BAB VI PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

KPU KOTA ADM. JAKARTA BARAT HASIL RISET TENTANG

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

Refleksi Forum Jatinangor (Catatan warga Pegiat di ForJat)

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6/11/2014. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEREKONOMIAN INDONESIA

POKOK BAHASAN VII Advokasi Kebijakan Publik

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

SAMBUTAN KEPALA DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

ETIKA SOSIAL.

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

Kerangka Kerja Terpadu. Untuk ADVOKASI KEBIJAKAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Membangun Organisasi Rakyat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

EKONOMI KELEMBAGAAN UNTUK SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (ESL 327 ) Ko-Manajemen. Kolaborasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

OLEH : LILIS SOLEHATI Y (KETUA BKWK DEKOPIN)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM )

Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Komunitas IBRA : Profil singkat. Profil Komunitas IBRA : Latar Belakang Kegiatan

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Transkripsi:

BAB VI PENGORGANISASIAN MASYARAKAT A. Konsep Pengorganisasian Masyarakat Pengorganisasian adalah strategi/ upaya bersama (kolektif) dari sebuah kelompok masyarakat dengan mendayagunakan seluruh potensi sumberdaya, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Pengorganisasian masyarakat dimaksudkan agar masyarakat menjadi penggagas, pemrakarsa, pendiri, penggerak utama sekaligus penentu dan pengendali kegiatan-kegiatan perubahan sosial yang ada dalam organisasi masyarakat. B. Landasan & Tujuan pengorganisasian Landasan Filosofis Kebersamaan yaitu dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Pemberdayaan, karena pada dasamya masyarakat sendiri yang seharusnya berdaya dan menjadi penentu dalam melakiikan perubahan sosial. Tujuan Pengorganisasian 1. Secara internal tujuan pengorganisasian adalah mengembangkan dan membangun organisasi masyarakat. 2. Secara ekstemal tujuan pengorganisasian adalah membangun jaringan antar organisasi masyarakat untuk menghadapi rnasalahrnasalah bersama atau lebih ditujukan untuk membangun kekuatan bersama yang lebih besar lagi. 3. Menyelesaikan masalah dan konflik yang terjadi di tengah warga masyarakat yang setiap saat muncul dan haras segera diselesaikan untuk menuju perabahan sosial yang lebih baik.

C. Manfaat Melakukan Pengorganisasian Manfaat jangka pendek, mengorganisir diri adalah suatu alat effektif untuk membuat sesuatu menjadi terlaksana. artinya banyak diantara masalah keseharian yang kita hadapi dapat dipecahkan dan dirubah dengan cara mengorganisir diri. Manfaat jangka panjang yg jauh lebih penting: Masyarakat bisa belajar sesuatu yang bara tentang diri sendiri, yaitu kesadaran bahwa mereka selama ini selalu diabaikan dan diperdayakan. Masyarakat dapat menemukan bahwa kehormatan dan kedaulatan mereka selama ini justru tidak dihargai karena ketiadaan kepercayaan diri di antara warga masyarakat sendiri. Masyarakat akan mulai belajar bagaimana caranya mendayagunakan semua potensi, kemanipuan dan ketrampilan yang mereka miliki dalam proses-proses pengorganisasian; bagaimana bekerja bersama dengan warga lain, menyatakan pendapat dan sikap mereka secara terbuka, mempengarahi kebijakan resmi, menghadapi lawan atau musuh bersama. Masyarakat mulai mengenal dan menemukan diri mereka sendiri. Warga masy akan bisa menemukan siapa mereka sebenarnya selama ini, berasal dari mana, seperti apa latar belakang mereka, sejarah mereka, cikal-bakal mereka, akar budaya mereka serta kepentingan bersama mereka. Salah satu kerja penting dari pengorganisasian adalah proses pengorganisiran itu sendiri yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Pelembagaan kerja bersama sudah tenvujudkan ke dalam berbagai macam kerja organisasi asli masyarakat seperti "upacara adat", "gotong - royong", dll. D. Mengapa Warga Mengorganisir Diri atau Menolak untuk itu? Warga-warga masyarakat mengorganisir diri karena beberapa alasan yang mungkin berbeda. Salah satu landasan awal dari upaya mengorganisir diri adalah tersedianya landasan bersama (common platform), baik benapa nilai,

