BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
EXPORT TAHUN

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

2015 KAJIAN VISUAL KERAMIK GEOMETRIS KARYA NATAS SETIABUDHI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seni merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. istilah keramik tradisional. Keramik gerabah dikenal sebagai produk benda pakai

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti pakaian dan alat-alat rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Dahulu keramik hanya dimanfaatkan

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORITIS. The Concise Colombia Encyclopedia 1995, kata keramik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dari tanah liat. Keramik pada awalnya berasal dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

2015 ORGANOLOGI SULING TANAH BUATAN TED I NURMANTO D I JATI WANGI MAJALENGKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Keramik adalah salah satu kekayaan Indonesia, baik dari segi budaya

DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT PENRAJIN KECIL GERABAH TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN KEMISKINANNYA DI DESA BAYAT KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia menjadi warisan budaya untuk mengembangkan dan membangun identitas bangsa dalam mempertahankan eksistensinya baik dalam negeri maupun luar negeri. Keberagaman budaya yang mencakup seluruh wilayah Nusantara menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan adat istiadat dan kebudayaan. Dengan banyaknya warisan budaya, keramik menjadi salah satu karya kriya yang menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 820), kriya adalah pekerjaan tangan atau kerajinan. Dalam kriya nilai fungsional memiliki peranan yang sangat penting tanpa meninggalkan nilai estetika. Oleh karena itu dalam pembuatan kriya pemilihan bahan, teknik pembuatan dan pembentukan harus diperhatikan secara cermat oleh kriyawan. Keramik merupakan salah satu contoh dari kriya. Kata keramik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 742) diartikan sebagai tanah liat yang dibakar dan dicampur dengan bahan atau barang-barang yang dibuat dari porselen. Dilihat dari fungsinya seni kriya keramik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu sebagai benda hias dan benda pakai, masing-masing memiliki model keramik yang berbedabeda. Dengan kata lain keramik adalah tanah liat yang mengalami proses pembentukan kemudian dibakar sesuai dengan suhu 800 C sampai 900 C. Menurut Ichsan (2003: 9) mengemukakan keramik adalah tanah liat (lempung) yang dibakar pada suhu tertentu sehingga secara kimiawi telah berubah menjadi satu bentuk yang permanen. Artinya apabila pembakaran pada tanah liat telah melewati suhu tertentu, maka tanah liat atau lempung tersebut telah berubah menjadi suatu material baru yang tidak hancur dan rusak oleh air. Keramik yang baik adalah keramik yang berkualitas. Penetapan kualitas suatu keramik bergantung pada tanah liat yang digunakan, teknik pembuatan, suhu 1

2 pembakaran yang ditetapkan dan finishing. Menurut Ichsan (2003: 9) mengemukakan Pada dasarnya kualitas keramik tergantung pada bahan tanah liat dan suhu bakarnya. Dalam proses pembakaran tersebut, tanah liat akan mengalami perubahan struktur hingga mencapai suhu matangnya. Apabila tanah liat mengalami pembakaran sesuai dengan penetapan suhu yang baik, maka ia akan memiliki kepadatan maksimal yang dapat mempengaruhi kekuatan sebuah keramik. Kecamatan Plered adalah salah satu kecamatan di kabupaten Purwakarta. Karakteristik yang dimiliki daerah ini terbilang unik dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Purwakarta, hal ini disebabkan pengembangan pembangunan di wilayah Plered lebih ditekankan kepada peningkatan produksi industri kecil khususnya kriya keramik. Salah satu desa di kecamatan Plered yang merupakan pusat penghasil kriya keramik adalah desa Anjun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Amang Tarmedi selaku kriyawan keramik Plered, Kegiatan usaha keramik Plered telah ada sejak tahun 1904 dan terus berkembang hingga saat ini. Pada awal perkembangannya produk yang dihasilkan kriya keramik plered adalah peralatan rumah tangga seperti kekep, paso pendil, tempayan dan lain-lain yang biasa disebut dengan jenis keramik gerabah kasar. Saat ini produk yang dihasilkan keramik Plered terbagi ke dalam dua jenis yaitu keramik tradisional dan keramik modern. Keramik tradisional adalah keramik yang tidak mengalami perubahan bentuk, hal itu disebabkan dari segi penciptaannya yang selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial. Sedangkan keramik modern ada karena disesuaikan dengan perkembangan zaman baik dalam hal bentuk maupun motif keramik. Hal tersebut guna meningkatkan harga jual di pasaran. Pada masa perkembangannya, industri keramik Plered mengalami pasangsurut. Masa kejayaan keramik Plered dilihat dari kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Disisi lain, industri keramik Plered pun harus mengalami masa kemunduran munculnya hambatan-hambatan yang terjadi secara tidak langsung

