Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS PINGGIRAN TERHADAP POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, yaitu hama utama atau penting dan hama sekunder. Hama utama

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 4, Oktober 2017

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI PADA ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella (L.) DAN ULAT KROP KUBIS Crocidolomia binotalis Zell.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh:

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

LAPORAN AKHIR HIBAH FUNDAMENTAL. POTENSI PARASITOID Diadegma DAN PREDATOR Sycanus DALAM PENGENDALIAN HAMA PEMAKAN DAUN KUBIS DI DAERAH BALI

EVALUASI TINGKAT PARASITISASI PARASITOID TELUR DAN LARVA TERHADAP PLUTELLA XYLOSTELLA L. (LEPIDOPTERA: YPONOMEUTIDAE) PADA TANAMAN KUBIS-KUBISAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

Turnip BP. Desita Salbiah, Agus Sutikno, Boby Pamrianus Turnip Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Reproduksi, Fekunditas dan Lama Hidup Tiap Fase Perkembangan Plutella xylostella (Lepidoptera : Ypnomeutidae) pada Beberapa Jenis Tumbuhan Cruciferae

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.)

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

ABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L.

VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

PENGARUH PENGELOLAAN HAMA BERBASIS EKOLOGIS TERHADAP KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI DAN TINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

PENGENDALIAN HAMA TERPADU Crocidolomia binnotalis PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea) PAPER. Oleh RINI SULISTIANI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum) LAHMUDDIN LUBIS

ABSTRACT

Parasitoid E. argenteopilosus sebagai Agens Pengendali Hayati Hama H. armigera, S. litura, dan C. pavonana pada Tumpangsari Tomat dan Brokoli

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENINGKATAN KELIMPAHAN POPULASI PREDATOR DOMINAN PENGGEREK BUAH KAKAO,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Beberapa Konsentrasi Bacillus thuringiensis Berliner dalam Mengendalikan Hama Ulat Daun Selada {Lactuca sativa)

BAB IV METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BUDIDAYA BROKOLI ORGANIK DI DATARAN RENDAH. Oleh : Team PENDAHULUAN

Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Hama Lepidoptera dan Parasitisasinya pada Beberapa Tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat

III. MATERI DAN METODE

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. esculentum Mill.), serangga pollinator, tumbuhan T. procumbens L.

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Transkripsi:

Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.) MIFTAHUS SIROJUDDIN KETUT AYU YULIADHI*) DWI WIDANINGSIH Jurusan/Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232 Bali *) Email: ayususrusa@yahoo.co.id ABSTRACT Effect of Plant Utilization Limiting Fringe Against Population Pests and Natural Enemies On Planting Cabbage (Brassica oleracea l.) The purpose of the study is to determine the effect of plant utilization Limiting Fringe barrier against pest species diversity, species diversity of natural enemies, pest species abundance, and abundance of natural enemy species on cabbage crop. The research was conducted in two places items, namely in the field and in the laboratory. Sampling is done diagonally plant. Pest species diversity on both compartments consisting of six species of Aphis brassicae, Crocidolomia pavonanafab,plutella xylostella L,Spodoptera litura Fab, Helicoverpa armigera Hubner, and Chrysodeixis orichalcea. There are three species that have a more dominant population abundance namely A. brassicae, P. xylostella and C. pavonana. Species diversity of natural enemies of equal treatment, both in the parasitoid diversity consists of a single species Diadegma semiclausum.e. whereas in the diversity of the species there are six predator Menochilus sexmaculatus, Ischiodon scutellaris, Paederus fuscipes Curt, Dolichoderus bituberculatus, Oecophylla smaragdinaand Sycanus sp. The results Showed an Increase in the percentage of the natural enemies of the moment map of plant cabbages planted with crops in the suburban area of the Cabbage Cropping. Keywords: Natural Enemies, Cabbage, Pest 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tanaman kubis (Brassica oleracea var. CapitataL.) merupakan salah satu sayuran yang banyak diusahakan para petani di daerah pegunungan (dataran tinggi) disamping karena mudah pembudidayaannya, juga karena kubis banyak mengandung vitamin A 200 IU, B 20 IU dan C 120 IU mgr. Produksi kubis di Bali relatif menurun, dimana berturut-turut dari tahun 2011 s/d 2013 produksi yaitu 42.926 ton, 40.197 ton, 35.781 ton, yang diproduksi oleh seluruh daerah pusat pengembangan sayuran di Bali. (BPS, 2009-2013). Penurunan produksi kubis yang dihasilkan petani http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 414