institusi dan mekanisme bersama. Misalnya, pengorganisasian harus jelas visi dan misi yang ingin dicapai dari upaya pengorganisasian itu. Visi dan Misi itulah kemudian diturunkan ke dalam strategi dan program yang bisa menjawab kebutuhan anggota secara lebih jelas. Mengapa sebagian warga tidak mensorganisir diri? Tidak semua warga yang mempunyai masalah lantas mengorganisir diri. Beberapa warga akan tetap berkutat mencoba menyelesaikannya sendirian, meskipun sudah terbukti berkali-kali gagal atau kurang berhasil. Ada banyak alasan mengapa warga menolak berhimpun dengan warga lain, misalnya: a. Ada sebagian warga pengorganisasian merupakan hal baru. b. Merasa cemas karena akan dimintai sesuatu atau melakukan sesuatu yang mereka yakini belum pasti. c. Takut dimintai pertanggungjawaban atau menyatakan pendapatnya di depan umum. d. Takut pada apa yang bakal terjadi jika pengorganisasi itu nanti sudah berjalan, mereka akan mendapatkan tantangan, rintangan ataupun akibatakibat lain yang dirasakan memberatkan. E. Dimana melakukan Kerja Pengorganisasian Tempat terbaik untuk untuk memulai suatu pengorganisasian adalah tempat dimana warga masyarakat berada, dengan warga-warga yang ada di sekitar kita, tentang masalah yang memang oleh warga diprihatinkan bersama, tentang sesuatu yang oleh warga masyarakat menginginkan terjadi perubahan atasnya. Mulailah dengan bekerja dan bidup bersama warga. Pengorganisasian tidak perlu merupakan sesuatu yang serba besar pada awal mulanya, jika ingin berhasil. Pengorganisasian bisa dimulai dari sebuah kelompok yang kecil. F. Apa yang harus Kita Kerjakan dalam Pengorganisasian? Langkah Pertama. mempelajari situasi sosial kemasyarakatan di daerah tersebut. Masyarakat sebagai entitas politik, ekonomi bisa dipilah berdasarkan

kategori; region (dusun, RT), profesi (petani-pengrajin-pengusaha), ataupim kekerabatan (trah). Identifikasilah basis mana yg biasanya dilakukan dim masy, bisa basis kewilayahan, profesi, kekerabatan atau lainnya. Langkah Kedua. pengorganisasian juga seharusnya memperhatikan titik masuk institusional (kelembagaan). PEMANFAATAN LEMBAGA Memanfaatkan lembaga yg telah ada Membentuk baru KELEBIHAN Telah dikenal oleh masyarakat Telah ada sarana dan prasarana lembaga. Lebih mandiri dan partisipatif. KEKURANGAN Biasanya diinisiasi dari atas, sehingga tidak terinternalisasi Belum terlembaga-nya mekanisme dalam organisasi. Langkah Ketiga, melajcukan dan memperkuat kerja=kerja basis, yaitu kerjakerja yang dilakukan oleh kelompok inti (yang mengorganisir diri terus menerus) secara internal berupa : 1. Upaya membangun basis warga masyarakat (melakukan rekruitmen dan pendekatan pada komunitas yang senasib agar man bergabung dalam pengorganisasian). 2. Pendidikan pada anggota mengenai visi, misi, dan kepentingan bersama dari organisasi masyarakat. 3. Merumuskan strategi untuk memperjuangkan kepentingan bersama organisasi masyarakat. G. Membangun Jaringan Untuk mencapai tujuan bersama, sebuah pengorganisasian memerlukan keterlibatan banyak pihak dengan berbagai spesifikasi yang berbeda dalam suatu koordinasi yang terpadu dan sistematis. Tidak ada satupun organisasi yang mampu mencapi tujuannya tanpa

bantuan dari pihak-pihak lain yang juga mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama. Semakin banyak warga masyarakat/organisasi menyuarakan hal yang sama maka, semakin kuat kepercayaan bagi timbulnya perubahan yang diinginkan. Membangun jaringan merupakan salah satu cara untuk menambah "kawan", sekaligus mengurangi "lawan" dalam memperjuangkan perubahan yang diinginkan. Secara garis besamya kerja-kerja jaringan dapat dipilah menjadi tiga bentuk : Kerja Basis Kerja basis merupakan kerja yang dilakukan oleh kelompok inti (pengorganisir) dengan melakukan langkah-langkah; membangun basis masa, pendidikan dan perumusan strategi. Kerja Pendukung Kerja pendukung ini dilakukan oleh kelompok-kelompok sekutu yang menyediakan jaringan dana, logistik, informasi data dan akses. Kelompok sekutu bisa berasal dari kalangan LSM, kelompok intelektual/ akademisi, Lembaga pendana (donor) dan kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai komitmen terhadap persoalan yang diperjuangkan. Kerja Garis Depan Kerja garis depan dilakukan terutama berkaitan dengan advokasi kebijakan, mobilisasi massa, mempeluas jaringan, lobbi dan melaksanakan fungsi jura runding. kerja-kerja garis depan bisa dilakukan oleh kelompok organisasi/invidual yang memiliki keahlian dan ketrampilan tentang hal ini.