BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter sangat penting bagi Indonesia saat ini untuk menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. (Masnur Muslich, 2011:35) Fenomena tindak kejahatan dalam dunia pendidikan juga sering terjadi. Ada dua jenis kejahatan yang terjadi dalam dunia pendidikan, antara lain kejahatan akademik, dan kejahatan kemanusiaan. Kejahatan akademis ialah suatu tindak kejahatan yang berhubungan erat dengan proses kegiatan akademik dalam lingkungan pendidikan. Kejahatan akademis yang sering terjadi dalam pendidikan antara lain, mencontek saat ujian, plagiarisme, pemalsuan ijazah dan gelar. Kejahatan akademik jelas melanggar etika pendidikan dan sangat bertentangan dengan norma sosial masyarakat, yang menghendaki ketaatan setiap orang agar turut menjaga ketertiban dalam kehidupan di masyarakat. Pendidikan seharusnya 1

2 melahirkan orang-orang terpelajar, terdidik, dan berperilaku berdasarkan nilainilai luhur sesuai dengan etika pendidikan, namun dalam kenyataannya masih saja ada penyimpangan perilaku yang mencoreng citra pendidikan di Indonesia. (Dariyono, 2013:172) Selain kejahatan akademik, adapula kejahatan kemanusian yang sering terjadi. Kejahatan kemanusian ialah suatu tindak kejahatan yang melanggar hak asasi dan martabat kemanusiaan, antara lain: pelecehan seksual, pemerkosaan, pembunuhan, serta penganiayaan atau kekerasan. Salah satu kasus pemerkosaan yang telah terjadi adalah kasus pada siswa kelas 1 SMP Lampung Sumatera dijadikan objek pemerkosaan beramai-ramai oleh teman-teman sekolahnya. Selain kasus-kasus tersebut, adapula kasus kekerasan yang baru saja terjadi dalam kegiatan ospek di sekolah ataupun perguruan tinggi. (Dariyono, 2013:176-178) Kejahatan tidak seharusnya terjadi dalam lingkungan pendidikan, karena tindak kejahatan bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yang menghendaki setiap insan untuk bertindak luhur, cerdas, dan kreatif. Pendidikan seharusnya melahirkan orang-orang yang berfikir dan berperilaku luhur sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam UUD 1945 maupun UU yang mengatur tentang sistem pendidikan Nasional. Namun kenyataan membuktikan banyak perilaku jahat yang justru dilakukan dalam sistem pendidikan Nasional. Ada beberapa jenis kejahatan dalam pendidikan dan perlu penanganan khusus. Setiap pelaku kejahatan maupun korban kejahatan memiliki karakteristik sendiri, sehingga perlu penanganan yang baik oleh pihak sekolah maupun pemerintah untuk mengatasi masalah yang timbul. (Dariyono, 2013:179-181)

3 Salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya berbagai fakta di atas, maka perlu penanaman nilai-nilai karakter sejak usia dini, antara lain melalui kebijakan dari Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011 yang telah mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan, yaitu bahwasannya pendidikan karakter harus masuk dalam setiap aspek kegiatan belajar mengajar di ruang kelas, praktek keseharaian di sekolah, dan terintegrasi dengan setiap kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka, pecinta alam, olah raga, palang merah, dan karya tulis ilmiah. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga lingkungan tempat tinggal harus tetap berkesinambungan dalam menjaga nilai-nilai karakter. Sebagaimana yang ada pada Pusat Kurikulum (2010) menekankan 18 nilai-nilai karakter yakni religius, jujur, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab (Paper S.Wisni Septiarti, M.Si, 2012:7). Kelanjutan dari upaya tersebut, pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia juga mempunyai landasan-landasan yang dapat dijadikan rujukan. Landasanlandasan di sini dimaksudkan supaya pendidikan karakter yang diajarkan tidak menyimpang dari jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia. Landasan-landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia ada empat 1) agama; 2) pancasila; 3) budaya; 4) tujuan pendidikan nasional. (Muhammad Fadlillah, dkk. 2013:32). Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya, pendidikan karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama. Landasan ini sangat tepat bila diterapkan di Indonesia. sebab Indonesia merupakan Negara yang mayoritas

4 masyarakatnya beragama, yang mana mereka mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Oleh karena itu, agama merupakan landasan yang pertama dan utama dalam mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan. (Muhammad Fadlillah, dkk. 2013:33). Melalui Pendidikan Karakter, diharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga bisa bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Didalam persepektif Islam, pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah (Mulyasa, 2012:5). Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan. Krissantono sebagaimana dikutip Muhammad Fadlillah mengatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian, pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia; pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat menjelang dan sesudah