salah satunya disebabkan oleh adanya serangan hama, penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Gulma tidak selamanya berdampak negatif bagi tanaman, ada beberapa gulma yang mempunyai nilai positif untuk tanaman. Wardani (2013) menyatakan ekstrak Ageratum conyzoides (Babadotan) mampu menekan populasi nematoda puru akar Meloidogyne spp sebesar 97,4 % per 300 g tanah, dan Lantana camara (Krasi) mampu menekan populasi nematoda dalam 1 g akar ekstrak yaitu sebesar 92,6 %. Tumbuhan berbunga yang berpotensi sebagai pakan bagi musuh alami adalah Brassica juncea, Nasturtium indicum dan Cuphea microphylla karena dapat meningkatkan lama hidup dan kemampuan reproduksi parasitoid larva Diadegma semiclausum pada tanaman kubis (Ngatimin,2002). Pengendalian dengan cara bercocok tanam seperti pemanfaatan tanaman pinggir dapat mendorong stabilitas ekosistem sehingga populasi hama dapat ditekan dan berada dalam kesetimbangannya (Settel et al.,1996). Jenis tanaman pinggir yang dipilih harus memiliki fungsi ganda yaitu, disamping sebagai penghalang masuknya hama, juga sebagai tanaman refugia yang berfungsi untuk berlindung sementara dan penyedia tepung sari untuk makanan alternatif parasitoid. (Untung 2006) Penelitian-penelitian mengenai pemanfaatan tanaman pinggiran sampai saat ini semata-mata hanya dititik Beratkan pada upaya menekan populasi hama dan belum memperhatikan dampak terhadap musuh alami. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemanfaatan tanaman pembatas pinggiran terhadap populasi hama dan musuh alami pada pertanaman kubis. Informasi ini nantinya akan berguna dalam merancang suatu sistem pengelolaan habitat pertanian khususnya tanaman kubis. 1.2 Rumusan Masalah Beberapa masalah yang ingin dijawab pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keragaman dan kelimpahan hama kubis pada pertanaman dengan tanamam pinggiran dan tanpa tanaman pinggiran? 2. Bagaimanakah keragaman dan kelimpahan musuh alami pada pertanaman dengan tanamam pinggiran dan tanpa tanaman pinggiran? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan hama kubis pada pertanaman dengan tanamam pinggiran dan tanpa tanaman pinggiran? 2. Untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan musuh alami pada pertanaman dengan tanamam pinggiran dan tanpa tanaman pinggiran? 415 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2. Metode Penelitian 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di lapang dan di laboratorium. Penelitian dilapang dilaksanakan selama 4 bulan di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar dengan ketinggian tempat 940 mdpl dan suhu 25 0 C. Penelitian laboratorium dilakukan, di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Konsentrasi Perlindungan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universiatas Udayana, Denpasar Bali, sejak Bulan April sampai dengan bulan Agustus 2015. 2.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kubis, pupuk kandang, dan tanah (lahan), sedangkan alat yang digunakan yaitu buku beserta alat tulis, tabung plastik, kamera, tali rafia, pinset, sarung tangan, gunting, dan pisau. 2.3 Pelaksanaan Penelitian 2.3.1 Budidaya Pemeliharaan Kubis 2.1.1 Persiapan Benih dan Pembibitan Persemaian bibit dibuat dengan ukuran panjang 200 cm dan lebar 60 cm. Pada media tumbuh semai digunakan campuran tanah dan pupuk kadang dengan perbandingan 1:1. Pembibitan tanaman kubis dikerjakan pada tanggal 24April 2015. Selama pembibitan, pemeliharaan intensif perlu dilakukan seperti penyiraman dan penyiangan pada perlakuan lahan tanpa tanaman pinggiran. 3.3.1.2 Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara meratakan dan menggemburkan tanah menggunakan cangkul kemudian dilanjutkan dengan pembuatan 2 petak lahan, masing-masing petak luasnya adalah 1 are (100 m 2 ). Selanjutnya lahan diberikan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg/aresebelum dilakukan penanaman bibit di lahan. 3.3.1.3 Penanaman Kubis Tanaman kubis ditanam pada tanggal22mei 2015. Bibit yang siap ditanam apabila sudah mempunyai 2-3 helai daun lembaga atau umur bibit 28 hari setelah pembibitan. Bibit ditanam di lahan dengan jarak tanam masing-masing 50 cm x 50 cm sehingga pada masing-masing petakan terdapat 400 tanaman. 3.3.1.4 Pemeliharaan dan Perlakuan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, dan penyiangan. Penyiraman tanaman kubis dilakukan setiap hari khususnya pada pagi atau sore hari. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 416

