PEMBIMBINGAN OLEH ORANG TUA BAGI ANAK YANG MENGALAMI HAMBATAN PERKEMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN GAMES PUZZLE UNTUK MELATIH DAYA INGAT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Nama Lengkap. Kecamatan.. Kab/Kota. : Belum Sekolah/Pernah Sekolah (DO) / Sekolah.

disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa merupakan alat

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tumbuh Kembang Anak Usia KOMPETESI DASAR. 5-6 Tahun

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

MODEL INTERAKSI SOSIAL MODEL PEMROSESAN INFORMASI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

Seri Pendidikan Orang Tua: PENGASUHAN POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

Menumbuhkan Kemandirian Anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LIPS LANGUAGE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK TERLAMBAT BERBICARA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Rentang usia tiga hingga lima tahun merupakan periode emas anak (golden age),

Transkripsi:

PEMBIMBINGAN OLEH ORANG TUA BAGI ANAK YANG MENGALAMI HAMBATAN PERKEMBANGAN Oleh Mumpuniarti PLB-FIP-UNY Disampaikan pada Sarasehan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Tanggal 21 Maret 2012, di Sekolah Luar Biasa Kulon Progo Unit I Panjatan. A.Pendahuluan Anak adalah buah hati bagi semua orang tua, ketika mereka mengalami hambatan perkembangan menjadikan orang tua risau dan galau. Kerisauan itu akan terjawab, bila orang tua mengetahui hal-hal yang menyebangkan anak terhambat perkembangannya dan tahu juga untuk mengatasi keterlambatan tersebut. Untuk itu, menjadi orang yang bijaksana mengetahui aspek-aspek perkembangan anak dan kemungkinan keterlambatan atau hambatan di dalam perkembangannya. Pengetahuan akan perkembangan anak dan cara untuk memberi stimulan, serta hambatan yang terjadi akan menentukan sikap yang bijaksana dari orang tua dalam memberikan stimulan dan arahan bagi anaknya. Pembahasan dalam forum sarasehan untuk penanganan bagi anak berkebutuhan khusus saat ini difokuskan bagi orang tua yang memiliki atau menemui keluarganya memiliki hambatan perkembangan. Pembahasan tentang hambatan yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perkembangan yang normatif, selanjutnya atas dasar hambatan perkembangan itu solusi yang perlu dilakukan. Solusi perlu dilakukan oleh orang tua, karena orang tua dimaknai oleh Bern (2004:15) adalah sebagai orang lain pertama yang bermakna bagi anak (significant others). Orang tua adalah orang yang paling dekat dan utama dengan anak. Untuk itu, dasar kasih sayang yang diberikan orang tua sejak pertama akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Kasih sayang tersebut diwujudkan dengan selalu mengajak bersosialisasi dan memberi kesempatan eksplorasi agar supaya menambah pengalaman tentang berbagai kemampuan anak. B.Perkembangan Anak Anak dalam bersosialisasi dimulai dengan adanya kelekatan personal dengan orang paling dekat atau ada yang menyebut dengan significant others. Mulai anak 1

lahir, mendapatkan pengasuhan, diajak bermain, berbicara oleh orang yang pertama kali mengasuh. Tumbuhnya rasa kelekatan yang menjamin akan menumbuhkan kepercayaan terhadap dunia atau yang dimaksud orang lain. Kepercayaan terhadap orang lain ini yang mendukung seorang anak mudah bersosialisasi, sehingga mendukung perkembangan sosial dan emosi. Gangguan kepercayaan terhadap orang lain berpengaruh terhadap gangguan reaksi kelekatan. Penelitian tersebut juga mengkontribusi keterampilan sosial yang diteliti oleh Johnson & Golden (1997: 133-147) dengan mengujicobakan intervensi untuk mempertinggi generalisasi dan keterampilan sosial dalam interaksi kelompok sebaya pada anak-anak yang mengalami hambatan bahasa. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi lebih signifikan jika diaplikasikan pada tingkah laku respon sosial dibandingkan dengan pendekatan perilaku dan pengorganisasian permainan. Atas dasar itu dapat dimaknai bahwa interaksi kelompok sebaya lebih meningkatkan tingkah laku respon sosial pada perkembangan anak. Tingkah laku respon sosial maksudnya is defined as any time the target child reacts to another child s initiated social behavior (Johnson &Golden, 1997: 136). Jadi perilaku untuk mereaksi perilaku sosial yang diprakarsai oleh anak lainnya setiap saat. Interaksi kelompok sebaya lebih meningkatkan perilaku tersebut, karena dengan interaksi dalam kelompok sebaya anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apa yang mereka lakukan dalam arti apakah ini lebih baik, lebih bagus dari pada apa yang dilakukan oleh anak-anak lain. Hal itu sulit dilakukan di rumah karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda. Berbagai uraian bahwa anak berkembang dimulai dari keluarga, kemudian meluas dengan keluarga dan teman sebaya. Ketika berteman dengan anak-anak yang sebaya inilah terjadi pembandingan atau maping tentang kemampuan atau perilaku antar anak dengan temannya. Pembandingan inilah kadang memunculkan berbagai persoalan tentang tidak sebandingnya perkembangan anak dengan teman sebaya. Dalam aspek tertentu, misalnya aspek mororik anak saya di banding dengan itu Si Bobo yang sama usianya belum dapat berjalan, pada hal Si Bobo 2

