BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG DRAFT TUGAS AKHIR. Oleh: FRISKA ELISABETH T.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Nomor 66 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 66 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

TUGAS AKHIR 114 KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT DI PADANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA CIPANAS GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API JAKARTA KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN AKTIF KEMENKEU DALAM MELESTARIKAN CAGAR BUDAYA

PENATAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern Neo-Vernacular

RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

ARAHAN KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KONSERVASI BENTENG MARLBOROUGH KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

APARTEMEN MAHASISWA DI KOTA DEPOK

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Keberadaan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pusaka

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

BAB I KAMPANYE NILAI PENGORBANAN BANDUNG LAUTAN API. Dzulfikri Abdul Jabbar

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis dan visual tinggi. Bangunan dan kawasan cagar budaya juga merupakan elemen potensial dalam proses pembentukan citra kota (image of the city) (Lynch, 1960), sehingga keberadaan bangunan dan kawasan tersebut perlu untuk dipertahankan dan dilestarikan. Selain itu, pelestarian bangunan tua dan bagian-bagian dari kota lama juga merupakan suatu pendekatan yang stategis dalam pembangunan kota karena menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Sebagai suatu kota yang cukup tua, Kota Bandung memiliki banyak bangunan pusaka warisan dari beberapa periode jaman yang membentuk citra kota, beridentitas dan mempunyai ciri spesifik. Bangunan-bangunan pusaka tersebut merupakan bukti proses dan tahapan terjadinya perkembangan dan pertumbuhan Kota Bandung yang dimulai sejak masa pemerintahan kolonial Belanda yang disesuaikan dengan kondisi, situasi, serta karakteristik khusus Kota Bandung. Ditinjau dari sejarah, Kota Bandung pada jaman penjajahan Belanda pernah direncanakan menjadi ibukota negara Hindia Belanda menggantikan Kota Batavia (Jakarta) dan juga menjadi pusat angkatan perang (militer). Untuk mendukung fungsi baru tersebut, maka pada saat itu di Kota Bandung dilakukan pembangunan bangunan-bangunan yang penting, yang diantaranya bercirikan monumental dan megah. Salah satu bangunan yang menjadi bukti dari fungsi baru Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan adalah bangunan Gedung Sate yang sekarang menjadi kantor gubernur Propinsi Jawa Barat. Dan bangunan yang menjadi bukti dari fungsi Kota Bandung sebagai pusat militer adalah Gedung Sabau, yang dulu merupakan kantor departemen pertahanan Hindia Belanda dan sekarang menjadi kantor Detasemen Markas Kodam III/Siliwangi. 1

2 Daerah dimana terdapat Gedung Sabau dan daerah sekitarnya menjadi bagian kawasan dari kota lama Kota Bandung dan sekarang dikenal sebagai kawasan militer. Selain Gedung Sabau, di kawasan militer tersebut juga terdapat banyak bangunan pusaka lainnya yang juga memiliki nilai sejarah dan nilai arsitektural yang tinggi. Untuk menjaga nilai historis kawasan militer, Kota Bandung maka telah dilakukan usaha-usaha pelestarian bangunan-bangunan pusaka yang terdapat di kawasan tersebut. Saat ini upaya pelestarian yang nyata yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung adalah dengan mengusulkan kawasan militer sebagai salah satu kawasan cagar budaya, yang sudah tertuang dalam kebijakan RTRW Kota Bandung Tahun 2004-2013. Dalam upaya pelestarian kawasan bersejarah dan bangunan pusaka, ada kemungkinan mendapat ancaman dari kekuatan perkembangan pasar. Ancaman ini dapat mempengaruhi kawasan bersejarah dan isinya (bangunan pusaka), yaitu berpengaruh terhadap perubahan fisik dan fungsi bangunan. Karena itu diperlukan upaya-upaya pelestarian secara konkrit untuk mencegah perubahan fisik dan fungsi bangunan yang tidak sesuai dengan konsep cagar budaya. Upaya tersebut membutuhkan peran serta dari masyarakat dan pemerintah, terlebih lagi peran serta dari pemilik dan pengelola/pengguna bangunan pusaka. Pada studi ini ingin dilihat sejauh mana keefektifan upaya pelestarian yang telah dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan militer sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Kota Bandung perlu diperhatikan keberadaannya dengan upaya pelestarian bangunan pusaka karena di kawasan tersebut banyak terdapat bangunan pusaka yang memiliki nilai sejarah dan bernilai arsitektural yang tinggi. Untuk mencoba memahami pelaksanaan pelestarian kawasan cagar budaya di kawasan militer, Bandung dilakukan pengamatan awal terhadap bangunan-bangunan yang merupakan bangunan pusaka di kawasan tersebut. Dari hasil studi sebelumnya diketahui bahwa di kawasan militer pernah terjadi pembongkaran salah satu bangunan pusaka, yaitu bekas Kantor Topografi Kodam III/Siliwangi yang terletak di sudut Jalan Sumatera dan Jalan Aceh (di

