Najis, Mudah Dijumpai Jarang Dikenali NAJIS, MUDAH DIJUMPAI JARANG DIKENALI

dokumen-dokumen yang mirip

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Tafsir Surat Al-Ikhlas

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

E٤٢ J٣٣ W F : :

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

Permasalahan Adzab Kubur

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

Bukti Cinta Kepada Nabi

" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,...

Riba, Dosa Besar Yang Menghancurkan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

Bersama Orang Tua Menuju Surga

Bahaya Minuman Keras. Khutbah Pertama:


Perbandingan Antara Dunia dan Akhirat

: :

Keistimewaan Hari Jumat

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya


Adab Makan. Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-syaqawi. Terjemah : Muzaffar Sahidu Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Memahami Takdir Secara Adil

Bimbingan Islam di Musim Hujan

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah)

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Definisi Khutbah Jumat

Hukum Mengqadha' Puasa Ramadhan

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah


SERIAL BUKU ISLAM #

*** Tunaikanlah Amanah

Carilah Rezeki Yang Halal dan Jauhi Yang Haram

Bismillahirrahmanirrahim

Sunah Yang Hilang di Bulan Dzulhijjah

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

Tidak Mungkin Beriman Kecuali dengan Izin Allah

Perbandingan Kenikmatan Surga dan Kenikmatan Dunia

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

PANDUAN I TIKAF RAMADHAN Oleh Nor Kandir ( edisi Ramadhan 1437 H)

E٧٠ J٦٥ W F : :

Membatalkan Shalat Witir

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa


Faedah Kisah-kisah Qur ani FAEDAH KISAH-KISAH QUR ANI

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah

Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc Dipublikasikan ulang dari

Najis dan Cara Membersihkannya

HUKUM-HUKUM HAID. Oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh Al 'Utsaimin


Jadilah Orang Yang Dekat Dengan Alquran

Suap Mengundang Laknat

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Nasehat Nan Penuh Kenangan NASEHAT NAN PENUH KENANGAN

TANYA JAWAB SEPUTAR THAHARAH-2

Syariat Adalah Amanah

MENJAGA KEBERSIHAN JASMANI Bentuk Pengamalan Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam, Bag: 2

: inisial.co.cc : :

Aktualisasi Makna Hijrah

===========================

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Kecemburuan Seorang Suami Kepada Istri

Janganlah Berlaku Zalim

Ada beberapa hadits yang menyinggung tentang hajr ini, sebagiannya akan kita sebutkan dalam pembahasan kali ini.

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

INILAH ADAB-ADAB ISTINJA DAN BUANG AIR

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

Demikian pula keterangan asy-syaikh Ibnu Baz (Majmu Fatawa Ibnu Baz 13/20).

Transkripsi:

NAJIS, MUDAH DIJUMPAI JARANG DIKENALI Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim hafaizhahullah Pengetahuan tentang najis sangat penting bagi seorang muslim karena berkaitan erat dengan ibadah. Jangan sampai karena ketidaktahuannya, benda yang sebenarnya hanya kotoran biasa dianggap najis dan sebaliknya menganggap remeh benda-benda yang dianggap najis oleh syariat. Najis merupakan hal yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan harus diperhatikan keberadaannya, khususnya oleh seorang muslim karena berkaitan dengan ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta ala. Contoh yang paling mudah, ketika seseorang hendak menegakkan shalat, ia harus memperhatikan kesucian diri dan tempat shalatnya dari hadats maupun najis. Namun sangat disayangkan, berapa banyak kaum muslimin yang belum mengetahui dengan benar masalah najis ini walaupun sebenarnya permasalahan ini telah banyak dibahas oleh para ulama, baik dari sisi pengertian maupun penjelasan macam-macamnya secara rinci. Terkadang sesuatu yang najis disangka sebagai sesuatu yang bukan najis. Di waktu lain, sesuatu yang sebetulnya tidak najis berusaha dihindari karena disangka najis. Keadaan ini adalah kenyataan pahit yang kita dapati dalam kehidupan kaum muslimin. Agama kita yang sempurna telah menjelaskan dengan lengkap dan rinci tentang najis ini. Para ulama telah menerangkan bahwa najis adalah kotoran yang wajib dijauhi oleh seorang muslim dan harus dibersihkan apabila mengenai sesuatu. Di antara macam-macam najis tersebut ada yang disepakati para ulama bahwa perkara itu adalah najis, dan ada pula yang diperselisihkan tentang kenajisannya, apakah hal itu termasuk sesuatu yang najis atau bukan. Untuk itu dengan izin Allah Subhanahu wa Ta ala, kita akan mengupasnya satu per

