehamilan multi maupun primi yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah serviks inkompeten. Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD yang kemungkinan menjadi faktor predesposisi adalah: 1. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. 2. Serviks yang inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage). 3. Tekanan intra uterin yang Tinggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. 4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. 5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

7 6. Keadaan sosial ekonomi. 7. Merokok juga di duga dapat memberikan dampak ketuban pecah dini. 15 2.1.4 Mekanisme Ketuban Pecah Dini Pecahnya selaput ketuban saat persalinan di sebabkan oleh melemahnya selaput ketuban karena adanya kontraksi uterus dan peregangan yang berulang. Daya regang ini di pengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan degradasi komponen matriks ekstraseluler pada selaput ketuban. 14 Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan jumlah jaringan dan terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan aktivitas kolagenolitik. Cairan ketuban yang kering dapat mengakibatkan sulit dan lamanya jalan persalinan sehingga dapat berdampak pada Bayi. 2.1.5 Gejala dan tanda Cara menentukannya adalah dengan memeriksa adanya cairan ketuban apakah terdapat meconium, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi jadi berbau. Pada saat dilakukan inspeksi, maka lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah. Jika terdapat cairan yang keluar dari kanalis servikalis, maka gunakan kertas lakmus (litmus) dan lihat perubahan warna yang terjadi. Bila menjadi biru (basa) maka positif air ketuban. Bila menjadi merah (asam) maka kemungkinan air kemih (urin). 8 2.1.6 Komplikasi 1. Persalinan prematur Ketika membran ruptur, biasanya persalinan segera terjadi dan sesuai dengan usia kehamilan. Jika Ketuban Pecah Dini terjadi pada usia kehamilan

8 prematur akan menyebabkan komplikasi prematuritas yang menyebabkan kesakitan dan kematian perinatal. 2. Infeksi pada ibu, janin ataupun neonatal Baik ibu ataupun janin memiliki resiko infeksi saat terjadi KPD. Infeksi pada ibu diantaranya adalah korioamnionitis. Infeksi janin dapat berupa pneumonia, infeksi saluran kencing, infeksi lokal seperti omphalitis atau konjungtivitis. Biasanya korioamnionitis mengawali terjadinya infeksi janin dan menyebabkan bertambahnya resiko sepsis pada janin. 3. Hipoksia dan asfiksia sekunder karena kompresi tali pusat Prolaps tali pusat dapat disebabkan presentasi janin yang kurang mencapai pelvis. Kombinasi antara KPD dan malpresentasi meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi tersebut. Hal ini bisa terjadi sebelum atau saat persalinan dan mengakibatkan gawat janin. Ketuban pecah menyebabkan berkurangnya jumlah air ketuban sehingga persalinan menjadi kering dan janin sulit keluar, akibatnya terjadi deformitas janin yang dapat memberikan dampak pada paru-paru sehingga memungkinkan terjadinya hypoplasia. 8 2.2 Asfiksia 2.2.1 Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. 5

9 Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut: nilai Apgar menit kelima 0-3, Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (ph<7.0), Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma), Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal). Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati hipoksikiskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksia- iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.16 2.2.2 Epidemiologi Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. 17 2.2.3 Etiologi Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. 18 Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.

10 Asfiksia neonatorum dapat disebabkan karena adanya Hipoksia janin. Biasanya terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. 19 2.2.3.1 Pada saat kehamilan Penyebab dari maternal dapat berupa keadaan anemia, perdarahan dan syok, penyakit kardiorespiratorik, toxemia gravidarum, umur ibu lebih dari 40 tahun dan Grandemultipara yang memberikan risiko pada saat persalinan. Sebab-sebab pada placenta diantaranya, penyakit pada placenta, perdarahan (placenta previa). Penyebab lainnya yang berkatan adalah gangguan pada funiculus umbilicalis berupa prolaps, membelit membentuk simpul, dan kompresi pada janin. Selain itu penyebab pada fetal dapat berupa anomali kongenital, dan prematuritas. 2.2.3.2 Pada saat persalinan Penyebab pada saat persalinan diantaranya, anoreksia akibat kontraksi uterus yang terlampau kuat dan berlangsung terlampau lama, narkosis akibat pemberian analgesik dan anestesi yang berlebihan, hipotensi maternal akibat anastesi spinal, obstruksi saluran nafas akibat aspirasi darah, lender atau meconium, dan juga partus lama karena keringnya cairan amnion yang disebabkan oleh ketuban pecah dini. 16 2.2.4 Mekanisme Asfiksia Pernapasan Spontan tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu pemicu dari deformitas fetus, sehingga menyebabkan prolaps tali pusat yang akan berdampak pada gangguan

11 Pertukaran gas atau pengangkutan O2. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. 16 Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan tensi darah. 16 Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. 16 2.2.5 Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: 1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat

12 2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi rentang lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10. Tabel 2.1 Penilaian APGAR Score pada Asfiksia Nilai 0 1 2 Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur Denyut jantung Tidak ada <100 >100 Warna kulit Biru atau pucat Tubuh merah Merah jambu jambu & kaki, tangan biru. Gerakan/tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi otot Reflex (menangis) Tidak ada Lemah/lambat Kuat 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Kerangka Pemikiran Beberapa keadaan yaitu infeksi intrauterine, serviks yang inkompeten, ibu hamil yang merokok, kemudian usia, keadaan psikologis misalnya stress saat mengalami kehamilan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Semakin lama rentang waktu ketuban pecah dini dengan kelahiran bayi juga dapat menyebabkan prolapse tali pusat sehingga bayi mengalami hipoplasia paru-paru yang mengakibatkan asfiksia neonatorum.

13 Gambar.2.1 Bagan Kerangka Pemikiran