3 depan Hotel Hyatt), yang telah dibongkar pada bulan Agustus 1997 (Dewita, 1997: 56). Kemudian dilakukan pengamatan lapangan terhadap lahan bekas dirubuhkannya bangunan pusaka tersebut, dan diketahui bahwa hingga saat ini lahan tersebut dibiarkan kosong dan belum terbangun kembali. Lebih lanjut, dari pengamatan lapangan sementara terhadap bangunan pusaka di kawasan militer, terlihat secara kasat mata bahwa terdapat beberapa bangunan yang kondisinya terawat dan bangunan lainnya dalam kondisinya tidak terawat. Selain itu, pada beberapa bangunan terjadi juga perubahan fungsi. Berdasarkan hasil pengamatan sementara di atas, maka muncul dugaan bahwa upaya pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer perlu untuk diteliti keefektifannya. 1.3 Tujuan dan Sasaran Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka tujuan studi ini adalah untuk menilai sejauh mana keefektifan pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran studi ini adalah: Merumuskan indikator keefektifan pelestarian bangunan pusaka Menilai tingkat keefektifan pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Kota Bandung Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Kota Bandung 1.4 Ruang Lingkup Studi 1.4.1 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi adalah batasan materi yang akan ditelaah dan akan dikaji dalam studi. Materi yang dibahas pada studi ini, meliputi: Pelestarian Fisik Bangunan; yaitu upaya mempertahankan bentuk asli bangunan yang memiliki keunikan/kekhasan, dan nilai arsitektural yang tinggi.

4 Pelestarian Fungsi Bangunan; yaitu upaya pemanfaatan bangunan pusaka, baik dengan fungsi asal, atau fungsi baru yang dinilai masih sesuai dengan lingkungan sekitar bangunan. Perawatan Bangunan; yaitu upaya pemeliharaan bangunan pusaka yang dilihat dari tingkat kondisi kerusakan bangunan dan kebersihan bangunan. 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah adalah batasan spasial wilayah studi. Pada studi ini, wilayah yang diangkat sebagai obyek penelitian adalah berdasarkan peta rencana tata guna lahan RTRW Kota Bandung 2004-2013, yaitu kawasan fungsional pertahanan dan keamanan. Lebih lanjut, penentuan batasan wilayah studi hanya pada kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertahanan (militer) saja. Kawasan militer diambil sebagai wilayah penelitian studi dengan alasanalasan sebagai berikut: Kawasan militer merupakan bagian dari kota lama Kota Bandung yang dibangun pada masa Kolonial Belanda, sehingga di kawasan ini banyak terdapat bangunan pusaka. Dalam RTRW Kota Bandung Tahun 2004-2013, kawasan pertahanan dan keamanan (militer) termasuk salah satu kawasan yang diusulkan sebagai kawasan cagar budaya di Kota Bandung, yang keberadaannya penting untuk dilestarikan dan dilindungi. Beberapa bangunan pusaka yang terdapat di kawasan ini dianggap mewakili tipologi bangunan pusaka yang ada di Kota Bandung, sehingga patut untuk dipertahankan dilihat dari nilai sejarah dan arsitekturalnya. Dan sampai sekarang bangunan-bangunan tersebut tetap diperuntukkan untuk kepentingan instalasi militer. Peta kawasan militer dan persebaran bangunan pusaka dapat dilihat pada Gambar 1.1.

