BAB II KAJIAN PUSTAKA. Banyak ahli memberikan batasan tentang pajak, definisi pajak menurut para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II BAHAN RUJUKAN

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam setiap tahun pajak. merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BAHAN RUJUKAN

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB II LANDASAN TEORI

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB II KAJIAN TEORI. relasi antara pemerintah pusat dan daerah (Kacung Marijan, 2010:153). daerah. Pilihan otonomi daerah merupakan pilihan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak (M. Bakhrudin Effendi, 2006) Pengertian Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah. Banyak ahli memberikan batasan tentang pajak, definisi pajak menurut para pakar adalah: a. Menurut P.J A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat dituunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung denngan tugas Negara yang menyelengggarakkan pemerintah (Waluyo, 2010:2). b. Menurut Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011:1). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkann bahwa cirriciri yang melekat pada pengertiann pajak adalah sebagai berikut: 7

a) Pajak dipunguut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanyya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c) Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukanya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. e) Pajak dapat pula mempunyyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. Dari beberapa definisi tentang pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik. 2.1.2 Fungsi Pajak Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran seta masyarakat dalam membayar pajak. Maka dari itu ada dua fungsi pajak, yaitu (Mardiasmo, 2011:1): 1) Fungsi budgeter Pajak sebagai summber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. 8

2) Fungsi mengatur (regulered) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau kebijakasanaan pemerintahh salam bidang melaksanakan social dan ekonomi. Contohh: a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurrangi konnsumsi minuman keras. b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran dunia. 2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak yaitu: Di Indonesia sistem pemungutan pajakk dapat dibagi menjadi tiga 1) Withholding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketigga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajibb pajak. Cirinnya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak yang ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. 9

2) Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yanngg member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Cirinya adalah: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. b) Wajib pajak bersifat pasif. c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak ooleh fiskuus. 3) Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Cirinya adalah: a) Wewenang untuk menetukan besarnyya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. b) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dann melaporkan sendiri pajak terutang. c) Fiskus tidak ikutt campur dan hanya mengawasi. 10

2.1.4 Jenis-Jenis Pajak Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu menurut golongan, menurut sifat serta pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut. 1) Menurut golongan, dibagi menjadi dua yaitu: a) Pajak langsung, adalah pajak yang pembanya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan b) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertammbahan Nilai 2) Menurut Sifat Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagianya berdasarkan cirri-ciri prinsip adalah sebagai berikut: a) Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b) Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. 11

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah. 3) Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut: a) Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dann digunakan untuk membiayai rumahh tangga Negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak Bea Materai.. b) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Reklame, Pajak Hotel dan Restoran, dan Pajak Air Tanah. 2.1.5 Pajak Daerah Dasar Hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang No.28 Tahun 2009. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yan terutang olleh orang-orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011:12) 12

2.1.6 Pajak-Pajak Daerah di Indonesia Mengenai pajak Daerah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Pajak Provinsi Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa Pajak Daerah yang dapat dipungut terdiri dari: (1) Pajak Kendaraan Bermotor. (2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. (4) Pajak Air Permukaan. 2) Pajak Kabupaten/Kota Sedangkan menurut UU No. 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa Kabupaten/Kota diberikan kewenangan untuk memungut 11 Pajak Daerah antar lain: (1) Pajak Hotel. (2) Pajak Restoran. (3) Pajak Hiburan. (4) Pajak Reklame. (5) Pajak Penerangan Jalan. (6) Pajak Parkir. (7) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan. (8) Pajak Air Tanah. (9) Pajak Sarangg Burungg Walet. (10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan. (11) Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 13

2.1.7 Pengertian Pajak Air Tanah Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah, atau batuan di bawah permukaan tanah. Selanjutnya Pajak Air Tanah disebut dengan Pajak adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Disamping itu juga Pajak Air Tanah berfungsi sebagai sumber daya dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan pelestarian lingkungan dalam pemanfaatan air tanah sehingga ketersediaan air tetap terpelihara dan terpenuhinya sesuai dengan pemanfaatanya. 2.1.8 Subjek dan Objek Pajak Air Tanah Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi dan tata cara pengisian data subjek pajak ditetapkan oleh Bupati. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh orang pribadi atau badan untuk berbagai keperluan antara lain, konsumsi perusahaan, dan perkantoran. Penyelengaraan Air Tanah yang ditetapkan menjadi objek Pajak Air Tanah sebagaiman disebutkan dalam Perbup Kabupaten Badung Nomor 1 Bab II Pasal 3 Tahun 2011 yaitu Objek Pajak adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. 14

2.1.9 Bukan Objek Pajak Air Tanah ini: Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah kegiatan dibawah a. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian, dan perikanan rakyat serta peribadatan. b. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah lainya yang diatur dengan peraturan daerah. Misalnya pengambilan air tanah dan atau air permukaan oleh pemerintah ousat dan pemerintah daerah, serta untukkeperluan pemadam kebakaran, tambak rakyat, riset atau penelitian dan sebagainya. 2.1.10 Izin Pengambilan Air Tanah Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pengaturan dan pemberian izin bagi orang atau badan yang akan mengambil dan atau memanfaatan air tanah untuk keperluan air minum, rumah tangga, industry, perternakan, pertanian, irigasi, pertambangan, usaha perkotaan dewatering, dan untuk kepentingan lainya, hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari Bupati/Walikota. Izin tersebut adalah: - Izin pengeboran air tanah. - Izin pemanfaatan air tanah. - Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur bor - Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur pantek/pasak atau sumur gali 15

Izin yang diberikan oleh Bupati/Walikota tidak dapat dipindah tangankan tanpa persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota dan perubahan izin harus dengan persetujuan Bupati/Walikota. Permohonan untuk mendapatakan izin adalah Disampaikan secara tertulis kepada Bupati/Walikota dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan dan izin tersebut diberikan oleh Bupati/Walikota setelah hasil pemerikasaan laboratories kualitas air tanah berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peraturan daerah tentang izin pemanfaatan air tanah dapat menetapkan izin pemanfaatan air tanah tidak diperlukan dalam hal pengambilan air dilakukan untuk keperluan: 1) Air minum dan atau dasar rumah tangga. 2) Penelitian dan atau penyelidikan yang dilakukan oleh instansi/lembaga pemerintah atau swasta yang telah mendapat pengakuan pemerintah dengan memberikan laporan penelitian kepada Gubernur. 3) Rumah ibadah, panti asuhan, dan bangunan sosial. 2.1.11 Dasar Pengenaan, Tarif, Dan Cara Perhitungan Pajak Air Tanah Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah (NPAT). Besarnya NPAT ditetapkan dengan peraturan Bupati. NPAT 16

dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh factor-faktor berikut: 1) Jenis sumber air 2) Lokasi sumber air 3) Tujuan sumber air 4) Volume air yang diambil dan atau dimanfaatkan 5) Kualitas air 6) Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan atau pemanfaatan air. Cara menghitung NPAT adalah dengan mengalihkan volume air yang diambil dengan dasar air. Harga dasar air ditetapkan secara periodic oleh Bupati dengan persetujuan DPRD dan memerhatikan factor-faktor diatas. Harga dasar air yang ditetapkan oleh Bupati dapat mengacu antara laintarif air yang ditetapkan oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% dan ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keluasan kepada pemerintah Kabupaten/Kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, setiap daerah Kabupaten/Kota diberi kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan Kabupaten lainya, asalkan tidak melebihi dar 20%. 17

Perhitungan Pajak Air Tanah: Volume pengambilan (penggunan Watermeter) x Tarif x 20% = Pajak Terhutang 18