PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

REAKTOR TIPE FIXED BED DAN PENERAPANNYA PADA INDUSTRI TAHU

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR ANAEROB-AEROB BERMEDIA KARBON AKTIF DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGAL

UNJUK KERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU SECARA BIOLOGI

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

Tembalang, Semarang

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

Hasil dan Pembahasan

Bab IV Data dan Pembahasan 4.2. Karakteristik Limbah Cair

PENYISIHAN ORGANIK PADA REAKTOR AEROB

Ross C, Valentine G.E, Smith B, Pierce P, 2003, Recent Advances and Applications of Dissolved Air Flotation for Industrial Pretreatment,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

PENGARUH BEBAN ORGANIK TERHADAP EFISIENSI ANAEROBIC FIXED BED REACTOR DENGAN SISTEM ALIRAN CATU UP-FLOW

Seeding dan Aklimatisasi pada Proses Anaerob Two Stage System menggunakan Reaktor Fixed Bed

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

Studi Kinetika Degradasi Zat Organik pada Reaktor Hibrid Anaerob

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN BIOFILTER ANAEROB BERMEDIA PLASTIK (BIOBALL)

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

APLIKASI ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK MENURUNKAN POLUTAN LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA. Yayok Suryo P.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF. Titiresmi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Adrianto Ahmad, Bahruddin, dan Nurhalim

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 )

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

STUDI PENGARUH SALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA BENOWO

Kajian Aklimatisasi Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sagu Secara Anaerob

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

UJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM

Pengaruh Variasi Sirkulasi Substrat terhadap Penyisihan Senyawa Organik pada Reaktor Metanogenesis

Agnita Febyanti, Adrianto Ahmad, Bahruddin Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia-Universitas Riau

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Kata kunci: Anaerob; Bioreaktor hibrid; Penyisihan COD; Waktu tinggal hidrolik

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENGARUH WAKTU STABILISASI PADA SEQUENCING BATCH REACTOR AEROB TERHADAP PENURUNAN KARBON

ANAEROB FIXED BED REAKTOR UNTUK MENURUNKAN COD, FOSFAT (PO4) DAN DETERJEN (LAS)

Penyisihan Karbohidrat dari Limbah Cair PKS dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

Transkripsi:

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED Indriyati Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkaijan dan Penrapan Teknologi, Jakarta Abstrak Proses pembenihan (seeding) dan aklimatisasi menggunakan reactor lekat diam terendam menggunakan media cincin keramik yang menggunakan substrat limbah cair pabrik permen, memperlihatkan aktivitas bekteri semakin stabil pada hari ke 91 sampai hari ke 99. hal tersebut dapat dilihat dari penyisihan COD sebesar 82 86 % konsentrasi gas metan berkisar antara 62 69 %, rentang ph 6,8 7,23 dan bakteri sudah melekat. Kata Kunci : Anaerob, Fixed bed, Seeding dan aklimatisasi. I. PENDAHULUAN Pada pengolahan limbah organik secara biologis dengan menggunakan Anaerobic Fixed Bed Reactor (Reaktor Anaerobik Lekat Diam Terendam dengan media pendukung), yaitu pengolahan secara anaerobik dengan pertumbuhan biomassa terlekat, sangat ditentukan oleh proses pembenihan (Seeding) dan aklimatisasi. Proses anaerobik adalah merupakan proses degradasi bahan organik kompleks berupa karbohidrat, protein atau lemak yang dihidrolisa menjadi bahan organik sederhana yaitu asam amino, glukosa dan asam lemak. Bahan organik sederhana tersebut kemudian melalui proses asidogenesis dirubah menjadi asam volatile yaitu propionat, butirat yang kemudian akan berubah menjadi asetat, H 2 dan CO 2 melalui proses asetogenesis, setelah itu melalui proses metanogenesis dirubah menjadi metan (CH 4 ) dan CO 2. Proses pembenihan dan aklimatisasi pada sistem anaerobik dipengaruhi oleh media pendukung, proses pertumbuhan melekat dan metode operasi reaktor lekat diam. Pemilihan media pendukung 6) untuk tumbuhnya bakteri sangat mempengaruhi kinerja dari reaktor yang akan digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas media pendukung adalah ukuran dan bentuk, perbandingan luas permukaan dan volume, porositas dan kekasaran permukaan media pendukung. Proses pertumbuhan melekat di dalam reaktor yang terjadi adalah bakteri tumbuh dan berkembang biak diatas suatu media pendukung dengan membentuk suatu lapisan lendir atau biofilm. Mekanisme proses yang terjadi adalah transportasi dan adsropsi cairan substrat/mikroorganisme ke fasa biofilm, reaksi metabolisme mikroorganisme sehingga terjadi mekanisme pertumbuhan, kestabilan dan kematian, adanya akumulasi biofilm secara kontinu pada media dan adanya mekanisme pelepasan biofilm. Keuntungan menggunakan pertumbuhan melekat adalah dapat menghindari penyumbatan, konsentrasi biomassa yang tinggi dapat dicapai, adanya kontak yang baik antara air limbah dengan mikroorganisme dan memberikan waktu yang lama kepada mikroorganisme anaerobi dalam pertumbuhannya. Untuk metode operasi reaktor lekat diam, pada pengoperasiannya, pola aliran secara ke atas (upflow) atau ke bawah (downflow). Aliran upflow, keuntungannya adalah akan terbentuk lumpur yang mengandung massa mikroorganisme dan mikroorganisme tidak mudah terbawa keluar. Kerugiannya yaitu pembentukkan lumpur akan menyumbat media pendukung. Sedangkan untuk aliran downflow, keuntungannya penyumbatan dapat dikurangi tapi kerugiannya jumlah mikroorganisme lebih sedikit daripada J.Tek.Ling. P3TL-BPPT.$(2):54-6 55

aliran upflow. Pengoperasian dapat juga dilakukan dengan melakukan sirkulasi karena sangat berguna untuk mengolah limbah dengan bahan dengan organik yang tinggi. Jika ada sirkulasi maka dapat mengencerkan bahan organik yang tinggi, pengatur ph, menstabilkan temperatur, serta membantu proses pengadukan. Gambar 1. memperlihatkan beberapa metode pengoperasian reaktor lekat diam terendam pompa peristaltik untuk memompa substrat masuk ke reaktor, gas flowmeter untuk mengukur volume gas yang terbentuk, tangki influen, tangki efluen. Reaktor tersebut terbuat dari pipa PVC dengan volume efektif 2,36 L, untuk jelasnya dilihat pada Gambar 2. Pembenihan dilakukan untuk menumbuhkan mikroba yang akan dipakai dalam penelitian. Effluen Effluen Flowmeter Tangki Tangki Efluen Pompa Efluen Efluen Gambar 2. Reaktor Lekat Diam Terendam Media Cincin Keramik. Gambar 1. Model Operasi Reaktor Lekat diam 7) Media yang digunakan yaitu cincin keramik berdiameter dan tinggi 3 cm. Media yang digunakan adalah cincin keramik karena media ini mempunyai luas permukaan efektif 8 m2/m3, porositas 81 %, inert, gampang dibuat. Pembenihan dilakukan untuk menumbuhkan mikroba yang akan dipakai dalam penelitian. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan mikroba yang terbentuk dengan limbah yang akan diolah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kestabilan mikroorganisme pada proses pembenihan (seeding) dan aklimatisasi pada reaktor tipe Fixed bed dalam pengolahan limbah cair pabrik permen yang mengandung bahan organik cukup tinggi. II. BAHAN DAN METODELOGI. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor lekat diam terendam dengan media cincin keramik, Aklimatisasi untuk mengadaptasikan mikroba yang terbentuk dengan limbah yang akan diolah. Seeding dan aklimatisasi dilakukan secara bersamaan karena pembenihan langsung didalam reaktor. Sumber bakteri diisikan langsung ke dalam reaktor sampai penuh, sehingga dapat dihitung volume kerjanya sebesar 2,36 L. Porositas reaktor dapat diketahui dengan menghitung perbandingan antara volume total dengan volume kerja. Volume total sebesar 25,1 L, maka porositas reaktor sebesar 81 %. Setelah bibit bakteri dimasukkan ke dalam reaktor, lalu di sirkulasi selama 8 hari. Selama 8 hari tersebut dikontrol kondisinya dengan pengukuran ph, temperatur, COD terlarut, VSS, TSS, gas metan. Diasumsikan mikroba telah menemmpel dan mulai tumbuh dengan melihat konsentrasi COD terlarut dan VSS turun. Selain itu sudah ada gas metan yang dihasilkan menandakan bahwa mikroba juga telah mulai bekerja. 56 Indriyati.23: Proses Pembenihan (Seeding) dan

