KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DIKELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 GANTIWARNO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KEDUNG LUMBU KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS X DI SMA BERBUDI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Diajukan Oleh :

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANGGI PRATIWI A

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB III LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS VII DAN KELAS VIII DI SMP N23 SURAKARTA

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI DESA KRAGILAN KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

TINGKAT KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BANJIR DITINJAU DARI TINGKAT SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA TELUKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA SMP N 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

Transkripsi:

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Geografi Diajukan Oleh: PUSPITASARI A 610 090 098 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 0

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR Oleh : Puspitasari, A 610 090 098, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, (3 penguji) ABSTRAK Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang rentan terhadap bencana. Oleh karena itu, masyarakat harus memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di lingkungan tempat tinggal mereka. Simulasi bisa dikatakan sebagai bentuk kegiatan pembelajaran berbasis kebencanaan yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat terhadap banjir dan tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Obyek penelitian ini adalah masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner yang memuat yang memuat sepuluh indicator kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir. Kuesioner kesiapsiagaan di uji validitas sebelum di sebarkan di lokasi penelitian. Setelah data terkumpul, data di analisis menggunakan metode statistic deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Melalui perhitungan parameter kerentanan banjir dapat disimpulkan bahwa kerentanan sosial termasuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan kerentanan lingkungan termasuk dalam kategori rendah. 2) Nilai indeks kesiapsiaagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten adalah 90,2% dan termasuk dalam kategori sangat siap dalam menghadapi bencana banjir. Kata Kunci: Kerentanan, Kesiapsiagaan, Bencana Banjir

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Filipina dan Samudra pasifik di bagian timur. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya (Krisnha S pribadi:2008). Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi baik yang masih aktif maupun sedang istirahat, namun Jawa Tengah juga merupakan salah satu Propinsi yang rawan akan terjadinya bencana banjir hal tersebut di karenakan tingkat curah hujan yang sangat tinggi secara cepat di daerah-daerah tangkapan air, membawa air lebih banyak lagi ke sistim hidrologi yang cukup dapat dikeringkan kedalam kanal-kanal sungai yang ada sedimentasi dasar - dasar sungai dan penggundulan-penggundulan hutan di daerah-daerah tangkapan air dapat memperburuk kondisi yang mengakibatkan terjadinya banjir. Desa Bawak merupakan Desa yang sering mengalami bencana banjir. Awal tahun 2013 pada bulan januari terjadi banjir sehingga mengakibatkan kegiatan masyarakat yang ada di Desa Bawak tersebut lumpuh dan petani di desa tersebut mengalami kerugian karena gagal panen. Banjir di Desa Bawak terjadi karena akibat dari luapan kali dengkeng yang merupakan hulu dari sungai Bengawan Solo. B. Tujuan Penelitian Tujuan : 1. Mengetahui bagaimana kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap banjir di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. 2. Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten dalam menghadapi bencana banjir. 2. LANDASAN TEORI 1) Bencana Menurut UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana 1

adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Pengertian bencana menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya meraka sendiri. 2) Kerentanan Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertenu. Kerentanan berhubungan dengan aset-aset yang rentan terhadap bencana. Indikator yang digunakan untuk menganilisis kerentanan banjir adalah kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. 3) Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan tingkat efektivitas respon terhadap bencana secara keseluruhan. Kesiapsiagaan bertujuan membangun ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana. Fokus pengukuran kesiapsiagaan warga terhadap bencana adalah elemen-elemen dari ketahanan warga itu sendiri. 4) Masyarakat Masyarakat merupakan sejumlah manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Pengertian masyarakat menurut beberapa ahli (bisosial.com) 1) Menurut(Selo Sumardjan:2012) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. 2) Menurut (Paul B Horton dan Hunt:2012) masyarakat merupakan 2

kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok manusia tersebut. 3) Menurut (Harold J. Laski:2012), masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. 3. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat Penelitian Peneliti mengambil Desa Bawak sebagai daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian. Karena di Desa tersebut sering terjadi banjir, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. 2) Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini di mulai pada bulan Maret 2013 sampai dengan selesai. B. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) Desa Bawak yang berjumlah 1.812. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 92 (KK) Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik simple random sampling. C. Variable Penelitian Variabel didefenisikan sebagai something that may vary or differ sesuatu yang berbeda atau yang bervariasi (Brown dalam Jonathan Sarwono:2006). Menurut (Davis dalam Jonathan Sarwono:2006) variabel is simpy symbol or a concept that can assume any one of a set of values simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai. Pada penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen. Menurut (Sugiyono:2012) variabel independen atau sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel 3

independennya ialah kesiapsiagaan masyarakat. Sedangkan variabel dependen (Sugiyono:2012) sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependennya ialah Kerentanan bencana banjir. D. Teknik Pengumpulan Data a) Pengamatan (Observasi) Menurut(Rubino Rubiyanto:2009) pengamatan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kondisi geografis Desa Bawak kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. b) Wawancara (Interview) Menurut (Rubino Rubiyanto:2009) wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Wawancara dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung yaitu wawancara yang dilakukan dengan warga Desa Bawak, sedangkan wawancara tidak langsung yaitu apabila wawancara yang di lakukan dengan pihak lain yang mengetahui tentang kondisi Desa Bawak tersebut. Wawancara yang digunakan dalam perolehan data ini ditujukan kepada warga Desa Bawak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. c) Angket (Questioner) Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Teknik kuesioner dianggap teknik yang cocok digunakan apabila jumlah respondennya cukup besar dan mencakup wilayah yang sangat luas. Angket penelitian ini berisi 20 soal pilihan ganda terdiri dari 10 standar kesiapsiagaan yang digunakan sebagai indikator pembuatan kuesioner. 4