Penyiangan gulma dilakukan satu minggu sekali agar tidak mempengaruhi tanaman kubis. Penyiangan gulma perlu dilakukan terutama untuk mencegah persaingan antar gulma dalam tanaman kubis, pada fase menjelang terbentuknya krop kubis sampai satu minggu sebelum panen. Terdapat dua petak lahan dengan perlakuan tanpa tanaman pinggiran dan lahan yang sengaja diberi tanaman pinggiran. Jenis tanaman pinggiran yang digunakan yakni : Galinsoga parviflora (Bribil), Ageratum conyzoides (Babadotan)dan Chromolaena odorata (kirinyuh). Menurut Idris dan Grafius (1995) bahwa musuh alami cendrung memilih bunga berwarna kuning karena merupakan daya tarik utama untuk dikunjungi. 2.3.2 Pengambilan Sampel Hama pada Tanaman Kubis Pengambilan sampel dilakukan secara diagonaldari minggu pertama sampai satu minggu menjelang panen, dalam jumlah sampel terdapat 3 tanaman perpetak sampel (2 m x 2 m), sehingga pada masing-masing lahan percobaan terdapat 15 sampel maka kedua lahan percobaan terdapat 30 sampel yang diamati. Denah percobaan dapat dilihat pada gambar dibawah : 1 2 1 2 5 5 meter 5 4 3 4 3 Gambar 1. Pengambilan Sampel di Lapang Tabel dengan tanaman kubis dengan tanaman pinggiran di disajikan dalam kode A sedangkan tanaman kubis tanpa tanaman pinggiran disajikan dalam kode B. Sampel gulma yang diambil dilapang dibawa ke laboratorium, dan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku Weed of Rice In Indonesia (1987). 417 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2.3.3 Pengamatan 2.3.3.1 Pengamatan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Populasi Hama yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis Keanekaragaman spesies dan kelimpahan populasi dilakukan pada tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Keanekaragaman hama-hama penting kubis didapat dengan cara mengidentifikasi hama yang ditemukan. Setelah dilakukan identifikasi kemudian dicatat jumlah populasi hama yang ditemukan setiap minggunya untuk menghitung kelimpahan populasinya.keanekaragaman dan kelimpahan hama-hama tanaman kubis dianalisis menggunakan indeks keragaman Shannon-Wienner. 2.3.3.2 Pengamatan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Populasi Musuh Alami yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis Keanekaragaman spesies dan kelimpahan populasi diamati pada tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Keanekaragaman musuh alami penting kubis terlebih dahulu dilakukan identifikasi musuh alami yang ditemukan. Setelah dilakukan identifikasi kemudian dicatat jumlah populasi musuh alami yang ditemukan setiap minggunya untuk menghitung kelimpahan populasinya. Keanekaragaman dan kelimpahanpopulasi musuh alami tanaman kubis dianalisis menggunakan indeks keragaman Shannon-Wienner. Rumus indeks keragaman Shannon Winner sebagaiberikut (Wilson and Bossert, 1971 dalam Oka, 2005) H = - Pi log Pi..(1) = - (ni/n log ni/n).(2) Keterangan : H = Indek keragaman. Pi = ni/n ( jumlah individu jenis ke I dibagi total jumlah individu). ni = Jumlah individu jenis ke i N = Total jumlah individu Nilai indeks : <1,5 : Keragaman Rendah 1,5-3,5: Keragaman Sedang >3,5 : Keragaman Tinggi 3.4 Analisis Data Keanekaragaman spesies hama tanaman kubis dan spesies musuh alami dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Winner (Wilson http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 418