Kemudian bibit mikroba diberi makan secara kontinyu dengan limbah permen yang konsentrasi COD terlarutnya bertahap dari yang rendah sampai mencapai 13., sesuai dengan yang akan diolah dengan reaktor ini, seperti pada Tabel 1. Kenaikkan konsentrasi makanan dapat dilihat dari stabilnya COD terlarut efluen, dan turunnya gas metan. Selain itu, pentahapan konsentrasi makanan juga dilihat dari laju bebannya, agar dapat mendekati laju beban dari variasi waktu tinggal yang dikehendaki. Debit makanan sebanyak 1 L/harinya, yaitu memasukkan influen sebanyak 1 L dan menampung effluen sebanyak 1 L. Pemberian makanan dilakukan setiaphari agar limbah influen yang masuk lebih fresh dan tidak mengalami banyak perubahan kondisi. Untuk menentukan konsentrasi limbah cair yang masuk, maka limbah dikondisikan sesuai konsentrasi yang dikehendaki. Limbah yang disimpan di freezer dilelehkan dahulu agar cair, lalu diencerkan dengan rumus : V1 X M1 = V2 x M2 Dimana : V1 = Volume limbah yang dibutuhkan M1 = Konsentrasi COD terlarut limbah cair V2 = Volume limbah yang ingin dimasukkan ( contoh = 1 L ) M2 = Konsentrasi COD terlarut yang ingin dimasukkan ( contoh = 5 ). M2 = Konsentrasi COD terlarut yang ingin dimasukkan ( contoh = 5 ). Setelah konsentrasi COD terlarut yang ingin dimasukkan (contoh = 5 ) dikondisikan dahulu ph-nya pada ph 7 dengan penambahan NaHCO 3. Pada tahap pemberian makanan ini parameter yang diukur ph, temperatur, COD terlarut, VSS, TSS, gas metan, alkanitas, TAV. Akhir dari tiap tahap aklimatisasi yaitu sewaktu penurunan COD stabil dan degradasinya 8%. Pada tiap tahap aklimatisasi juga dicek kandungan N dan P untuk mengetahui perbandingan COD : N : P yaitu 7 : 5 : 1. Sumber N dan P diperlukan sebagai nutrisi tambahan untuk pertumbuhan mikroba 2). Pengambilan sample sewaktu penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pada saat reaktor disirkulasi, pengambilan sample tiap hari di titik effluen. 2. Pada saat aklimatisasi atau sudah diberikan makanan denngan limbah, Pengambilan sample tiap 2 atau 3 hari sekali di titik influen dan effluen. 3. Pengukuran gas CH4 dilakukan tiap pengambilan sampel parameter penting yaitu COD terlarut. Volume biogas perhari dapat dilihat di gas flowmeter lalu diukur gas CH 4 nya dengan methan tester untuk membaca skala persen gas CH 4. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan penelitian pendahuluan, alat-alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan disini yang dimaksud adalah sumber mikroorganisme yaitu bakteri yang diambil untuk dikembang biakkan dalam reaktor. Bahan baku untuk sumber bakteri diperoleh dari limbah effluen pengolahan anaerob di pabrik permen. Karakteristik dari limbah effluen tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik Limbah Effluen Anaerob Parmeter Konsentrasi COD () 2284,84 BOD () 57 VSS () 1962 TSS () 3298 ph - 6-9 N total () 12 P total (),5 Minyak dan Lemak () <5 MBAS () <,2 (Sumber : PT. Nusantara Water Centre, April 21) Sumber bakteri ini dipilih karena diindikasikan bahwa pada effluen pengolahan anaeroba dari pabrik permen tersebut terdapat banyak bakteri anaerob yang ikut terbawa keluar. Selain itu, pada proses pembenihan dan aklimatisasi digunakan limbah permen yang sama, sehingga adaptasinya akan mudah dan cepat. Limbah permen yang akan digunakan diambil dari saluran limbah produksi pabrik. Karakteristik Limbah Cair dapat dilihat pada Tabel 2. J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4(2):55-61 57

