BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Veni Hadju Nurpudji Astuti

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kehidupan sehari-hari, pangan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

1 Universitas Indonesia

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan (intake)dan kebutuhan (requirement) zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis, termasuk untuk tumbuh. Keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini disebut status gizi (Jahari,2002). Satatus gizi disebut seimbang atau gizi baik bila jumlah asupan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk kurang gizi, yaitu bila asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan. Dan dalam bentuk gizi lebih yaitu bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Dalam status gizi baik dan sehat (bebas dari penyakit), pertumbuhan seorang anak, sebaliknya bila dalam keadaan status gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan tergangg, misalnya anak tersebut kurang gizi (underweight), kurus (wasted), pendek (stunted) atau gizi lebih (overweight). Status gizi seimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan yang normal tapi juga proses-proses lainnya, diantaranya untuk perkembangan, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan dan aktifitas biologis lainnya. Jadi pertumbuhan merupakan salah satu produk dari status gizi. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangan status gizi anak. Dengan demikian penilaian pencapaian pertumbuhan atau ukuran fisik atau antropometri dapat digunakan sebagai salah satu indikasi status gizi. Pertumbuhan yang baik merupakan gambaran perkembangan status gizi yang baik. Di sisi lain, pertumbuhan merupakan proses yang terus menerus mengikuti perjalanan waktu atau pertambahan umur anak. Oleh karena itu penilaian status gizi pada suatu saat memerlukan 3 variabel yaitu : Pencapaian pertumbuhan atau antropometri, misalnya : berat badan, panjang badan, tinggi badan., umur anak, dan jenis kelamin (Jahari, 2002) 4

B. Pengukuran Status Gizi 1. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat perhatian karena didorong oleh kebutuhan alat ukur untuk menilai status gizi yang dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan gizi masyarakat. Pada dasarnya, berbagai indeks antropometri digunakan dalam kegiatan-kegiatan : a. Penilaian status gizi (assessment) dalam survey-survey, baik survey secara luas dalam skala nasional maupun survey untuk wilayah terbatas seperti dalam penelitian-penelitian dan evaluasi kegiatan gizi tertentu. b. Pemantauan pertumbuhan anak dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS). c. Kegiatan penapisan (screening) untuk memilih target dalam suatu kegiatan, seperti pemberian makanan tambahan. d. Kegiatan di klinik dalam hubungan dengan penyakit atau pengobatan. Ciri seorang anak sehat adalah bertumbuh dan berkembang secara optimal jika diberikan lingkungan yang adekuat. Kemajuan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diukur dengan cara tertentu. Menurut Syamsudin (8 : 1990) pertumbuhan fisik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran antropometri : a. Tubuh; berat, tinggi, lingkaran kepala, lingkaran lengan atas, jarak biakromial, lipatan kulit biseps, sub kapiler, suprailiakal b. Organ; otak, ventrikel otak, jantung, hati, dan limpa Ukuran antropometri yang realtif mudah dilakukan dan sangat bermanfaat untuk diagnosa klinis dan pediatri sosial adalah : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala (terutama sampai anak usia 3 tahun), dan lingkar lengan atas. 2. Metode Pengukuran Status Gizi

Indikator status gizi didasarkan pada parameter berat badan (BB) atau tinggi badan (TB) dan disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan umur (U) atau kombinasi antar keduanya. Berbagai indeks antropometri yang digunakan yaitu : a. BB/U (berat badan menurut umur) Mencerminkan status gizi saat ini. Karena berat badan menggambarkan massa tubuh (otot dan lemak) yang sensitif terhadap perubahan yang mendadak, seperti oleh sakit infeksi dan tidak cukup makan. Menurut Jahari (46:2002) indikator BB/U dapat memberikan gambaran masalah gizi masa lalu atau kronis (menahun). Di samping itu karena berat badan juga labil terhadap perubahan yang terjadi, maka BB/U juga memberikan gambaran masalah gizi akut (saat ini). Indeks ini cukup sensitif untuk menilai status gizi kurang yang akut sebagai akibat memburuknya situasi, baik pada masyarakat miskin maupun pada masyarakat yang keadaan sosial ekonominya lebih baik. Titik batas indeks BB/U menurut rujukan WHO NCHS adalah : 1. Gizi lebih bila Z_Score terletak > +2 SD 2. Gizi baik bila Z_Score terletak antara - 2 sampai dengan +2 SD 3. Gizi kurang bila Z_Score terletak antara - 3 sampai dengan < -2 SD 4. Gizi buruk bila Z_Score terletak < -3 SD. b. TB/U (tinggi/panjang badan menurut umur) Menurut Jahari (46:2002) / indeks TB/U mencerminkan status gizi masa lalu. Lebih menggambarkan pertumbuhan skeletal yang dalam keadaan normal berjalan seiring dengan pertumbuhan umur. TB/U memberikan indikasi adanya masalah gizi kronis. Banyaknya jumlah anak yang pendek memberikan indikasi bahwa di masyarakat yang bersangkutan ada masalah

