BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN WILAYAH KECAMATAN TULAKAN KANTOR DESA NGUMBUL Jl.Raya Desa Ngumbul Kecamatan Tulakan Kode Pos : 63571

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita bangsa dan bagaimana

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. cara koersif maka akan tidak efektif. Pada dasarnya remaja memiliki sifat yang keras dan pemberontak.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Lingkup Tugas. : Ketua RW : - POSISI / JABATAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 223/ HK / 2015 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KOTA BLITAR

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. laksanakapn terhitung mulai tanggal 2 Agustus 2016 sampai dengan 31. Agustus 2016 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

NOMOR 222/ HK / 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2014 Seri E Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB V PENUTUP. laksanakan terhitung mulai tanggal 25 Januari 2017 sampai dengan 23. Februari 2017 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB VII AKSI BERSAMA MENUJU MASANGAN BEBAS NARKOBA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dengan demikian, dari temuan-temuan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia memiliki tanggapan yang positif terhadap perilaku menyimpang para remaja di lingkungan mereka. Tanggapan positif yang dimaksud, ditandai antara lain: 1) Kesadaran tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia tentang perilaku menyimpang para remaja, sebanyak 63% menganggap kenakalan remaja di Kelurahan Tanjung Gusta masih pada tingkat biasa saja; 71,7% menyatakan bahwa perilaku-perilaku remaja hingga saat ini masih pada tingkat biasa saja (tidak mengganggu); 89,1% menyadari perlunya suatu wadah atau organisasi bagi remaja di Kelurahan Tanjung Gusta untuk menyalurkan bakat, minat maupun hobby mereka serta sebagai langkah untuk untuk mencegah para remaja agar tidak berperilaku menyimpang; 84,8% menganggap dan menyadari bahwa orang tua masih kurang perhatian dan kurang peduli terhadap anak mereka yang berperilaku menyimpang; 60,9% menyadari bahwa lembaga pendidikan di Kelurahan Tanjung Gusta juga kurang memberikan perhatian dan kepedulian terhadap remaja yang berperilaku menyimpang; dan sebanyak 56,5% tokoh masyarakat menyadari bahwa perhatian dan kepedulian pemerintah desa terhadap remaja yang berperilaku menyimpang di Kelurahan Tanjung Gusta juga masih kurang. 60

61 2) Penilaian tokoh masyarakat juga menilai tentang perilaku menyimpang remaja, sebanyak 69,6% tokoh masyarakat menilai bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan remaja masih pada tingkat penyimpangan biasa dan masih bisa dimaklumi; 69,9% menilai dampak perilaku menyimpang remaja masih pada tingkat biasa saja dan masih bisa dikendalikan; 82,6% menilai bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dikarenakan kurangnya pendidikan dan kepedulian dari keluarga atau orang tua; 58,7% tokoh masyarakat menilai bahwa pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan remaja adalah keluarga atau orang tua, serta sebanyak 97,8% menilai bahwa cara persuasif (membujuk, mengajak dan mendidik) merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang yang telah dilakukan para remaja di Kelurahan Tanjung Gusta. 3) Penerimaan tokoh masyarakat mengenai perilaku menyimpang yang telah dilakukan remaja di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia, sebanyak 82,6% menyatakan perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja cukup bisa ditolerir dan diberi pengertian atau nasehat saja; 97,8% menyikapinya dengan cara menyerahkan remaja yang berperilaku menyimpang kepada orang tua remaja tersebut; 67,4% menyatakan sangat perlu dilakukan pembinaan kepada para remaja yang telah berperilaku menyimpang di Kelurahan Tanjung Gusta; dan sebanyak 67,4% beranggapan bahwa untuk mencegah para remaja agar tidak berperilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan, pengetahuan, dan nasihat kepada remaja untuk tidak melakukan penyimpangan sosial karena melanggar norma dan dilarang oleh agama.