Tabel 2. Karakteristik Limbah Cair. Parameter Konsentrasi COD total 3345,79 COD terlarut 17617,44 BOD 75 VSS 727 TSS 7572 N total 454,72 P total 15,39 Minyak dan lemak 413 ph - 4,5 (Sumber : Balai Teknologi Lingkungan, Agustus 21) Limbah yang konsentrasi COD nya antara 2 - >2 sebaiknya diolah dengan pengolahan anaerob 4). Selain itu perbandingan nilai BOD dan COD limbah permen tersebut adalah,42, dimana perbandingan nilai BOD dan COD untuk air buangan yang dapat didegradasi adalah,4,8 5). Melihat kondisi kondisi tersebut maka pada penelitian ini dipakai pengolahan anaerob dengan reaktor lekat diam terendam bermedia cincin keramik. Media cincin keramik dipilih karena inert (nonbiodegradable ), juga mempunayi luas spesifik 8 m²/m³ dan porositas,81. Pada masa seeding dan aklimatisasi bakteri dikembangbiakkan langsung di dalam reaktor, agar bakteri tersebut langsung dapat menempel pada media cincin keramik. Sumber bakteri diambil dari effluen pengolahan anaerob pabrik permen yang mempunyai nilai COD sebesar 2284,89 dan VSS sebesar 1962. Pemberian nutrien dilakukan karena perabandingan COD : N : P yang tidak memnuhi, seperti dilihat pada Tabel 2. dalam literatur 2), perbandingan COD : N : P = 7 : 5 : 1. Sumber N yaitu NH4CI dan sumber P yaitu KH2PO4 diberikan ke dalam reaktor sesuai dengan perbandingan. Selama seeding yaitu 8 hari tersebut tidak diberi makanan sampai nilai COD nya turun yang menandakan bahwa sudah ada aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri juga ditunjukkan dengan turunnya nilai VSS yang berarti bakteri sudah mulai menempel dan gas metan yang sudah mulai dihasilkan (Tabel 4). Pada hari ke 8 nilai COD terlarut sudah turun menjadi 31,62 dengan penyisihan sebesar 55%. Nilai COD terlarut ini merupakan parameter kandungan bahan organik yang dipakai bakteri sebagai makanan. Selain itu gas metan sudah terbentuk di hari ke-3, dan pada hari ke-8 yang sebesar 2,247 L/hr seperti pada Tabel 4. Gas metan terbentuk karena bakteri metan sudah mulai bekerja mendegradasi asam asam organik. Tahap selanjutnya dilakukan yaitu aklimatisasi atau pengadaptasian bakteri yang sudah menempel denga limbah cair yang akan diolah yaitu dari saluran limbah pabrik permen sebagai sumber makanan bagi bakteri. Pengadaptasian dilakukan dengan memberikan makanan atau substrat secara bertahap yaitu dengan konsentrasi COD nya dari yang kecil sampai konsentrasi yang akan diolah pada penelitian inti, penentuan Td 2 hari dari volume reaktor 2,36 L per Q influen 1L/hari, seperti pada Tabel 3. Tabel 3. PeningkatanKonsentrasi Limbah dan Laju Beban Organik. Konsentrasi Limbah (mg COD/L) Debit Limbah (L/hr) Laju Beban Organik (kgcod/m 3 hr) 5 1,24 8 1,39 1 1,54 13 1,65 13 1,45,93 (Sumber : Hasil Penelitian, 21). Ini dilakukan agar bakteri tersebut terbiasa dulu dengan konsentrasi yang kecil dahulu, jika sudah mulai kekurangan makanan baru dinaikkan konsentrasi makanannya. Jika pemberian makanan langsung pada konsentrasi yang besar, bakteri yang masih rentan dan belum banyak jumlahnya akan mengalami shock loading, karena bakteri belum mampu untuk mendegradasi bahan organik. Pada hari ke 9 pemberian makanan mulai dilakukan dengan konsentrasi pertama 5. Konsentrasi effulen sempat naik sedikit, ini dikarenakan bakteri sempat kaget dengan adanya penambahan makanan. Tetapi kemudian 58 Indriyati.23: Proses Pembenihan (Seeding) dan