and Bossert, 1971 dalam Oka, 2005). Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dianalisis secara deskriptif. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Keanekaragaman Spesies Hama Tanaman Kubis Hasil pengamatan terhadap keanekaragaman spesies dan kelimpahan populasi hama yang berasosiasi dengan tanaman kubis di lapang disajikan pada Tabel 1. Ada enam spesies hama yang berasosiasi dengan tanaman kubis yaitu Kutu daun, Crocidolomia pavonana F., Plutella xylostella L., Spodoptera litura F., Helicoverpa armigera H., dan Crysodexis orichalcea L., namun pada petak tanpa tanaman pinggiran tidak ditemukan hama Crysodexis orichalcea L. Walaupun demikian keanekaragaman spesies tergolong rendah pada kedua petak perlakuan tersebut. Indeks keragaman spesies adalah 0,43 pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran dan 0,40 pada petak perlakuan tanpa tanaman pinggiran. Pada penelitian ini ditemukan tiga dari enam spesies hama yang dominan dibanding dengan spesies hama yang lain. Jadi sesuai dengan teori dari Oka (2005) bila komunitas hama mempunyai indeks keragaman rendah biasanya ada salah satu atau dua spesies yang ada di dalam komunitas tersebut menjadi dominan. Adapun yang dominan yakni Kutu daun, P. xylostella dan C. pavonana pada (Tabel 1) Tabel 1. Keanekaragaman Spesies Hama Tanaman Kubis yang Berasosiasi dengantanaman Kubis pada Petak Perlakuan tanpa Tanaman Pinggiran dan Petak Perlakuan dengan Tanaman Pinggiran Taksonomi Kelimpahan Populasi Indeks Keragaman Famili Spesies A B A B Plutellidae Pyralidae 110 376 138 779 Noctuidae Noctuidae Noctuidae Plutella xylostella Crocidolomia pavonana Spodoptera litura Helicoverpa armigera Crysodeixis orichalcea Kutu Daun 3 1 352 Aphidoidae Keterangan : A = Petak dengan tanaman pinggiran B = Petak tanpa tanaman pinggira. 2 2 1 568 0,43 (Rendah) 0.40 (Rendah) Keragaman akan cenderung menjadi rendah bila ekosistem tanaman tersebut terkendali secara fisik oleh kegiatan budidaya yang dilakukan petani, sebaliknya keragaman cenderung menjadi tinggi bila ekosistem tanaman tersebut diatur secara alami atau berlangsung secara alami. 419 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Populasi / Ekor Populasi / Ekor E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 3.2 Kelimpahan Populasi Hama-Hama Tanaman Kubis 100 80 60 40 20 0 PERLAKUAN DENGAN TANAMAN PINGGIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MST (Minggu Setelah Tanam) P. xylostella C. pavonana S. litura H. armigera C. orichalcea Kutu daun Gambar 2. Kelimpahan Populasi Spesies Hama yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis pada Petak Perlakuan dengan Tanaman Pinggiran 200 150 100 50 0 PERLAKUAN TANPA TANAMAN PINGGIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MST (MINGGU SETELAH TANAM) P. xylostella C. pavonana S. litura H. armigera C. orichalcea Kutu daun Gambar 3. Kelimpahan Populasi Spesies Hama yang Berasosiasi dengantanaman Kubis pada Petak Perlakuan tanpa Tanaman Pinggiran Hama yang berasosiasi dengan tanaman kubis ada enam spesies diantara keenam spesies hama tersebut terdapat tiga hama yang dominan yaitu : P. xylostella,c. pavonana,dankutu daun. Di antara ketiga hama yang dominan, C. pavonana menunjukkan paling tinggi dan puncaknya terjadi pada minggu kesepuluh setelah tanam. Kutu daun sudah ada sejak minggu ketiga setelah tanam dan puncaknya pada Minggu kedelapan setelah tanam kemudian disusul oleh P. xylostella dan C. pavonana, minggu kedelapan setelah tanam P. xylostella dan minggu kesepuluh setelah tanam C. pavonana. Populasi tinggi pada minggu kedelapan setelah tanam disebabkan kualitas dan kuantitas daun muda tertinggi pada umur kedelapan setelah tanam sebagaimana yang dijelaskan oleh Sastrosiswojo (1987) karena pada umur tanaman delapan minggu setelah tanam kuantitas daun muda paling banyak lebih disukai oleh hama P. xylostella. Berbeda dengan kelimpahan populasi C. pawonana yang terjadi pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 420