satu. Kali ini kami akan menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang disepakati oleh para ulama sebagai najis sepanjang pengetahuan kami dengan ilmu yang kami miliki. 1. Kotoran (tahi) dan kencing manusia Najisnya kotoran manusia diisyaratkan dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat yang mulia, Abu Sa id Al Khudri Radhiyallahu anhu. Beliau menceritakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam pernah shalat bersama para shahabatnya dalam keadaan mengenakan sandal namun tiba-tiba beliau melepas sandalnya dan meletakkannya di sebelah kiri beliau dan perbuatan ini diikuti oleh para shahabat. Selesai shalat, beliau Shallallahu `alaihi wa sallam mempertanyakan perbuatan para shahabatnya tersebut dan memberitahukan alasan melepas sandal yaitu dikarenakan Jibril mengabarkan bahwa di sandal beliau Shallallahu `alaihi wa sallam ada kotoran, dan beliau bersabda: Apabila salah seorang dari kalian datang ke masjid, hendaklah dia membalikkan dan melihat sandalnya. Apabila ia melihat ada kotoran (tahi) padanya, hendaknya digosokkan ke tanah kemudian dipakai untuk shalat. (HR. Al-Imam Ahmad dan berkata Asy-Syaikh Muqbil Rahimahullah tentang hadits ini dalam karya beliau Al-Jami ush Shahih Mimma Laisa fish Shahihain juz 1, hal. 526: Ini adalah hadits shahih, rijalnya (para periwayatnya) adalah rijal Shahih Al-Bukhari) Adapun najisnya kencing manusia dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma yang diriwayatkan di dalam Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) tentang dua orang penghuni kubur yang diadzab. Dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam: Adapun salah satu dari keduanya tidak membersihkan dirinya dari kencingnya. (HR. Al- Bukhari no. 216, 218, 1361, 1378 dan Muslim no. 292) Masalah najisnya kotoran dan kencing manusia ini banyak ataupun sedikit disepakati oleh ulama. Adapun Abu Hanifah dalam masalah kencing beliau berpendapat, jika didapati kencing setitik jarum, maka ini tidak memudharatkan. Namun sebagaimana diterangkan di atas, kencing manusia baik banyak ataupun sedikit adalah najis, dengan dalil yang jelas dan terang, serta merupakan kesepakatan ulama sebagaimana disebutkan Al-Imam An-

Nawawi Rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim. Sedangkan apa yang berasal dari Abu Hanifah adalah pendapat yang tertolak. Lain halnya dengan kencing anak kecil laki-laki yang masih menyusu dan belum makan makanan tambahan kecuali kurma untuk tahnik (tahnik adalah mengunyah sesuatu -dalam hal ini kurma- sampai lumat kemudian dimasukkan/digosok-gosokkan ke langit-langit mulut bayi yang baru lahir) dan madu untuk pengobatan. Kebanyakan para ibu mengatakan bahwa itu bukan najis sehingga mereka bermudah-mudah dalam hal ini. Walaupun dalam hal ini ada perselisihan ulama, pendapat yang kuat menyatakan bahwa kencing anak laki-laki yang masih menyusu dan belum makan makanan tambahan itu najis, sebagaimana dinyatakan Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam Syarah Muslim, namun najisnya ringan. Dalil keringanannya diisyaratkan dengan ringannya cara membersihkannya seperti dalam hadits Ummu Qais bintu Mihshan yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (no. 223) dan Al-Imam Muslim (no. 287): Ummu Qais bintu Mihshan Al-Asadiyyah membawa anaknya yang masih kecil dan belum makan makanan kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam, lalu Rasulullah mendudukkan anak itu di pangkuannya. Kemudian anak itu kencing di baju beliau. Maka Rasulullah meminta air dan mengguyurkannya ke bajunya (hingga air menggenangi bekas kencing tersebut) dan tidak mencucinya. (Dalam lafadz lain: lalu beliau menuangkan air ke atas bekas kencing tersebut) Walaupun najis tersebut ringan, namun masih tetap harus dibersihkan dengan mengguyurkan air pada tempat yang terkena sesuai dengan apa yang bisa kita lihat pada hadits di atas. Adapun dalam masalah kotoran dan kencing hewan, masih diperselisihkan kalangan ulama. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa kotoran hewan baik yang dimakan dagingnya maupun tidak adalah najis, sebagaimana pendapat jumhur ulama dan Syafi i. Sebagian yang lain berpendapat, yang najis hanya kotoran hewan yang tidak dimakan dagingnya. Sementara pendapat yang lain dari kalangan ulama dan wallahu ta ala a lamu bish-shawab ini adalah pendapat yang kuat, pada asalnya semua kotoran hewan suci,