gizi yang sudah berlangsung cukup lama. Jadi indeks TB/U dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Titik batas indeks TB/U menurut rujukan WHO NCHS adalah : 1. Normal bila Z_Score > -2 SD 2. Pendek bila Z_Score terletak < -2 SD c. BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) Indeks BB/TB merupakan indeks yang sensitif untuk memberikan indikasi tentang masalah gizi saat ini atau masalah gizi akut. BB/TB berguna untuk pemilihan sasaran (target) bagi tindakan segera, seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT), pemulihan agar berat badannya kembali seimbang dengan tinggi badannya atau juga dalam bentuk tindakan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang sehat. T.itik batas indeks BB/U menurut rujukan WHO NCHS adalah : 1. Normal bila Z_Score terletak > -2 SD sampai dengan +2 SD 2. Kurus bila Z_Score terletak antara - 3 sampai dengan < -2 SD 3. Sangat kurus bila Z_Score terletak antara < -3 SD 4. Gemuk bila Z_Score terletak > +2 SD (Jahari,2002) C. Pola Konsumsi Makanan 1. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi

Keadaan pangan dan gizi akan mempengaruhi kehidupan masyarakat pada umumnya. Perilaku konsumsi pangan masyarakat dilandasi oleh kebiasaan pangan yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga melalui proses sosialisasi. Hal ini berarti bahwa pola konsumsi pangan dan gizi dapat berubahubah sesuai dengan kesadaran masyarakat pada umumnya dan kaum ibu pada khususnya untuk dapat mempersiapkan menu yang seimbang bagi keluarganya. Kristal dkk, (1997) menyatakan faktor psikososial yang berkaitan dengan konsumsi makanan sehat, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan predisposisi yaitu kepercayaa, motivasi dan manfaat. Faktor eksternal merupakan faktor enabling. Yaitu hambatan, dukungan sosial dan norma-norma yang ada. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap self efficacy, intensi dan prilaku konsumsi makanan sehat. Hal ini menunjukkan konsumsi makanan seseorang selain ditentukan oleh kesadaran karena manfaat dan motivasi juga didukung oleh keluarga atau teman. Perwujudan dari dukungan keluarga adalah dengan mempersiapkan menu gizi yang baik. 2. Konsumsi Pangan Bagi Anak Balita Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi dan konsumsi makan yang kurang memenuhi syarat gizi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan terutama anak prasekolah. Perkembangan anak balita ditentukan oleh keadaan gizi ibu baik pada waktu hamil maupun menyusui. Selain itu pemberian makanan pendamping ASI juga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak balita, terutama untuk bahan makanan yang banyak mengandung kalori, protein dan lemak. Misalnya untuk balita 0 6 bulan hanya diberikan ASI saja atau dikenal dengan ASI eksklusif. Sedangkan untuk balita umur 6 12 bulan diberi bubur nasi dan balita umur 12 59 bulan diberi makanan biasa. (Buku KIA, 2004) 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Pada Balita

Menurut Martorell dan Habicht (1996) dalam Jalal dan Sukirman (1990:33) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan pada balita adalah : a. Secara langsung; infeksi, masukan zat gizi b. Secara tidak langsung ; keadaan tanah, tingkat pendapatan, praktek pemberian makan balita, praktek kesehatan, sanitasi, tingkat pendidikan, teknologi dan budaya. 4. Frekuensi Makanan (Food Frequency) Frekuensi makan balita sangat berpengaruh terhadap asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh balita. Dengan frekuensi yang cukup, maka kebutuhan zat gizi dalam tubuh akan selalu ada. Zat gizi tersebut digunakan untuk cadangan maupun langsung digunakan oleh tubuh. Frekuensi digunakan untuk menghitung jumlah asupan zat gizi yang masuk, sehingga bisa diketahui kebutuhan yang masuk pada hari itu. (Dep. Kes RI, 1995) D. Angka Kecukupan Gizi Angka kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang harus terpenuhi untuk mencukupi gizi pada setiap individu. Angka kecukupan gizi perorang per hari dapat digunakan untuk merencanakan penyedian makanan bagi keluarga, kelompok maupun nasional. Tujuan utma penyusunan AKG (Angka Kecukupan Gizi) adalah untuk acuan perencanaan makanan dan nilai tingkat konsumsi makanan individu/masyarakat. Lembaga Makanan Rakyat (tahun 1958) melalui rujukan dari Recommended Dietary Allowances (RDA) yang dikeluarkan oleh FAO/WHO. Data yang digunakan untuk penyusunan AKG di Indonesia adalah sebagai berikut : Standar FAO/WIIO, hasil survey tentang gizi, kemampuan penyedian pangan, kependudukan, sosial ekonomi. Manfaat data AKG : 1. Menentukan kecukupan makanan. 2. Merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan rakyat. 3. Mengevaluasi tingkat kecukupan penyedian pangan untuk kelompok tertentu.

4. Menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat. 5. Menilai status gizi masyarakat. 6. Merencanakan fortifikasi makanan. 7. merencanakan KIE di bidang gizi termasuk penyusunan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). 8. Merencanakan kebutuhan gizi institusi. 9. Membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri. (Dep.Kes. RI, 1995) Angka kecukupan gizi rata-rata pada tingkat konsumsi untuk penduduk Indonesia adalah 2150 Kkal dan 46,2 gram protein. Angka kecukupan gizi tahun 1993-1998 meliputi zat gizi sebagai berikut ; energi, protein, vitamin A, thiamin (vitamin B), riboflavin, niacin, vitamin B 12, asam folat, vitamin C, kalsium, posfor, zat besi, seng (Zn), yodium. 1. Kecukupan Energi pada Balita Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Menurut Winarno (1997:15) bahwa kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat adalah 4 kalori (kkal). Pada balita, kecukupan masukan energi ditandai dengan berat badan yang normal. Dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilihat balita dengan berat badan normal atau tidak.angka kecukupan energi pada balita umur 0-6 bulan adalah 550 kkal, balita umur 7-12 bulan adalah 650 kkal, pada anak 1-3 tahun adalah 1000 kkal dan pada anak umur 48-72 bulan adalah 1550 kkal (AKG, 2004 ). Pemberian bahan makanan yang banyak mengandung energi pada balita harus diperhatikan agar tidak terjadi KEP (Kurang Energi Protein) atau marasmus (kekurangan energi) yang berdampak buruk pada masa depan anak-anak. 2. Kecukupan Protein Pada Balita Protein adalah bagian dari semua sel hidup, merupakan bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian dari tuibuh. Protein juga disebut sebagai

zat pembangun, karena fungsi khususnya adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Angka kecukupan gizi protein untuk balita adalah sebagai berikut : 0-6 bulan : 10 gram 7-12 bulan : 16 gram 1-3 tahun : 25 gram 4-6 tahun : 39 gram (AKG, 2004) Angka kecukupan protein pada bayi/balita : 2 2,5 gram /kg berat badan. Dengan melihat daftar AKG protein yang biasanya terdapat pada bahan makanan lauk hewani dan lauk nabati, masyarakat dewasa ini terutama untuk kalangan ekonomi bawah, masih banyak yang belum bisa menjangkau. Kekurangan protein pada balita akan mengakibatkan KEP dan juga kwasiorkor (kekurangan protein). Definisi gizi seperti inilah yang banyak terdapat di Indonesia, terutama dengan mata pencaharian orang tua yang minim di samping faktor-faktor lainnya. 3. Penjabaran Angka Kecukupan Gizi Balita ke Dalam Makanan Jabaran AKG menurut takaran konsumsi makanan sehari pada balita sebagai berikut : TABEL 1 ANGKA KECUKUPAN GIZI MENURUT TAKARAN KONSUMSI MAKANAN SEHARI PADA BALITA Jenis Bahan No Umur Jumlah Makanan 1. Balita Nasi/pengganti 1 ½ piring 1-3 tahun Lauk hewani Lauk nabati 2-3 potong 1 gelas susu 1-2 potong

Sayuran Buah ½ mangkuk 2-3 potong 2. Balita 2-5 tahun Nasi/pengganti Lauk hewani Lauk nabati Sayuran Buah 1-3 piring 2-3 potong 1 gelas susu 1-2 potong ½ mangkuk 2-3 potong Sumber : Dep.Kes. RI (th 1995) Makanan yang diberikan pada balita harus sesuai dengan AKG, apabila menghendaki in take gizi yang seimbang pada balita adalah beragam, terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Sebagai pelengkap dalam menu sehari-hari bisa ditambah dengan susu. Susu formula diberikan untuk memperkaya dan menambah zat gizipada balita. Zat gizi yang dominan pada susu adalah kalsium, lemak, protein dan kalori, sehingga susu baik diberikan pada balita, namun dengan takaran yang sesuai. E. Kerangka Teori Kekurangan gizi anak Makan tidak Seimbang Penyakit infeksi Pola Asuh Anak Tidak Memadai

Tidak cukup Pangan Sanitasi dan air bersih Pelayanan kesehatan Dasar tidak memadai Kurang Pendidikan, Pengetahuan Dan keterampilan Kurang Pemberdayaan Wanita Dan keluarga, kurang pemanfaatan Sumber daya masyarakat Pengangguran, inflasi, kurang pangandan kemiskinan Krisis Ekonomi, Politik dan Sosial F. Kerangka Konsep Sumber : Sukirman, 2000 Pola Konsumsi makanan - Tingkat konsumsi energi - Tingkat konsumsi protein - Frekuensi makan - Jenis makanan yang di konsumsi Status Gizi G. Hipotesis a. Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat konsumsi energi balita di desa Somakaton.

b. Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat protein balita di desa Somakaton. c. Ada hubungan antara frekuensi makan dengan status gizi balita di desa Somakaton. d. Ada hubungan antara jenis bahan makanan yang dikonsumsi dengan status gizi balita di desa Somakaton.