konsentrasi effluen mulai turun lagi yang menandakan bakteri mulai bekerja lagi. Penurunan konsentrasi COD terlarut ini karena bakteri mamakan bahan organik sebagai nutrisi ( Gambar 3 ). Selain itu gas metan yang dihasilkan juga mulai meningkat sekitar 5 7 % dari gasbio yang dihasilkan (Gambar 5). Nilai VSS juga turun yang menandakan bakteri sudah menempel (Gambar. 4). Rentang ph juga bagus yaitu 7 8 dan bakteri metan bisa bekerja di ph 6 8 2) (Gambar 6). pada influen makanan, karena influen mempunyai nilai ph yang rendah sekitar 3 4. Penambahan ini untuk mengontrol kapasitas buffer. Kapasitas buffer yang sedikit akan merubah keseimbangan system dalam reaktor. Pada hari ke 18 sampai ke - 21 produksi gas metan mulai turun, menandakan bakteri metan membutuhkan tambahan makanan 3 ). Pengontrolan ph dilakukan dengan penambahan bikarbonat yaitu NaHCO3 Tabel 5. Data Seeding dan Aklimatisasi No Ke PH Suhu C COD In Cod Out Q Lt/hr Eff % VSS TSS Lt/hr 1 1 8.44 27.8 2284.89 2284.89 * 1962 3298 2 2 8.62 28.6 2284.89 1897.82 * 17 * * * 3 3 8.58 28.5 2284.89 1735.49 * 24 126 2188 3.542 28%.992 4 8 8.19 27.9 2284.89 31.63 * 55 4.322 52% 2.247 5 9 8.7 28.5 5514.71 1475.59 1 73 766 1836 4.32 62% 2.68 6 18 8.12 28.5 5514.71 417.98 1 92 582 1254 6.816 58% 3.953 7 21 9.8 28.7 5514.71 449.15 1 92 52 122 6.394 52% 3.325 8 22 7.94 28.6 8712.84 181.6 1 98 1.987 44%.874 9 33 7.69 28.2 836.37 732.23 1 91 2.533 54% 1.368 36 7.89 28.6 836.37 624.61 1 92 11.213 68% 7.625 11 37 7.84 27.9 836.37 62.58 1 93 366 136 3.624 65% 2.356 12 38 7.31 28.4 1136.21 767.55 1 93 3.22 72% 2.35 13 4 7.74 28.5 1171.5 39.34 1 97 3.12 66% 2.59 14 44 7.74 27.7 11391.6 845.93 1 93 466 164 3.398 52% 1.767 15 45 7.88 28. 11391.6 1.68 1 9 2.228 56% 1.248 16 46 7.95 28. 11391.6 963.51 1 92 64 1764 2.335 45% 1.51 17 5 7.18 28.7 144.66 63.38 1 95 9.688 46% 4.456 18 55 5.88 27.5 * 157.29 * 3.812 48% 1.83 19 63 6.34 27.8 * 3486.53 * 21.22 %. 2 64 6.44 27.8 13125.31 3253.83 1 75 872 238.94 11%.3 21 91 6.93 27. 1396.23 2171.9 1.45 83 7.95 69% 5.486 22 94 6.82 27.6 13861.22 1947.59 1.45 86 758 123 12.269 66% 8.94 23 96 9.9 27.8 13861.22 2316.37 1.45 83 8.93 62% 5.52 24 99 7.23 27.9 13816.85 2472.82 1.45 82 84 1298 14.436 62% 8.95 (Sumber : Hasil penelitian, 21). CH4 % Ch Lt/hr COD Inf & Eff (* mg/l) 15 5 7 1 8 15 22 29 36 43 5 COD Inf COD Eff Degr % Konsentrasi VSS & TSS (mg/l) 35 3 25 2 15 5 1 8 15 22 29 36 43 5 VSS TSS Gambar 3. Kandungan COD influen dan COD Efluen. Gambar 4. Konsentrasi VSS dan TSS () J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4(2):55-61 59