kecuali ada nash yang mengatakan najis, maka barulah dikatakan najis. Ini merupakan pendapat Ibnul Mundzir, dan dinukilkan Al-Imam An-Nawawi dalam Majmu Syarhil Muhadzdzab bahwa ini adalah perkataan Dawud Azh-Zhahiri, Ibrahim An-Nakha i, dan Asy- Sya bi. Pendapat ini juga didukung oleh Al-Imam Asy-Syaukani di dalam kitab-kitab beliau, di antaranya Nailul Authar dan Ad-Daraari. Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa tidak semua yang kotor pada wujudnya itu najis, kecuali ada nash yang menerangkan kenajisannya. Misalnya tahi cicak, tidak ada nash yang menunjukkan kenajisannya, maka itu bukan najis. Namun bila dikatakan kotoran (sesuatu yang kotor) maka tahi cicak itu memang termasuk kotoran. Hal lain yang berkaitan dengan masalah ini adalah kencing unta. Seperti kita ketahui, kencing unta adalah kotoran, namun bukan najis. Bahkan ada riwayat dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu yang menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk minum air kencing unta, sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari no. 233) dan Shahih Muslim no. 1671) dan lainnya: Sekelompok orang dari Bani Akl (Bani Urainah) datang menemui Nabi. Namun mereka merasa tidak betah tinggal di Madinah karena sakit yang menimpa mereka. Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam pun memerintahkan agar didatangkan seekor unta betina yang banyak susunya dan menyuruh mereka minum air kencing dan susunya. Lalu mereka beranjak melakukannya. Ketika telah sehat, mereka membunuh penggembala ternak Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam dan meminum susu ternak itu. Datanglah berita tentang peristiwa itu menjelang siang sehingga Rasulullah memerintahkan untuk mengikuti jejak mereka. Pada siang harinya mereka didatangkan ke hadapan Nabi, lalu beliau memerintahkan agar dipotong tangan dan kaki mereka, dicungkil matanya, dan dilemparkan ke tengah padang pasir yang panas. Mereka meminta-minta minum, namun tidak diberi minum. 2. Madzi Madzi adalah cairan yang hampir mirip dengan mani. Bedanya, madzi lebih encer dan tidak pekat. Keluarnya madzi ini tidak terasa dan keluar ketika seseorang bersyahwat sebelum dia

bercampur dengan istrinya (jima ) atau di luar jima. Kaum muslimin bersepakat bahwa madzi itu najis, sebagaimana dinukilkan Al-Imam An- Nawawi dalam Al-Majmu. Dalil lain yang menunjukkan najisnya madzi adalah hadits yang dikeluarkan Al-Imam Al-Bukhari (hadits no. 269) dan Al-Imam Muslim (hadits no. 303) rahimahumullah dari hadits Ali Radhiyallahu anhu ketika Ali menyuruh seorang shahabat, Miqdad ibnul Aswad, untuk menanyakan tentang madzi ini kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Beliau menjawab: Hendaknya dia mencuci kemaluannya dan berwudhu. Ibnu Daqiqil Id Rahimahullah mengatakan dalam Ihkamul Ihkam: Dari hadits ini diambil dalil tentang najisnya madzi, di mana Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk mencuci kemaluan yang terkena madzi tersebut. Satu hal yang perlu kita ketahui, madzi ini menimpa laki-laki maupun wanita, namun lebih sering dan kebanyakan terjadi pada wanita seperti yang dikatakan Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam Syarah Muslim. 3. Wadiy Wadiy adalah cairan yang keluar setelah kencing atau saat mengejan setelah buang air besar. Hukum wadiy sama dengan madzi atau kencing, yaitu najis. Bahkan Al-Imam An- Nawawi Rahimahullah di dalam kitab Al-Majmu menukilkan ijma (kesepakatan) bahwa wadiy itu najis. Beliau mengatakan, Telah bersepakat umat ini tentang najisnya madzi dan wadiy. 4. Darah Haid dan Nifas Darah haid dan nifas adalah dua hal yang umum dijumpai kaum wanita. Namun masih ada dari mereka yang belum mengetahui, apakah darah haid dan nifas termasuk najis atau bukan, sementara hal ini sangat penting bagi mereka. Telah ada dalil yang menunjukkan kenajisan darah haid dalam hadits Asma bintu Abi Bakr Radhiyallahu anha. Beliau menceritakan: Seorang wanita bertanya kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Ia berkata, Ya Rasulullah, jika salah seorang dari kami terkena darah haid pada pakaiannya, apa yang harus ia lakukan? Maka Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, Apabila darah haidh