sudah dapat berjalan. Apakah anak saya terbelakang? Tetapi anak saya lebih cepat kemampuan bicara dibanding dengan Si Bobo, hanya saja ucapan atau kata yang diucapkan hanya hal-hal yang monoton, belum banyak kata-kata baru yang terucap. Seharusnya, usia 16 bulan sudah dapat berbicara untuk mengutarakan keinginan-keinginannya. Demikian, lontaran-lontaran yang sering diungkapkan oleh orang tua, jika terjadi perkembangan anaknya tidak sebanding secara normatif dengan teman yang seusia sebaya. Setiap anak adalah unik, namun secara normatif kondisi perkembangan selalu dibandingkan dengan yang umum terjadi. Kondisi umum perkembangan yang terjadi merupakan norma yang diciptakan untuk mengukur perkembangan seorang anak. Perkembangan anak yang normatif inilah yang menjadi dasar orang tua membimbing anaknya. Menurut Tiel (2007: 144) meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan bicara, perkembangan sosial, perkembangan emosional, kemampuan keterampilan, dan perkembangan personalitas. Perkembangan itu bagi anak yang tidak memiliki hambatan dengan imitasi pada orang dewasa secara alami, tetapi bagi anak yang memiliki hambatan perlu intervensi khusus dan dengan mentahapkan kembali perkembangan itu menjadi langkah sederhana supaya mudah dilakukan oleh anak. Demikian, pembahasan selanjutnya adalah intervensi khusus dan metode khusus yang perlu dilakukan oleh orang tua. C.Intervensi dan Metode Khusus bagi Hambatan Bicara Orang tua perlu mengerti dulu seorang anak dianggap mampu bicara perlu kemampuan aspek perbedaan bunyi (fonetik), makna (semantik), hubungan antarkata secara beraturan (sintaksis), dan aspek bentuk kata (morfologis)( Tiel (2007: 147). Aspek-aspek tersebut kita buat rangkaian tahapan yang perlu dilatihkan kepada anak, dan rangkaian inilah sebagai dasar untuk menjadwal latihan-latihan pada setiap kita berinteraksi sehari-hari dengan mereka. Lebih disarankan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari yang melibatkan anak, kita lakukan sambil melatih. Misalnya menggunakan metode model yang baik untuk ditiru. Model dapat menggunakan orang di sekitarnya, seperti orang tua, penyiar radio, atau 3