62 B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada tokoh-tokoh masyarakat termasuk tokoh pemuda diharapkan untuk lebih memberikan bimbingan dan nasehat kepada para remaja yang berperilaku menyimpang agar tidak melakukan aktivitas atau perilaku-perilaku menyimpang yang dapat meresahkan masyarakat di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta, dan disarankan agar lebih melibatkan dan mengikutsertakan para remaja tersebut dalam berbagai kegiatan positif di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta seperti kegiatan memperingati hari Kemderdekaan RI, gotong royong membersihkan lingkungan, kegiatan karang taruna, organisasi kepemudaan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan kegiatan positif lainnya sehingga para remaja memiliki rasa dihargai dan memiliki rasa tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat sosial. 2. Kepada tokoh-tokoh agama, diharapkan untuk lebih memberikan bimbingan, nasehat dan petunjuk kepada remaja agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama dengan melibatkan para remaja aktif dalam kegiatankegiatan kerohanian maupun memperingati hari-hari besar keagamaan dengan membentuk organisasi kerohanian seperti Pemuda-Pemudi Gereja, Remaja Mesjid dan lain sebagainya. 3. Kepada tokoh-tokoh adat, juga diharapkan untuk lebih memberikan bimbingan, nasehat dan petunjuk kepada remaja agar tidak melanggar normanorma baik menurut adat istiadat maupun norma sosial yang berlaku dalam bermasyarakat di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta, dan disarankan untuk lebih melibatkan para remaja dalam kegiatan adat seperti pada acara adat

63 pernikahan, acara duka cita (masyarakat yang meninggal dunia), dan lain sebagainya. 4. Kepada tokoh pemerintah desa, untuk mencegah perilaku menyimpang remaja agar tidak lebih mengarah kepada perilaku yang membahayakan, mengganggu keamanan atau ketertiban lingkungan di dalam masyarakat, maka peneliti berharap agar pemerintah desa di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta memberikan dan menyediakan wadah atau organisasi yang memadai bagi remaja untuk menyalurkan bakat, minat maupun hobby mereka agar mereka dapat mengisi waktu luang pada kegiatan yang positif seperti menyediakan lapangan olahraga (volly, basket atau badminton), dan disarankan agar lebih peka dan lebih berperan aktif dalam memberikan pembinaan bagi para remaja yang telah melakukan perilaku-perilaku menyimpang serta melibatkan para remaja dalam berorganisasi seperti karang taruna maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta. 5. Kepada tokoh-tokoh pendidikan, diharapkan untuk lebih memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada para remaja tentang peran dan tanggung jawab remaja sebagai warga masyarakat agar selalu menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan di mana para remaja tinggal, dan disarankan agar dapat bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang ada di lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia untuk memberikan pendidikan informal bagi remaja-remaja yang putus sekolah, maupun memberikan pelatihan-pelatihan seperti membuat kerajinan tangan, keterampilan jahit menjahit, keterampilan tata rias dan lain sebagainya dengan melibatkan tokoh-tokoh pemuda sebagai tenaga pengajar atau instruktur, dan berkerjasama dengan tokoh adat, tokoh agama maupun tokoh pemerintah desa untuk mencari sponsor untuk mendanai kegiatan tersebut.

64 6. Kepada orang tua hendaknya lebih menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan beragama, artinya jika orang tua lebih memberikan contoh teladan yang baik sesuai ajaran agama yang dianut maka anak-anakpun akan berperilaku seperti apa yang dilakukan orang tua mereka sehingga terhindari dari tindak atau perilaku-perilaku menyimpang. Kepada orang tua juga disarankan untuk lebih memperhatikan, perduli dan peka terhadap aktivitas atau pergaulan anak-anaknya di luar rumah. 7. Kepada remaja diharapkan untuk lebih selektif dalam memilih teman atau dalam berinteraksi dengan teman sepermainan (bergaul). Sekalipun berteman dengan mereka yang sering berperilaku menyimpang tidak dapat dihindari, maka alangkah baiknya jika remaja lebih bisa memilih dan menentukan mana yang pantas untuk diikuti mana yang tidak. Kepada para remaja juga disarankan agar dapat menghindarkan diri dari segala bentuk perilaku menyimpang, baik yang dianggap sepele (seperti nongkrong di warnet atau minum-minuman keras), dan disarnkan untuk lebih meningkatkan penghayatan nilai-nilai keagamaan dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal serta hendaknya menyalurkan waktu luang kepada hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat misalnya kegiatan olahraga maupun seni. 8. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang tanggapan tokoh masyarakat terhadap persoalan perilaku menyimpang remaja, sehingga informasi yang didapat lebih luas dan akurat dan disarankan untuk lebih memperluas area populasi dan menambah sampel penelitian yang representatif, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih luas.