Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

Aspek utama dari perubahan yang fundamental ini adalah stimulasi terhadap investasi, produksi dan perdagangan produk pertanian melalui: (i) akses pasa

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA)

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

BAB II PENGATURAN KEGIATAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

IDENTITAS MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA TESIS

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

KAJIAN YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1994 TENTANG

UPAYA PENERAPAN RETALIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

AGREEMENT ON AGRICULTURE DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION. Akbar Kurnia Putra

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

PENEGAKAN PRINSIP SPECIAL AND DIFFERENTIAL TREATMENT DALAM PERSEPEKTIF HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Establishing The World Trade Organization tersebut melalui Undang-undang

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO

WTO MELINDUNGI KEPENTINGAN DOMESTIK NEGARA ANGGOTANYA SECARA OPTIMAL Sulistyo Widayanto 1

RELEVANSI PRINSIP NON DISKRIMINASI DALAM WTO DARI SUDUT PELAYANAN JASA PARIWISATA BALI Oleh : I Kadek Setiawan, S.H. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) DISUSUN OLEH:

UNIVERSITAS INDONESIA

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

II TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produksi dan Ekspor CPO (Crude palm Oil) Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat cepat mengakibatkan semakin kuatnya tingkat

BAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA. 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI)

BAB I PENDAHULUAN. sekutu, maka dimulailah upaya membentuk lembaga-lembaga ekonomi

ANALISIS TERHADAP KEPUTUSAN DISPUTE SETTLEMENT BODY WORLD TRADE ORGANIZATION

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi negara. 2 Salvatore menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1

I. PENDAHULUAN. yang berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Salah satu usaha

IMPLIKASI PRINSIP MOST FAVOURED NATION DALAM UPAYA PENGHAPUSAN HAMBATAN PEDAGANGAN INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) saat ini merupakan satu satunya organisasi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUK BERAS DALAM NEGERI MENURUT HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL. Oleh: Angelliyen

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. 4

RAHASIA DAGANG SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA. Widyarini Indriasti Wardani * ABSTRACT

MEKANISME PERLINDUNGAN KHUSUS UNTUK INDONESIA DAN K 33: SEBUAH GAGASAN

(Suci Hartati, SH, M.Hum) Abstrac

ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA WTO : SUATU TINJAUAN YURIDIS FORMAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kata Kunci: National Treatment, Pajak Impor Dalam Industri Telepon Genggam, Kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

PERLINDUNGAN INDUSTRI DOMESTIK DALAM PERDAGANGAN BEBAS

BAB V PENUTUP. 1. Sengketa dagang antara Indonesia dan Korea Selatan bermula. pada saat KTC mengajukan petisi anti dumping dan melakukan

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Liberalisasi Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan Hak Kekayaan Intelektual, 2007), hal 1.

HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL. Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu:

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA DALAM GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) DAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION)

BAB III OBJEK PENELITIAN. merupakan satu satunya badan internasional yang secara khusus mengatur

BAB II KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN BEBAS DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION. Perdagangan internasional pada Perang Dunia II berada dalam keadaan yang

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

BAB I. A. Latar Belakang

UNIT PENYEDIA INFORMASI: Direktorat Perundingan Multilateral, Direktorat Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan RI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DENGAN TENAGA KERJA ASING

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

WORLD TRADE ORGANIZATION Structure & Membership FETRYCIA ANGELA OCTORY/ KEN SWARI MAHARANI /

SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

Oleh : Komang Meilia In Diana Putri Pratiwi Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB IV RESPON WTO TERHADAP TUNTUTAN REFORMASI INDIA