tokoh-tokoh di film. (Hurlock, 1978: 185). Anak perlu mengucapkan kata dan menggabungkan kata mulai kalimat sederhana dengan betul. Pada anak yang mengalami kesulitan perlu diberi bantuan untuk dikoreksi. Latihlah sedini mungkin, pada anak yang hambatan pendengaran jika otot bicara dilatih sedini mungkin mengurangi resiko untuk otot bicara menjadi kaku. Koreksi dapat saja menggunakan alat-alat spatel untuk membetulkan lidahnya, bentuk bibirnya, maupun getaran suaranya. Latihlah dengan sabar dan perlahan, dan ulangilah setiap tahapan sampai target-target kecil dari tahapan terbentuk. D.Intervensi dan Metode Khusus bagi Hambatan Motorik dan Sensorik Bagi anak-anak yang memiliki hambatan motorik ini juga berkaitan dengan hambatan indera yang belum banyak distimulasi/dirangsang. Rangsangan dapat dilakukan dengan latihan indera. Hal itu diambil dari metode Montessori (Hainstock,1999: 59-68) Latihan-latihan sensoris berhubungan dengan pengembangan dan penajaman panca indera, dengan demikian akan mempertajam atau mengasah kemampuan intelektual dan control anak, serta mempersiapkan mareka untuk memasuki latihan yang lebih kompleks dan rumit. Anak belajar menggunakan kedua tangan dan pemikirannya; prinsip ini telah dijadikan pedoman dalam rangka mengembangkan materi-materi sensoris seperti yang dijelaskan berikut ini. Latihan-latihan ini secara sekilas nampak sederhana, namun bagi anak kan terasa sulit. Untuk itu, orang tua harus menyediakan latihan tersebut sebagai permainan yang menyenangkan anak, dan tidak memaksakan, namun mendorongnya. Sebelum memperkenalkan berbagai macam pelajaran, pastikan untuk mencermati pada usia berapakah latihan-latihan tersebut ditujukan. Ini penting, usia anak dua setengah tahun tidak akan mampu mengerjakan latihan yang sesungguhnya yang ditujukan bagi anak usia empat tahun, begitu juga jangan menyuruh anak usia dua atau tiga tahun bila dia sudah melewatinya. Anda harus ingat bahwa setiap tahap mengarah ke tahap berikutnya, dan anda harus mengajarkan pola-pola yang teratur dan progresif. Berikut ini contoh-contoh kegiatan latihan sensoris awal untuk anak: 4

1.Pembelajaran Tiga Tahap Tujuan latihan ini adalah membantu anak secara lebih baik dan memungkinkan orang tua melihat seberapa jauh anak menangkap dan menyerap hal yang ditunjukkan kepadanya. Pelajaran tiga tahap ini seharusnya diterapkan di setiap demonstrasi (peragaan). Model pelajaran ini sangat membantu anak mengingatkan perbendaharaan katanya. Ketika bekerja dengan materi-materi, tunjukkan kepadanya perbedaan masing-masing benda dan bandingkan. Misalnya: Besar kecil; Kasar halus, Ringan berat; Keras lembut; Besar lebih besar paling besar; Kecil lebih kecil paling kecil; dan Banyak sedikit. Dalam menyajikan latihan indera-indera, seharusnya mengikuti urutan seperti berikut ini: tahap pertama, Pengenalan Identitas (Recognition of identity), yaitu buatlah hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan namanya. Ini adalah. Ulangilah sampai orang tua merasa bahwa anak memahami hubungan tersebut. Tahap kedua, Pengenalan Sesuatu yang Berbeda-beda (Recognition of Contrasts). Sebagai contoh, untuk meyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan mengatakan Berikan saya.. sedangkan tahap ketiga yaitu Membedakan antara Benda-benda yang Serupa (Discrimination between similar objects). Perhatikan dengan seksama apakah anak ingat namanya sendiri, kemudian tunjukkan bermacam-macam benda, kemudian katakana benda apakah ini? anak seharusnya bisa mengatakan nama benda tersebut dengan benar. Jika tidak bisa, bantulah dia, ulangi lagi proses ini sampai dia bisa. 2.Latihan Bermain Menara Materi ini terdiri dari balok-balok dengan ukuran gradasi dari besar ke kecil, diperuntukkan kepada anak usia 2,5 tahun sampai 4 tahun. Tujuannya adalah untuk mengembangkan koordinasi gerakan dan visual serta persepsi dimensidimensi sentuhan. Dalam pelajaran ini orang tua dapat mengontrol kesalahan anak jika bentuk menara tidak dikerjakan dengan benar, maka menara akan roboh. Bila balok-balok tidak disusun dengan urutan gradasif, maka balok-balok tidak akan tersusun dengan tepat dan benar. 5