minggu kesepuluh setelah tanam baik pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran maupun petak tanpa tanaman pinggiran. Kejadian tersebut disebabkan oleh fase tanaman sudah mulai membentuk krop yang menjadi habitat yang paling disukai bagi C. pavonana. Populasi mengalami penurunan terjadi setelah minggu kedelapan, populasi P. xylostella menurun drastis demikian juga menurun pada minggu kesepuluh. Menurunnya populasi diduga kuat karena kualitas daun muda sudah berkurang. Apabila jumlah makanan berkurang, potensi hama akan menurun karena jumlah kuantitas dan kualitas tanaman. Begitu pula sebaliknya populasi C. pavonana menjelang panen terjadi penurunan kelimpahan populasi, diduga karena terutama krop kubis yang merupakan habitat C. pavonana berkurang. 3.3 Keanekaragaman Spesies Musuh Alami Tanaman Kubis 3.3.1 Keanekaragaman Spesies Parasitoid Tanaman Kubis Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya satu jenis parasitoid yang ditemukan berasosiasi dengan P. xylostella yaitu D. semiclausum Helen (Hymenoptera : Ichneumonidae) di petak pertanaman kubis dengan tanaman pinggiran maupun tanpa tanaman pinggiran. Hal ini mungkin disebabkan karena daerah Kerta merupakan daerah baru dalam keragaman parasitoid yang berasosiasi dengan P. xylostella sangat rendah (Esa, 2013) didukung pula oleh pernyataan Suparta (1998) bahwasanya tinggi rendahnya keragaman parasitoid juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan lingkungan. Tabel 2. Populasi Parasitoid D. semiclausum yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis pada Pertanaman dengan Tanaman Pinggiran dan tanpa Tanaman Pinggiran Perlakuan Dengan Tanaman Pinggiran Tanpa Tanaman Pinggiran Umur Tanaman Kubis (MST) I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Jumlah 0 0 0 1 2 3 3 5 3 2 2 0 21 0 0 0 0 1 2 2 3 2 0 1 0 11 3.3.2 Keanekaragaman Spesies Predator Tanaman Kubis Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam spesies predator di lapang yang berasosiasi dengan hama-hama penting pada tanaman kubis yaitu, Menochilus sexmaculatus, Ischiodon scutellaris, Paederus fuscipes Curt, Dolichoderus bituberculatus, Oecophylla smaragdina dan Sycanus sp. Keragaman predatornya cukup tinggi dengan ditemukannya enam spesies predator. Menurut Oka (2005) semakin beragam spesies yang ditemukan di suatu areal pertanaman, maka semakin besar atau tinggi tingkat keragaman komunitasnya. Terlihat dari jumlah kelimpahan populasi terdapat 3 spesies predator yang memiliki populasi tinggi yaitu spesies M. sexmaculatus, I. scutellaris, dan O. smaragdina, 421 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