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Seusai Perang Dunia ke II, masyarakat internasional menyadari perlunya pembentukan suatu organisasi internasional di bidang perdagangan KebetulanpadawaktuPiagamITO dirancangdikonfrensijenewa, pada waktu yang bersamaan dirancang pula GATT TetapipadawaktuituGATT tidakdirancangmenjadisuatuorganisasi. GATT menyelenggarakanputaran putaranperundingan(round) untukmembahasisu isuhukumperdagangandunia. Pada pertemuan bulan Desember 1993, tercapai kesepakatan terhadap usulan pembentukan organisasi internasional. Tetapi namanya berubah kembali menjadi WTO 1 Januari 1995 WTO merupakan satu satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara. 1 2 Tujuan WTO Fungsi WTO WTO memiliki beberapa tujuan penting, yaitu: 1. mendorong arus perdagangan antarnegara, dengan mengurangi dan menghapus berbagai hambatan yang dapat mengganggukelancaranarusperdaganganbarangdanjasa. 2. memfasilitasiperundingandenganmenyediakanforum negosiasi yang lebih permanen. Hal ini mengingat bahwa perundingan perdagangan internasional di masa lalu prosesnya sangat kompleks dan memakan waktu. 3. untuk penyelesaian sengketa, mengingat hubungan dagang sering menimbulkan konflik konflik kepentingan. Meskipun sudah ada persetujuan persetujuan dalam WTO yang sudah disepakati anggotanya, masih dimungkinkan terjadi perbedaan interpretasi dan pelanggaran sehingga diperlukan prosedur legal penyelesaian sengketa yang netral dan telah disepakati bersama. Secarakhusus, berdasarkanpasaliii PersetujuanWTO ditegaskan lima fungsi WTO yaitu: 1. untuk memfasilitasi implementasi administrasi dan pelaksanaan daripersetujuanwto sertaperjanjian perjanjianmultilateral dan plurilateral tambahannya. 2. untuk memberikan suatu forum tetap guna melakukan perundingan diantara anggota. Perundingan ini tidak saja menyangkut masalah/isu isu yang telah tercakup dalam PersetujuanWTO saja, namunjugaberbagaimasalah/isuyang belum tercakup dalam Persetujuan WTO. 3. sebagaiadministrasisistempenyelesaiansengketawto 4. sebagai administrasi dari Mekanisme Tinjauan atas Kebijakan Perdagangan(Trade Policy Review Mechanism TPRM) 5. melakukan kerjasama dengan organisasi organisasi internasional dan organisasi organisasi non-pemerintah 3 4 1

Most Favoured Nations Treatment- MFN Prinsip Prinsip dalam wto Prinsip Utama WTO Tariff binding National treatment Perlindungan hanya melalui tariff Special and Differential Treatment for developing countries 5 6 PrinsipMost-Favoured-Nations (PasalI GATT) bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar nondiskriminatif semua negara anggota terikat untuk memberikan negara negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya biaya lainnya. PrinsipPerlindunganmelaluiTarif(PasalII GATT 1994 ) setiap negara anggota GATT atau WTO harus memiliki daftar produk yang tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat(legally bound). Prinsip National Treatment (Pasal III GATT) produkdarisuatunegarayang diimporkedalamsuatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalamnegeri. Prinsip National Treatment (Pasal III GATT) produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harusdiperlakukansamasepertihalnyaprodukdalamnegeri. Prinsip Perlindungan hanya melalui Tariff (Pasal XI GATT) hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif(menaikkan tingkat tarif bea masuk) dan tidak melalui upaya upaya perdagangan lainnya(non-tarif commercial measures). Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang(Special dan Differential Treatment for developing countries mengakui kebutuhan negara yang sedang berkembang untuk menikmatiaksespasaryang lebihmenguntungkan. melarang negara negara maju untuk membuat rintangan rintanganbaruterhadapekspornegara negaraberkembang. Negara negara industri juga mau menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan dalam perundingan mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan rintangan lain terhadap perdagangan negara negara yang sedang berkembang. 7 8 2

Prinsip-prinsip Lain REFERENSI Prinsip Resiprositas Larangan kuota, subsidi, dan dumping Prinsip Larangan Restriksi(Pembatasan) Kuantitatif Pengecualian Prinsip GATT/WTO bagi setiap negara anggota AlfonsSamosir, World Trade Organization (WTO) dannegara Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Hidayat, MochamadSlamet, dkk. 2006. SekilasTentangWTO (World Trade Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi danhki, Direktorat JendralMultilateral Departemen Luar Negeri Huala, Adolf, 2005, Hukum Ekonomi Internasional, PT. Raja Grafindo Persada. Bandung; HualaAdolf, 2005, PenyelesaianSengketaDagangdalamWorld Trade Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung; HualaAdolf, 2004, HukumPerdaganganInternasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung; HualaAdolf, 2005. HukumPenyelesaianSengketaInternasional, Sinar Grafika. Bandung Kartadjoemena, H.S. 1996. GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/gatt47_01_e.htm 9 10 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO), Bagian ke Dua Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Struktur Organisasi dalam WTO 11 12 3