3.Permainan Kancing Baju Permainan kancing baju ini terbagi menjadi dua tahap, tahap yang pertama untuk usia 2,5 tahun sampai 3 tahun dan tahap yang kedua untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Tujuan dari masing-masing tahapan pun berbeda jika pada tahap awal masih sekedar untuk mengajari mereka dapat membedakan warna-warna yang ada, maka untuk tahap kedua tujuan dari permainan ini adalah mengajarkan kepada anak membedakan ukuran. Untuk anak-anak yang lebih awal (usia 2,5 sampai 3 tahun) materi permainan cukup menggunakan enam kancing baju dengan tiga atau empat warna yang berbeda. Dan juga kotak untuk menyimpan masing-masing warna. Bentuk demonstrasi permainannya pertama-tama tunjukkan kepada anak bagaimana menempatkan satu warna kancing bajudalam tempatnya tersendiri, tambahkan kancing baju dengan warna yang berbeda, bila dikehendaki. Beritahukan nama-nama warna tersebut, kemudian hitunglah jumlah kancing bajunya. Pergunakan pembelajaran tiga-tahap. Untuk mengontrol kesalahan anak akan melihat jika kancing baju diletakkan pada tempat yang salah. Sedangkan untuk anak-anak pada tahapan kedua yaitu usia 3 sampai 5 tahun materi permainannya dua puluh empat kancing baju dengan warna dan tipe yang sama; terdiri atas empat ukuran (ukurannya semakin kecil) dan masing-masing ukuran enam kancing. Dan kotak untuk setiap ukuran. Cara memainkan permainan ini untuk anak adalah tunjukkan kepada anak bagaimana meletakkan semua kancing baju yang ukuran sama pada satu kotak. Tutuplah matanya dan kemudian suruh mereka membagi kancing berdasarkan kesamaan ukuran dengan menggunakan perasaannya. Control kesalahan: anak mampu melihat bila kancing baju diletakkan pada tempat yang salah. Permainan-permainan tersebut disebutkan tahapan usianya. Tahapan usia tersebut sebagai ukuran atau norma minimal. Bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan perlu dilatihkan mulai dari kemampuan yang telah dicapai, sehingga tahapan usia mulai latihan dapat lebih mundur lagi. 6

E.Intervensi dan Metode Khusus bagi Hambatan Emosi Cara untuk melatih mengendalikan emosi, dapat menggunakan model dorongan dan bantuan. Anak perlu dibantu jika menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, bantuan dengan mengembangkan rasa humor. Misalnya ketika anak marah, lalu kita menunjukkan bahwa orang marah itu kok wajahnya lucu seperti orang sedang berak ya. Jika anak memiliki keinginan, biasakan keinginan tersebut ditunda untuk sementara waktu, setelah anak menyelesaikan tugas tertentu baru diberikan keinginan tersebut. Semua keinginan perlu dicapai dengan melalui tugas-tugas perjuangan dahulu, supaya anak mengerti bahwa untuk memenuhi semua keinginan tidak semuanya diperoleh dengan mudah. F.Intervensi dan Metode Khusus bagi Hambatan Sosial Orang tua melalui kegiatan bermain dan kehidupan sehari-hari, melatih cara berteman, cara bekerja sama, saling berbagi, dan mengikuti aturan-aturan yang terjadi disekitar sosialnya. Hambatan sosial dapat dihayati jika anak diajak bermain pada konteks sosial yang hampir mirip dengan kenyataan. Dalam hal ini anak bersama dengan teman bermainnya saling bermain peran, dan anak diberikan uji coba untuk saling berbagi dan menyelesaikan persoalan yang harus diselesaikan bersama. Latihan ini perlu dibimbing secara bermakna dalam penyelesaiannya, sampai didapatkan kemampuan untuk saling berbagi dan mengikuti aturan sosial. G.Intervensi dan Metode Khusus bagi Hambatan Keterampilan Latihan keterampilan sebagai suatu yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari secara berkesinambungan. Mulai dari menolong diri sendiri, sampai mampu membantu untuk menata dan membersihkan lingkungan. Orang tua perlu menumbuhkan kepercayaan diri sendiri dan merasa diterima semua kemampuannya dengan kasih sayang. Modal percaya diri dan merasa diterima sebagai modal dasar anak bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu, tanpa tekanan dan paksaan. 7

H. Kesimpulan Membimbing anak-anak yang mengalami hambatan bagi orang tua adalah peran yang terutama, karena orang tua yang sebagai orang pertama dan utama yang ditemui oleh anak. Kasih sayangnya untuk melalukan intervensi khusus dalam membimbing anak yang memiliki hambatan adalah dengan memberikan dorongan dan bantuan semua aspek perkembangan. Bantuan itu melalui metode khusus mentahapkan setiap rangkaian perkembangan dilatihkan secara bertahap dalam interaksi kehidupan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Berns, Roberta M. (2004). Child, Family, School, Community. Wadsword: Thomson Learning. Hainstock.,E.G. (1999). Metode pengajaran Montessori untuk anak pra-sekolah. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Hurlock. E. B. (buku Asli diterbitkan 1978). Perkembangan anak. Alih bahasa Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Johnson C. & Golden J.. (1997). Generalization of social skill to peer interaction in a child with language delays. Journal behavioral interventions. 12, 3, 133-147. Tiel, Yulia Maria van (2007). Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Goup. 8