h) Produksi & Metan (l/ () Gambar 5. Produksi biogas dan metan (L/h). ph 25 2 15 5 8 6 4 2 1 7 13 19 25 31 37 43 49 Gambar 6. ph efluen proses seeding dan aklimatisasi Pada hari ke 22, konsentrasi makanan dinaikkan menjadi 8. konsentrasi efluen sampai hari ke 33 naik sampai 723,23. Ini dikarenakan bakteri beradaptasi dulu dengan konsentrasi yang baru. Produksi gas juga tidak banyak, tiap harinya berkisar antara,8,6 L/hari. Pada hari ke 33 sampai ke - 37, nilai COD mulai turun dan produksi gas metan bertambah sampai 65 % dari biogas yaitu 2,356 L/hari (Gambar. 5), ph juga masih dalam rentang kondisi anaerob yaitu 7,55 8,41. Bakteri siap untuk tahap berikutnya. Kondisi reaktor dikatakan stabil, karena nilao COD yang turun berarti bakteri memakai bahan organik yang ada pada substrat sebagai nutrisi. Aktivitas bakteri metan yang ada tersebut menghasilkan gas metan, yang nilai kandungan gas metan sesuai dengan rentang komposisi gas metan terbentuk sewaktu pengolahan yaitu 55% -- 75% 1) sehingga kinerja reaktor dalam keadaan baik. Pada hari ke 38, konsentrasi makanan dinaikkan menjadi 1. Konsentrasi COD sempat turun sampai hari ke 4, produksi gas metan juga menurun CH4 1 8 15 22 29 36 43 5 ph sekitar 2 L/hari, akan tetapi pada hari ke 41 sampai hari ke 45, COD mulai naik lagi. ke 45 tersebut produksi gas metan turun menjadi 1,248 L/hari. Pada hari ke 46 COD turun menjadi 963,51, tapi gas metannya 1,951 L/hari. Dengan pertimbangan bahwa produksi gas metan berkurang karena kurangnya makanan untuk bakteri, maka pada hari ke 5 konsentrasi makanan dinaikkan menjadi 13.. Akan tetapi baru 5 hari berjalan, reaktor mulai menunjukkan ketidak stabilan, karena terjadi penurunan ph menjadi 5,88. Nilai COD yang sempat turun kembali naik lagi menjadi 157,29. Persen gas metan juga turun menjadi 48% dari gasbio yang dihasilkan. Ketidak stabilan ini terjadi disebabkan kenaikan konsentrasi makanan yang terlalu cepat, sehingga bakteri metanogenik yang pertumbuhannya lebih lambat daripada bakteri asidogenik belum siap untuk mengolah beban organik yang lebih besar. Bakteri yang berperan besar pada saat ini adalah bakteri asidogenik yang dalam pengolahannya melepaskan ion H+. oleh karena itu, pemberian makanan dihentikan. Reaktor diresirkulasi agar terjadi keseragaman ph di dalam reaktor. Reaktor diresirkulasi selalma 8 hari. Selain diresirkulasi, diberi juga larutan NaHCO3,4 M ke dalam reaktor. Selama resirkulasi produksi biogas dan gas metan sempat tidak ada. Pada hari ke 64, nilai ph menunjukkan 6,44 dan nilai COD sebesar 3125,31. Nilai ph tersebut masih masuk dalam rentang kondisi anaerob, maka mulai diberi makanan lagi dengan konsentrasi 13 sebanyak 1 L/hr. Ternyata setelah dilihat selama 2 hari, reaktor kembali stabil. Nilai COD kembali turun mengalami peningkatan sampai 62% dari produksi gsbio, sedangkan rentang persen CH 4 pada pengolahan anaerob adalah 55 75% 1). Karena sudah stabil, maka pemberian makanan dinaikkan volumenya sebesar 1,45 L/hr. Dari hari ke 65 sampai hari ke 99, aktivitas bakteri semakin stabil. Efisiensi COD sebesar 82%. Selain itu kadar gas metan semakin naik. Rentang ph juga baik sekitar 6,82 7,23. 6 Indriyati.23: Proses Pembenihan (Seeding) dan

Konsentrasi COD effluen konstan dengan efisiensi penyisihan COD effluen sekiitar 8%. Proses pembenihan dan aklimatisasi dianggap selesai setelah kandungan metan dan efisiensi reactor dianggap stabil pada hari ke 91 sampai dengan hari ke 99. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian pembenihan (seeding) dan aklimatisasi menggunakan reactor lekat diam terendam dengan media cincin keramik yang menggunakan limbah cair pabrik semen, terlihat aktivitas bakteri semakin stabil pada hari ke 91 sampai dengan hari ke 99. Hal tersebut terlihat pada parameter sebagai berikut : Konsentrasi COD efluen stabil dengan penyisian COD sebesar 82 86%. Kandungan presen konsentrasi gas metan cukup baik dan stabil pada kisaran 62 69%. Rentang ph pada akhir proses aklimatisasi cukup baik sekitar 6,8 7,23. Nilai VSS berkisar antara 758 84, sedangkan TSS berkisar antara 123 1298 memperlihatkan bakteri sudah menempel. 3. Weiland, P. 1987 Development of Anaerobic Filters for Treatment og High Strength Agro Industrial Wastewater, Bio Process Engineering 2. Springer, Verlag. 4. Degremont. 1991 Wastewater Treatment Handbook, 6 th edition. Paris : Lavoisier Publishing. 5. Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment. Disposal Reuse 2th. Singapore : Me. Graw Hill. 6. Malina. Joseph F and Frederick G. Pohland. 1992. Design of Anaerobic Processes for the Treatment of Industrial and Municipal Waste. Pennsylvania : Technomic Publishing Company Inc. 7. Droste, Ronal R. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. Toronto : John Willey and Sons. DAFTAR PUSTAKA 1. Grady, C.P.L. and Lim, H.C. 198. Biological Wastewater Treatment, New York: Marcel Dekker. Inc. 2. Weiland, P and K. Wulfert. 1986. Pilot Plant Studies of Different Anaerobic Filter Types for Stillage Treatment. EWPCA Converance on Anaerobic Wastewater Treatment, September. Amsterdam. J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4(2):55-61 61