GAMBAR 1.1 5

6 1.5 Metodologi Studi Metode yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mempelajari suatu persoalan tertentu dengan lebih dalam dan rinci. Dan penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakukan terhadap obyek yang diteliti (Kountur, 2004: 105). 1.5.1 Pendekatan Studi Pendekatan yang dilakukan dalam studi ini dilakukan per sasaran, yaitu sebagai berikut: Merumuskan indikator keefektifan pelestarian bangunan pusaka. Sasaran ini akan dicapai melalui: Studi kepustakaan mengenai teori pelestarian bangunan pusaka menurut beberapa pendapat dari para pakar dan institusi baik berasal dari dalam maupun di luar negeri. Studi kepustakaan mengenai kebijakan perlindungan bangunan pusaka yang ada di dalam maupun di luar negeri. Hasil dari sasaran ini adalah rumusan indikator dalam keefektifan pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka. Indikator yang akan digunakan sebagai tolak ukur dalam penilaian keefektifan pelestarian bangunan pusaka mencakup aspek fisik bangunan, fungsi bangunan, dan kondisi perawatan bangunan. Menilai tingkat keefektifan pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Kota Bandung. Penilaian dilakukan dengan membandingkan antara kondisi bangunan sekarang dengan ketentuan mengenai konsep-konsep pelestarian bangunan cagar budaya, yang terkait dengan fisik, fungsi dan keterawatan bangunan. Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur dalam penilaian keefektifan pelestarian bangunan adalah sebagai berikut: fisik setiap bangunan pusaka yang ada di kawasan militer masih dalam keadaan asli atau sama seperti

7 semula; bangunan dimanfaatkan/berfungsi, baik dengan fungsi asal maupun dengan fungsi baru yang sesuai dengan lingkungan sekitar; bangunan dalam kondisi terawat/terpelihara dimana tidak mengalami kerusakan fisik dan kebersihannya terjaga. Data dan informasi ini diperoleh melalui pengamatan lapangan terhadap keseluruhan bangunan pusaka yang ada di kawasan militer, Bandung. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Kota Bandung. Hal-hal yang diidentifikasi adalah jenis kepemilikan bangunan dan jenis fungsi bangunan yang dinilai paling efektif dalam pelestarian. Selain itu, juga diidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemilik atau pengelola bangunan pusaka dalam pelaksanaan pelestarian bangunan terkait dengan penerapan fungsi dan perawatan bangunan. Data dan informasi diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap pemilik/pengelola bangunan pusaka di kawasan militer. 1.5.2 Pengumpulan Data Cara pengumpulan data suatu penelitian/studi secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan survei yang dilakukan secara langsung ke obyek penelitian di lapangan, sedangkan survei sekunder dilakukan oleh peneliti dengan cara tidak langsung ke obyek studi, dapat melalui penelitian tentang dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek studi. Pengumpulan data dan informasi dalam studi ini dilakukan dalam dua metode, yaitu studi pustaka dan survei primer. 1. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan untuk memperoleh data daftar bangunan pusaka yang terdapat di kawasan militer, Kota Bandung. Data daftar bangunan pusaka ini diperoleh dari Bandung Heritage, data keluaran tahun 2005.