3 mengganggu kelancaran industri keramik Plered sehingga perkembangan produksi keramik Plered sulit untuk dipertahankan, bahkan pada tahun 1965an induk keramik Plered praktis tidak berfungsi lagi. Sampai pada saat ini para pengusaha keramik Plered masih terus bertahan, meski tidak begitu ramai dikunjungi. Pada tahun 1985 industri keramik Plered mulai berupaya untuk meningkatkan keramik gerabahnya baik secara kualitas dan kuantitasnya ke industri kerajinan keramik hias ditandai dengan dianugerahkannya penghargaan dari PBB dan Presiden (UPTD Litbang, 2010: 7). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nizar sebagai kepala UPTD Litbang, pada tahun 2000 didirikan suatu lembaga pemerintah yaitu UPTD Litbang yang bertujuan untuk mempertahankan kriya keramik Plered supaya tetap berkembang. Fungsi Litbang itu sendiri selain bertujuan untuk mengembangkan keramik Plered juga memberi bantuan kepada kriyawan keramik Plered seperti memberi masukan ide dan gagasan mengenai keramik yang sesuai dengan permintaan pasar juga membantu dalam pemasarannya. Selain adanya UPTD Litbang, para kriyawan keramik Plered pun mendapatkan bantuan dari industri keramik Jaka Perkasa yang memproduksi keramik hias Plered untuk skala internasional dengan PT Joshua sebagai eksportirnya. Menurut Bapak Aid Anwar sebagai kepala finishing industri keramik Jaka Perkasa, pengembangan pemasaran produk keramik hias Plered selain untuk memenuhi pangsa pasar lokal juga berupaya untuk memenuhi pangsa pasar dengan skala internasional. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan kriya keramik dari daerah khususnya Plered ke kancah internasional, juga untuk memperbaiki perekonomian daerah tersebut. Adapun sasaran pasar internasional dalam pengiriman produk kriya keramik meliputi Amerika Serikat, Italia, Belanda, Polandia, Jerman, Afrika, Spanyol dan Australia. Dari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis tertarik ingin meneliti lebih dalam mengenai keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa dari tahun 2010-2013, karena keramik yang dihasilkan menurut Bapak Aid Anwar sebagai kepala finishing industri keramik Jaka Perkasa memiliki bentuk, motif dan teknik finishing yang

4 bervariasi dan dapat mengikuti trend. Pada tahun 2010 produk keramik yang dihasilkan memiliki beragam bentuk dengan motif dan aksen baik berupa motif geometris maupun organis, tahun 2011 walaupun masih memiliki motif namun lebih disederhanakan. Sedangkan pada tahun 2012 terjadi perubahan pada pangsa pasar khususnya export pada produk keramik dimana pasar memfokuskan produk keramik lebih elegan tidak terlalu memakai motif, tahun 2013 mengalami perkembangan dari segi bentuk yang ditampilkan walaupun masih menggunakan tema elegan. Oleh karena itu periode yang dipilih oleh penulis sebagai bahan analisis adalah kriya keramik pangsa export 2010-2013. Dengan demikian judul penelitian ini adalah ANALISIS KERAMIK HIAS GERABAH PLERED UNTUK PANGSA EXPORT TAHUN 2010-2013. B. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada bentuk dan proses pembuatan keramik hias gerabah Plered untuk pangsa export dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Sebagai sampel penelitian ini adalah industri keramik Jaka Perkasa sebagai tempat finishing produk keramik untuk pangsa export yang bertempat di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari batasan masalah yang telah diuraikan di atas, untuk mempermudah dalam melakukan penelitian penulis merumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana proses pembuatan kriya keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010 sampai tahun 2013? 2. Bagaimana bentuk pada keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010 sampai tahun 2013?

5 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal berikut. a. Proses pembuatan keramik hias gerabah Plered yang menjadi Produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010 sampai pada tahun 2013 b. Bentuk keramik hias gerabah Plered yang menjadi Produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010 sampai pada tahun 2013 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan produsan kriya keramik. a. Bagi Penulis 1) Menambah pengetahuan mengenai keramik Plered, khususnya pada model keramik yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa. 2) Mengetahui proses pembuatan keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010-2013. 3) Mengetahui bentuk keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa antara tahun 2010-2013. 4) Mengetahui visual keramik hias gerabah Plered yang menjadi produk pangsa export industri keramik Jaka Perkasa, meliputi unsur garis, bentuk, warna dan motif. 5) Mendapat manfaat berupa pengetahuan lebih mengenai ilmu tentang kriya keramik yang tidak hanya didapat dari kampus UPI. b. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat terciptanya kerjasama antara jurusan pendidikan seni rupa UPI dengan produsen keramik Plered di desa Anjun. 2) Menjadikan bahan referensi atau kepustakaan tentang Kajian Visual Keramik Hias Gerabah Plered untuk pangsa export juga sebagai bahan ajaran mengenai mata kuliah keramik.

6 c. Bagi Produsen 1) Sebagai dokumentasi untuk memperkenalkan hasil karya keramik yang menjadi pangsa pasar export produksi industri keramik Jaka Perkasa agar karyanya lebih dikenal masyarakat. 2) Mendorong produsen dalam meningkatkan kualitas baik model dan jenis keramik hias gerabah Plered serta kuantitas kriya keramik hias gerabah yang diproduksinya. 3) Mendorong motivasi bagi industri keramik Jaka Perkasa dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi perusahaan khususnya dalam pangsa pasar export produk keramik hias gerabah Plered. 4) Memberikan inspirasi atau gagasan kepada mahasiswa dan seniman dalam menciptakan karya kriya keramik. F. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bagian-bagian yang dibahas dalam BAB I berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian secara garis besar beserta teknik pengumpulan data dan pendekatannya, lokasi dan sampel penelitian. BAB II. LANDASAN TEORI Pada BAB II ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian, seperti: tinjauan kriya keramik, unsur dan prinsip dalam seni rupa dan bentuk kriya keramik. Selain itu juga sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis. BAB III. METODE PENELITIAN Seperti yang telah dijelaskan dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah (2012: 21) Uraian dalam BAB III berisi penjabaran mengenai metode penelitian metode penelitian deskriptif kualitatif, yang meliputi Lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan

7 desain penelitian itu, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya serta analisis data. BAB IV. PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan mengenai hasil penelitian studi deskriptif tentang analisis bentuk keramik hias gerabah plered untuk pangsa export tahun 2010-2013 produksi industri keramik Jaka Perkasa diuraikan berdasarkan hasil penelitian dan berlandaskan teori pada BAB II. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab Kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.