mengenai pakaian salah seorang dari kalian, hendaknya dia mengerik lalu membasuhnya. Kemudian ia shalat memakai pakaian tersebut. (Shahih, HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 330, 331 dan Muslim no. 110) Al-Imam Ash-Shan ani Rahimahullah di dalam Subulus Salam -setelah membawakan hadits di atas-: Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan najisnya darah haid. Kaum muslimin sendiri telah bersepakat bahwa darah haid itu najis dengan nash yang ada ini dan Al-Imam An-Nawawi menukilkan adanya ijma dalam hal ini. Adapun darah nifas, hukumnya sama dengan darah haidh. 5. Bangkai Begitu pula halnya dengan bangkai, ulama sepakat tentang kenajisannya sebagaimana dinyatakan Al-Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, juga Al-Imam An-Nawawi dalam Al Majmu. Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Apabila kulit telah disamak maka itu merupakan pensuciannya. (HR. Muslim no. 105) Dari hadits di atas dipahami bahwa kulit hewan yang telah mati (bangkai) itu najis sehingga bila ingin disucikan harus disamak terlebih dahulu. Apabila kulitnya saja dihukumi najis maka tentunya bangkainya lebih utama lagi untuk dihukumi akan kenajisannya. Dikecualikan dari bangkai ini adalah: 1. Bangkai manusia dengan keumumam sabda Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam: Sesungguhnya mukmin itu tidak najis. (HR. Al-Bukhari no. 283 dan Muslim no. 371) 2. Bangkai hewan laut dengan dalil firman Allah Subhanahu wa Ta ala: Dihalalkan bagi kalian binatang buruan dari laut dan makanan dari hasil laut (Al-Maidah: 96) Al-Imam Ath-Thabari menukilkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma tafsir dari ayat di atas, yakni yang dimaksud dengan () adalah binatang laut itu diambil dalam keadaan hidup dan () adalah binatang itu diambil dalam keadaan mati (telah menjadi bangkai). Dalam hadits Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (Shahih, HR. Ashabus Sunan dan dishahihkan

Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitab beliau Ash-Shahihah, 1/480) 3. Setiap hewan yang tidak memiliki darah yakni darahnya tidak mengalir ketika hewan itu dibunuh atau terluka seperti lalat, belalang, kalajengking dan lainnya. Berdalil dengan hadits: Apabila jatuh lalat dalam bejana salah seorang dari kalian maka hendaklah ia mencelupkan lalat tadi ke dalam air kemudian dibuangnya. (HR. Al-Bukhari no. 3320) Al-Imam Ash-Shan ani Rahimahullah berkata: Dimaklumi bahwa lalat akan mati apabila jatuh ke dalam air ataupun makanan terlebih lagi apabila makanannya dalam keadaan panas. Maka seandainya lalat itu menajisi makanan tersebut niscaya makanan tersebut rusak. Sedangkan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk memperbaiki makanan yang ada, tidak merusakkannya. (Subulus Salam) Ketiga poin di atas sebenarnya ada perselisihan pendapat tentang kenajisannya, namun pendapat yang kuat dengan dalil yang ada, ketiganya bukanlah najis, wallahu a lam bishshawab. Sudah semestinya setiap muslim mengetahui perkara-perkara penting dalam agamanya khususnya dalam pembahasan kita tentang najasat (benda-benda yang najis) agar tidak terjatuh dalam kekeliruan dan kesalahan yang dapat merusak ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta ala. Wallahu a lam. Sumber: 椀渀戀㙡 da Allah 爵 Sumber:

Aturan yang Ingin Dilanggar ATURAN YANG INGIN DILANGGAR Ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintah kita untuk menjaga kehormatan, keturunan, dan nasab. Karena misi itu, Islam yang Dia Hukum Meninggalkan Shalat HUKUM MENINGGALKAN SHALAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim hafizhahullah Telah kita ketahui kesepakatan ulama tentang kafirnya orang yang menentang kewajiban shalat. Namun, bagi yang meninggalkannya karena Bakhil Sifat yang Tercela BAKHIL SIFAT YANG TERCELA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-nya menyangka, bahwa