8 2. Survei Primer Survei primer yang dilakukan dalam studi ini adalah penyebaran kuesioner dan pengamatan lapangan. a. Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan bertujuan untuk melihat kondisi sekarang keseluruhan bangunan pusaka yang terdapat di kawasan militer. Kondisi bangunan meliputi fisik bangunan, fungsi bangunan, dan keterawatan bangunan. b. Penyebaran Kuesioner Kuesioner yang disebar ditujukan terhadap pemilik atau pengelola bangunan, dimaksudkan untuk mengetahui upaya-upaya pemeliharaan yang dilakukan dalam pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka yang ditempati. Data yang diperoleh berupa: frekuensi perawatan, upaya perawatan, sumber biaya perawatan, anggaran perawatan, hambatan dalam perawatan; dan sosialisasi mengenai pelestarian bangunan. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 30, dengan pertimbangan dalam suatu penelitian sampel yang dipilih minimal 30 responden. (Singarimbun, 1989: 150). Sampel responden yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan jenis kepemilikan bangunan yang ditempati. Dari data daftar bangunan bersejarah di Kota Bandung keluaran Bandung Heritage, tahun 2005, diketahui bahwa di kawasan militer terdapat 40 bangunan pusaka. Dilihat dari jenis kepemilikan bangunan terdapat: Bangunan milik pemerintah sebanyak 25 bangunan, kenyataan di lapangan sampel yang diambil dari responden yang menempati bangunan milik pemerintah sebanyak 18 responden. Bangunan milik individu terdapat 11 bangunan, kenyataan di lapangan sampel yang diambil dari responden yang menempati bangunan milik individu sebanyak 8 responden. Bangunan milik organisasi/yayasan terdapat 4 bangunan, kenyataan di lapangan sampel yang diambil dari responden yang menempati bangunan milik organisasi/yayasan sebanyak 4 responden.

9 1.5.3 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan pada studi ini adalah tabulasi silang, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan atau keterkaitan antarvariabel (Singarimbun, 1989: 273-276). Pada studi ini, tabulasi silang dilakukan antara pengamatan lapangan terhadap kondisi bangunan dengan hasil penyebaran kuesioner terhadap pemilik atau pengelola bangunan, dengan tujuan untuk melihat keterkaitan antara kondisi bangunan, kepemilikan bangunan, fungsi bangunan, upaya dan pembiayaan perawatan bangunan, informasi pelestarian, sehingga diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer.

10 GAMBAR 1.2 KERANGKA PEMIKIRAN Pelestarian Bangunan Pusaka di Kawasan Militer, Bandung Terjadi pembongkaran bangunan pusaka Terdapat bangunan pusaka dalam kondisi terawat dan tidak terawat Terjadi perubahan fungsi pada beberapa bangunan pusaka Dugaan bahwa Keefektifan Upaya Pelestarian Bangunan Pusaka di Kawasan Militer perlu Diteliti Aspek-aspek dalam Keefektifan Pelestarian Bangunan Pusaka: - Pelestarian Fisik Bangunan - Pelestarian Fungsi Bangunan - Perawatan Bangunan Tabulasi Silang antara Pengamatan Lapangan terhadap Kondisi Bangunan dengan Penyebaran Kuesioner terhadap Pemilik/Pengelola Bangunan Penilaian Keefektifan Pelestarian Bangunan Pusaka di Kawasan Militer Faktor-faktor Berpengaruh dalam Keefektifan Pelaksanaan Pelestarian Bangunan Pusaka di Kawasan Militer

11 1.6 Sistematika Pembahasan Dengan mempertimbangkan metodologi studi yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, maka sistematika pembahasan bab selanjutnya adalah sebagai berikut: BAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA Pada bab ini akan diuraikan kajian pustaka mengenai pelestarian bangunan pusaka, meliputi pengertian pelestarian, tujuan pelestarian, manfaat pelestarian, metode dan teknik pelestarian bangunan, pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka, penilaian keefektifan pelestarian bangunan pusaka. BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN MILITER, BANDUNG Berisi gambaran umum tentang wilayah studi berupa sejarah Kota Bandung; tinjauan RTRW Kota Bandung 2004-2013; gambaran kegiatan di wilayah studi; dan karakteristik bangunan pusaka yang terdapat di wilayah studi, meliputi klasifikasi bangunan, karakteristik pemilik dan fungsi bangunan. BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG Berisi uraian mengenai tingkat penilaian pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer yang dilakukan oleh para pemilik atau pengelola bangunan. Pelaksanaan pelestarian meliputi pelestarian fisik, pelestarian fungsi, dan perawatan bangunan. Selain itu, akan diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan pelestarian bangunan pusaka di kawasan militer, Bandung. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi temuan studi dan kesimpulan yang dihasilkan dari studi mengenai keefektifan pelaksanaan pelestarian bangunan bersejarah. Selain itu, terdapat pula rekomendasi, kelemahan studi, dan saran studi lanjutan.