Kesiapsiagaan penilitian ini diukur melalui sepuluh standar kesiapsiagaan yaitu: 1. Pembentukan dan Pembangunan Kapasitas Organisasi untuk Mengawasi dan Menjalankan Sistem Peringatan. 2. Evakuasi 3. Penyelamatan dan Bantuan 4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Menangani Bencana 5. Mobilisasi Langsung 6. Pengaturan stok persediaan 7. Komunikasi Bahaya 8. Pelatihan Relawan 9. Latihan dan Simulasi Masyarakat 10. Pendidikan dan kesadaran masyarakat E. Teknik Analisis data Dalam penelitian kuantiatif teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi maka teknik analisis yang digunakan adalah statistic inferensial. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data statistik inferensial. Peneliti akan membuat kesimpulan dari data sampel yang berlaku untuk populasi, yaitu kerentanan dan kesiapsiagaan seluruh masyarakat Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Tiga kerentanan banjir di Kecamatan Cawas adalah kerentanan sosial, ekonomi, dan ligkungan. Kerentanan sosial berhubungan dengan keadaan demografi yang dinilai rentan terhadap bencana banjir di Kecamatan Cawas. Kerentanan ekonomi berkaitan dengan lahan produktif dan pendapatan masyarakat yang akan terkena dampak jika terkena bencana banjir. Parameter kerentanan lingkungan adalah 5

penggunaan lahan disekitar kawasan DAS. Penggunaan lahan yang dimaksud adalah hutan lindung, hutam alam, hutan bakau, semak, dan rawa. Secara keseluruhan tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Cawas masuk kategori sedang. Kerentanan sedang apabila skor total kerentanan antara 20-40, sedangkan kerentanan tinggi jika total skor kerentanan sosial lebih dari 40, kerentanan rendah jika skor total kurang dari 20. Klasifikasi kerentanan ekonomi di Kecamatan Cawas masuk kategori tinggi. Dikatakan tinggi karena skor kerentanan ekonomi antara 0,5 sampai 0,9 sedangkan kerentanan ekonomi di Kecamatan Cawas lebih dari 0,9. Parameter kerentanan lingkungan untuk mengetahui tingkat kerentanan banjir adalah penggunaan lahan di Kecamatan Cawas. Penggunaan lahan dalam satuan hektar are menunjukkan jumlah penggunaan lahan hutan lindung, hutan alam, semak belukar, dan rawa. Penggunaan lahan di Kecamatan Cawas adalah bukan hutan, semak belukar, dan rawa. Jadi, tingkat kerentanan lingkungan dapat diklasifikasikan rendah. B. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Banjir di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir dihitung dengan indeks. Adapun berdasarkan hasil perhitungan indeks gabungan tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir adalah sebagai berikut: Indeks = = = 0,902 Tabel Tingkat Kesiapsiagaan Desa Bawak Kecamatan Cawas, Klaten. Indeks Nilai Kategori Jumlah Presentase 80-100 Sangat siap 88 95,7 % 65-79 Siap 4 4,3 % 55-64 Hampir siap - - 40-54 Kurang siap - - 0-39 Belum siap - - Total 92 100 % 6

Tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir diperoleh nilai Indeks gabungan sebesar 0,902 atau 90,2%. Oleh karena hasil perhitungan berada pada interval 80 100, maka tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir termasuk kategori sangat siap. 5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Cawas masuk kategori sedang dengan skor total kerentanan 20,7%, kerentanan ekonomi di Kecamatan Cawas masuk kategori tinggi, karena skor kerentanan ekonomi lebih dari 0,9% dan kerentanan lingkungan di Kecamatan Cawas masuk kategori rendah, hal ini disebabkan penggunaan lahan di Kecamatan Cawas adalah bukan hutan, semak belukar, dan rawa. Jadi, tingkat kerentanan lingkungan dapat diklasifikasikan rendah yaitu dengan skor kerentanan 0,3%. 2. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir diperoleh nilai Indeks gabungan sebesar 0,902 atau 90,2%. Oleh karena hasil perhitungan berada pada interval 80-100, maka tingkat kesiapsiagaanmasyarakat di Desa Bawak Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana banjir termasuk kategori sangat siap. B. Saran a. Masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan dalam masyarakat, sehingga tingkat kerentanan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam masyarakat akan dapat diminimalisir dan dapat mengurangi terjadinya risiko bencana banjir. b. Kesiapsiagaan terhadap bencana banjir seharusnya dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat, karena bencana banjir akan terkena pada seluruh masyarakat terutama pada daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap bencana banjir. 7

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Barri, Adhitya. 2009. Muhammadiyah dan Kesiapsiagaan Bencana. Bandung. Risalah MDMC. Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Di Sekolah. Jakarta : KEMENDIKNAS LIPI UNESCO/ISDR. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta. Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta. Nugraha, Khrisma,dkk. 2009. PASTI. Jakarta: UNESCO Office. Paimin, Sukresno dan irfan budi pramono. 2009. Teknik mitigasi banjir dan tanah longsor. Balikpapan : Tropenbos internasional Indonesia programe. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Pribadi, Krishna S, dkk. 2008: Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana-Institut Teknoloi Bandung. Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit PGSD FKIP- UMS. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Anonim. 2012. http://www.bisosial.com/2012/05/pengertian-masyarakat-menurutpara-ahli.html diakses 2 Juli 2013. 8