POPULASI / EKOR E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 dengan populasi yang dominan predator M. sexmaculatus dani. scutellaris. Walaupun demikian keanekaragaman spesies di lokasi penelitian (Desa Kerta) tergolong rendah pada kedua petak perlakuan tersebut. Indeks keragaman spesies adalah 0,63 pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran dan 0,65 pada petak tanpa tanaman pinggiran (Tabel 3). Tabel 3. Keanekaragaman Spesies Predator yang Berasosiasi dengantanaman Kubis Pada Petak Perlakuan Tanpa Tanaman Pinggiran dan Petak Perlakuan Dengan Tanaman pinggiran Taksonomi Indeks Kelimpahan Populasi Keragaman Famili Spesies A B A B Coleoptera Diptera Coleoptera Hymenoptera Hymenoptera Keterangan Menochilus sexmaculatus Ischiodon scutellaris Paederus fuscipes Dolichoderus bituberculatus Oecophylla smaragdina Sycanus sp 78 52 18 8 25 19 A = Petak dengan tanaman pinggiran B = Petak tanpa tanaman pinggiran 3.4 Kelimpahan Populasi Musuh Alami Tanaman Kubis 3.4.1 Kelimpahan Populasi Parasitoid Hama tanaman Kubis 48 36 11 4 13 10 0.63 (Rend ah) 0.65 (Rend ah) 6 5 4 3 2 1 0 KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MST (Minggu Setelah Tanam) Dengan Tanaman Pinggiran Gambar 4. Kelimpahan Populasi Parasitoid Diadegma semiclausum yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis pada Petak Perlakuan Dengan Tanaman Pinggiran dan Tanpa Tanaman Pinggiran Spesies parasitoid yang berasosiasi dengan tanaman kubis ditemukan satu yakni Diadegma semiclausum Hellen. Kelimpahan populasi D. semiclausum sudah ditemukan sejak minggu keempat setelah tanam dan puncaknya pada tanaman kubis umur kedelapan setelah tanam. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 422

Populasi / ekor Populasi / ekor E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Penurunan populasi D. semiclausum terjadi setelah minggu kedelapan, hal ini dapat terjadi karena populasi P. xylostella menurun. Menurunnya populasi diduga karena kualitas daun muda sudah berkurang. Apabila jumlah makanan berkurang, potensi hama akan menurun karena, kuantitas dan kualitas tanaman. 3.4.2 Kelimpahan Populasi Predator Hama tanaman Kubis Kelimpahan populasi predator yang ditemukan di lapang setiap minggunya mengalami peningkatan pada masing-masing spesies predator. Perkembangan kepadatan predator M. sexmaculatus memiliki kepadatan paling tinggi dibandingkan dengan perkembangan kepadatan populasi jenis predator lainnya (Gambar 5). 20 15 10 5 0 PERLAKUAN DENGAN TANAMAN PINGGIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MST (Minggu Setelah Tanam) M. sexmaculatus I. scutellaris P.fuscipes D. bituberculatus O. smaragdina Sycanus Sp Gambar 5. Kelimpahan Populasi Predator yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis pada Petak Perlakuan dengan Tanaman Pinggiran 15 PERLAKUAN TANPA TANAMAN PINGGIRAN 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MST (Minggu Setelah Tanam) M. sexmaculatus I. scutelaris P. fuscipes D. bituberatus O. smaragdina Sycanus Sp Gambar 6. Kelimpahan Populasi Predator yang Berasosiasi dengan Tanaman Kubis pada Petak Perlakuan Tanpa Tanaman Pinggiran Terdapat enam spesies predator yang berasosiasi dengan tanaman kubis pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran dan tanpa tanaman pinggiran, diantara keenam spesies predator terdapat tiga spesies predator yang dominan yakni M. sexmaculatus, I. scutellaris, dan O. smaragdina pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran, berbeda halnya dengan perlakuan tanpa tanaman pinggiran tiga spesies predator yang dominan yakni M. Sexmaculatus, I. scutellaris, dan Sycanus sp. Diantara ketiga spesies predator yang dominan menunjukkan M. sexmaculatus 423 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