Pokok-pokok Persetujuan dan Komitmen dalam WTO Secara garis besar beberapa persetujuan pokok dan komitmen dalam WTO adalah sebagaiberikut: 1. Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT) 2. Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS) 3. Kepemilikanintelektual(Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs) 4. Penyelesaian sengketa(dispute Settlements) 13 14 Desakan Negara-negara Berkembang KTM WTO Bali Desember 2013 Hingga saat ini, negara-negara berkembang telah terus-menerus menekan negara-negara maju untuk membahas masalah ketidakseimbangan yang muncul dari persetujuan Putaran Uruguay. Negara berkembang seringkali mempermasalahkan berbagai pasal dalam berbagai persetujuanwto yang dianggapmerugikanmaupunkurangjelassehinggamenyulitkan negara berkembang dalam mengimplementasikan komitmennya di WTO. Isu-isuimplementasiyang dimuatdalamdecision on Implementation-Related Issues and Concerns dan menyangkut kepentingan negara berkembang antara lain: 1. Agreement on Agriculture 2. Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures 3. Agreement on textiles and clothing 4. Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT ) 5. Agreement on Trade Related Investment Measures(TRIMs) 6. Anti-dumping Agreement 7. Agreement on Preshipment Inspection(PSI) 8. Agreement on Rules of Origin (ROO) 9. Agreement on Import Licensing 10. Agreement on Subsidies and Countervailing Duties 11. Agreement on Safeguard 12. General Agreement on Trade in Services(GATS)-WTO PadaKonferensiTingkat MenterikeIX WTO di Bali (Des 2013), negara2 berkembang dipimpin India, mempermasalahkan: Bahan kebutuhan dasar manusia seperti bahan pangan seharusnya TIDAK dimasukkan dalam skemawto. Seharusnyatidakdiliberalisasikan, tidak dibebaskan pd harga pasar, tetapi berhak dikontrol, disubsidi, oleh negara, terutama di negara berkembang. 15 16 4

REFERENSI AlfonsSamosir, World Trade Organization (WTO) dannegara Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Hidayat, MochamadSlamet, dkk. 2006. SekilasTentangWTO (World Trade Organization). Jakarta : DirektoratPerdagangan, Perindustrian, InvestasidanHKI, Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri. HualaAdolf, 2005. HukumEkonomiInternasional, PT. Raja GrafindoPersada, Bandung HualaAdolf, 2005. PenyelesaianSengketaDagangdalamWorld Trade Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung; Huala Adolf, 2004. Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung HualaAdolf, 2005. HukumPenyelesaianSengketaInternasional,SinarGrafika, Bandung; Kartadjoemena, H.S., 1996, GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/gatt47_01_e.htm World Trade Organization (WTO) Bagian Ketiga Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. 17 18 Berdasarkan hasil Putaran Uruguay sistem penyelesaian sengketa yang ada dalam GATT Understanding on Rules Procedures Governing the Settlement of Dispute (DSU atau Dispute Settlement Understanding) Penyelesaian Sengketa Antara Negara Anggota WTO Terdapat sebuah prinsip umum dalam sistem penyelesaian sengketa : untuk menjaga agar setiap anggota tetap menghormati hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan perjanjian yang telah disepakat pencapaian pemecahan masalah secara positif penyelesaian substansi dari masalah yang dapat menimbulkan kerugian terhadap negara lain akibat tindakan yang diambil oleh suatu negara langkah awal : negara-negara yang bersengketa mengambil langkah untuk menyelesaian secara langung jika upaya penyelesain tersebut tidak dapat dicapai, maka permasalahan itu akan dibawa kepada tingkat yang melibatkan sistem GATT/WTO secara langsung 19 20 5

Tahapan Penyelesaian Sengketa Menurut Settlement of Dispute Understanding(DSU) Tahap-tahap penyelesaian persengketaan yang timbul sebagaimana diatur dalam DSU setelah terbentuknya WTO yakni sebagai berikut : 1. Konsultasi 2. Jasa Baik 3. Pembentukkan Panel 4. Arbitrase 5. Dispute Settlement Body (DSB) 21 22 REFERENSI AlfonsSamosir, World Trade Organization (WTO) dannegara Berkembang, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Hidayat, MochamadSlamet, dkk. 2006. SekilasTentangWTO (World Trade Organization). Jakarta : Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI, Direktorat Jendral Multilateral Departemen Luar Negeri. Huala Adolf, 2005. Hukum Ekonomi Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung HualaAdolf, 2005. PenyelesaianSengketaDagangdalamWorld Trade Organization (WTO), CV. Mandar Maju, Bandung; Huala Adolf, 2004. Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung Huala Adolf, 2005. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Bandung; Kartadjoemena, H.S., 1996, GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga InternasionaldiBidangPerdagangan, PenerbitUniversitas Indonesia, Jakarta http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/gatt47_01_e.htm 23 24 6