5 proklamasi kemerdekaan. Oleh karenanya, Pancasila ialah satu-satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan bangsa. Hubungannya dengan pendidikan karakter yaitu Pancasila harus menjadi ruh setiap pelaksanaannya. Artinya, pancasila yang susunannya tercantum pada UUD 1945, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Oleh karenanya, konteks pendidikan karakter dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu warga Negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga Negara. (Muhammad Fadlillah, dkk. 2013:33). Selain, agama dan pancasila, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Di daerah manapun di Indonesia, telah mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Maka, sudah menjadi keharusan bila pendidikan karakter juga harus berlandaskan pada budaya. Artinya, nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya di Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia. (Muhammad Fadlillah, dkk. 2013:34). Landasan terakhir yang tidak kalah penting adalah, berlandaskan pada tujuan pendidikan nasional. Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 3 yang berbunyi: bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

6 sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan uraian tujuan pendidikan nasional tersebut, telah jelas disebutkan bahwa, pendidikan tidak hanya bertujuan pada pembentukan kognitif siswa saja, akan tetapi mencakup ranah sikap atau karakter. Ranah sikap/karakter menurut Aqib (2012:40) dapat di klasifikasikan menjadi lima nilai-nilai utama yaitu, hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan diri sendiri, hubungannya dengan sesama, hubungannya dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan. Sebagai upaya kelanjutan penanaman nilai-nilai karakter tersebut, pemerintah telah melakukan pengembangan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, sisi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Melalui pengembangan kurikulum 2013 diharapkan akan mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum 2013 ini difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual (Mulyasa, 2013:65).

7 Penerapan Kurikulum 2013, pada tahun ajaran 2013/2014 telah diterapkan pada kelas I dan kelas IV. Pada kurikulum ini, penilaian di SD salah satunya menggunakan penilaian otentik yang merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (Output). Nilai sikap atau karakter telah jelas dicantumkan pada kompetensi inti satu dan dua. Pada kompetensi inti tersebut guru diharapkan mampu mengembangkan indikator penilaian sendiri dalam menerapkan nilai karakter pada setiap proses pembelajaran yang terjadi. Nilai sikap dapat dinilai dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian antar teman serta jurnal. Berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut, telah jelas bahwa nilainilai karakter wajib ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan serta efektifitas dalam proses implementasi nilainilai karakter di lapangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan. SDN Lowokwaru 2 merupakan salah satu SD percontohan kurikulum 2013 di kota Malang. SD ini telah menggunakan kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran ditahun ajaran 2013/2014 pada kelas I serta kelas IV. Akan tetapi pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian terhadap implementasi nilai-nilai karakter di kelas IV pada tema 9 Makanan sehat dan bergizi, sub tema Manfaat makanan sehat dan bergizi, pembelajaran 2 sampai dengan 4. Hal ini dimaksudkan karena, pada kelas IV telah jelas tertulis disetiap pembelajaran terdapat penilaian karakter atau sikap yang harus dicapai.

8 Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul Implementasi Nilai-Nilai Karakter dalam Proses Pembelajaran di Kelas IV SD Negeri Lowokwaru 2 Malang. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam dunia pendidikan yang nantinya bisa digunakan sebagai perbaikan untuk pengembangan kebijakan dalam dunia pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah : 1. Nilai-nilai karakter apa sajakah yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Lowokwaru 2? 2. Bagaimanakah guru mengimplementasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Lowokwaru 2? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Lowokwaru 2. 2. Untuk mendeskripsikan strategi guru mengimplementasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Lowokwaru 2. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua aspek, yaitu praktis dan teoritis. 1. Secara praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan kebijakan yang lebih baik dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Dinas Pendidikan atau instansi terkait.

9 b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta koreksi diri terhadap kekurangan bagi para guru. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pagi para guru SD Negeri Lowokwaru 2 dalam melaksanakan implementasi nilai-nilai karakter. 2. Secara teoritis a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pendidikan, sesuai dengan teori-teori pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan nilai-nilai karakter. b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pendidikan, sesuai dengan teori pembelajaran humanistik yang dikemukakan oleh Bloom yang berada pada ranah Afektif (sikap). 1.5 Batasan Istilah 1. Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam KBBI, implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Implementasi yang dimaksud oleh peneliti adalah proses penerapan suatu kebijakan melaksanakan program nilai-nilai karakter di kelas. 2. Nilai-Nilai Karakter Nilai-nilai pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur untuk memperkuat karakter individu yang berimplikasi pada penguatan karakter bangsa. Hal yang

10 menjadi dasar pijakan pada pendidikan karakter adalah budi pekerti dan kewarganegaran. 3. Pembelajaran Menurut Nata, sebagaimana dikutip oleh Fathurrohman (2012:7) pembelajaran adalah usaha usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya porses belajar untuk belajar. Pembelajaran pada penelitian ini yaitu meliputi proses penyampaian pesan dari sumber pesan, yaitu guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada saat pembelajaran berlangsung.