paling tinggi dan puncaknya terjadi pada minggu kesembilan setelah tanam. Kelimpahan populasi M. sexmaculatus sudah ada sejak minggu keempat setelah tanam yang puncaknya pada minggu kesembilan setelah tanam kemudian disusul oleh I. scutellaris dan O. smaragdina dan Sycanus sp. Tingginya populasi pada minggu kedelapan setelah tanam disebabkan kualitas dan kuantitas daun muda tertinggi pada umur delapan minggu setelah tanam sebagaimana yang dijelaskan oleh Sastrosiswojo (1987). karena pada umur tanaman delapan minggu setelah tanam kuantitas daun muda paling banyak lebih disukai oleh hama P. xylostella. Berbeda dengan kelimpahan populasi C. pavonana yang terjadi pada minggu kesepuluh setelah tanam baik pada petak perlakuan dengan tanaman pinggiran maupun petak tanpa tanaman pinggiran. Kejadian tersebut disebabkan oleh fase tanaman sudah mulai membentuk krop yang menjadi habitat yang paling disukai oleh C. pavonana. Penurunan populasi terjadi setelah minggu kedelapan, populasip. xylostella menurun drastis demikian juga menurun pada minggu ke-sepuluh. Menurunnya populasi dikarenakan kualitas daun muda sudah berkurang. Begitu pula yang terjadi pada C. pavonana menjelang panen terjadi penurunan kelimpahan populasi. Penurunan tersebut diduga karena krop kubis yang merupakan habitat C. pavonana berkurang. 4. Kesimpulandan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dari pembahasan yang telah dipaparkan, penulis dapat menarik suatu kesimpulan yaitu : 1. Hasil penelitian menujukkan bahwa pada pertanaman kubis di desa Kerta terdapat enam spesies hama pada pertanaman tanpa tanaman pinggiran, lima spesies hama pada pertanaman dengan tanaman pinggiran, dengan indeks keragaman yaitu sebesar 0.40 pada pertanaman tanpa tanaman pinggiran dan 0.43 pada pertanaman dengan tanaman pinggiran. 2. Hasil pengamatan di desa Kerta ditemukan satu spesies parasitoid dan enam spesies predator yang berasosiasi dengan hama penting kubis yaitu parasitoiddiadegma semiclausum Hellen dan predator yaitu Menochilus sexmaculatus, Ischiodon scutellaris, Paederus fuscipes Curt, Dolichoderus bituberculatus, Oecophylla smaragdina dan Sicanus sp. 4.2 Saran Peran musuh alami di lapang membantu petani untuk mengendalikan serangan hama. Maka perlu penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatan tanaman pembatas pinggiranagar mampu menekan serangan hama dengan keberhasilan lebih tinggi. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 424

Daftar Pustaka Balai Pusat Statistika (BPS). 2009-2013. Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun2010 Provinsi Bali. http://bali.bps.go.id (diakses pada tanggal 8 November 2014). Esa, N. P. Y. S. 2013. Keragaman dan Kepadatan Populasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Plutella xylostella L. pada Tanaman Kubis Tanpa Aplikasi dan Aplikasi Insektisida. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. Idris AB, Grafius E. 1995. Wildflowers as nectar sources for Diadegma insulare (Hymenoptera : Ichneumonidae), a parasitoid of diamondblack moth (Lepidoptera : Yponomeutidae). Environ Entomol 24:1726-1735. Ngatimin, S. N. A 2002. Potensi Tumbuhan Berbunga Sebagai Sumber Pakan Tambahan Untuk Meningkatkan Kebugaran Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera : Ichneumonidae). Tesis. Bogor : Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Oka, I. N. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Settel WH, Ariawan H, Astuti ET, Cahaya W, Hakim AL, Hindayana D, Lestari AS, Pajarningsih, Surtanto. 1996. Managing Tropical Rice Pests Through Conservation of Generalist National Enemies and Alternative Prey. Ecology. The Ecological Society of America. 77 (7): 1957 1988. Sastrosiswojo, S. 1987. Perpaduan Pengendalian Secara Hayati dan Kimiawi Hama Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L: Lepidoptera: Yponomeutidae) pada Tanaman Kubis. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Supartha, I. W. 1998 Bionomi Lirionyza Huidobrensis (Blanchard) (Diaptera : Agromyzidae) pada Tanaman Kentang. Disertasi. Program Pascasarnajana IPB. Bogor. Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: GadjahMada University Press.175 Hal. Wardani, C. K. 2013. Studi Ekstrak Beberapa Jenis Gulma dalam Menekan Populasi Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. Pada Tanaman Tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali. 425 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat