BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sangat penting dalam suatu penelitian, berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan produk, perusahaan dituntut untuk memikirkan

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan Jawa Timur menjadikan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

1 Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sianar Grafiak, 2007, h.1

PENDAHULUAN. di dalamnya mengintrodusir sistem pengelolaan bank berdasarkan konsep

BAB I PENDAHULUAN. BMT-BMT di seluruh Indonesia. BMT-BMT ini ternyata memberikan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

DAFTAR PUSTAKA. Mosher.A.T, Menggerakkan Dan Membangun Pertanian, Jakarta : C.V. Yasaguna 1966.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit pula hambatan yang harus dihadapi, terutama dalam hal. Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya

umat Islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan syari ah perbankan konvensional yang diidentikkan dengan riba. 1 Dengan demikian,

Mikro Syariah (Studi di BMT Kube Sejahtera Palangka Raya). Adalah. lembaga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat yang menekankan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang di hadapi dunia Islam

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi rekomendasi agar didirikan lembaga perbankan syariah pada tahun 1990. Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh kembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT. 1 BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) merupakan lembaga keuangan syari ah, bukan bank yang berdiri berdasarkan syari ah islam dan bergerak dalam upaya memberdayakan umat. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari 2 istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan Baitul Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari ah. 2 BMT atau KJKS BINAMA (Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bina Niaga Utama), adalah lembaga keuangan berbadan hukum koperasi yang bergerak di bidang jasa keuangan syariah, yaitu melayani anggota dan calon 1 Haluan BMT 2020, Perhimpunan BMT Indonesia, Cibubur: BMT Summit, 2011. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, Cetakan ke-2, hlm. 96. 1

2 anggota akan kebutuhan produk pendanaan dan pembiayaan syariah dengan mengacu pada proses pembangunan ekonomi kerakyatan. 3 Peranan KJKS Binama adalah sebagai wadah menghimpun dan menyalurkan dananya pada usaha-usaha yang dilakukan masyarakat dengan berdasarkan pada sistem perekonomian syari at Islam. Untuk menjalankan peranannya tersebut, maka terdapat produk-produk pendanaan yang berupa simpanan dan produk produk penyaluran dana berupa pembiayaan. 4 Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh lembaga pembiayaan. 5. Penyaluran dana berupa pembiayaan yang sesuai dengan syariat islam yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota seperti Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil), Pembiayaan Murabahah (Jual beli), Pembiayaan Al-ijarah (Sewa menyewa). 6 Pembiayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembiayaan murabahah, karena pembiayaan murabahah ini yang paling banyak diminati oleh para anggota. Pembiayaan murabahah diartikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli, atau suatu perjanjian pembiayaan dimana pihak KJKS membiayai pembelian barang yang diperlukan 3 Company Profile KJKS Binama 4 Modul KJKS BINAMA 5 Muhamad, Manajemen Bank Syari ah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMPYKPN, 2005, hlm. 260. 6 Ibid

3 anggotanya dengan sistem pembayarannya ditangguhkan. 7 Akan tetapi dalam prakteknya akan dijumpai cidera janji yang dilakukan oleh anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap KJKS sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Saat pembiayaan dicairkan kepada anggota, saat itu pula pihak KJKS yang mencairkan dana sudah mempunyai resiko yang akan ditanggung dikemudian hari, dan resiko tersebut terjadi karena ada pihak-pihak atau ada anggota yang tidak bertanggung jawab. Bagi anggota yang tidak bertanggung jawab atau melanggar perjanjian yang telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan tidak lancar, pembayaran pokok atau pelunasan pokok tidak tepat waktu, terdapat tunggakan angsuran, sehingga dapat memberikan potensi kerugian bagi KJKS. Dari sekian banyak anggota yang mengajukan permohonan pembiayaan, selalu ada beberapa anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. Dalam hal ini penyaluran pembiayaan di KJKS Binama Semarang terdapat sekitar 0,9% anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. 8 7 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 93. 8 Hasil Wawancara dengan Ibu Puji Staf karyawan KJKS BINAMA Semarang, tgl 7 Mei 2013, jam 15.00

4 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang upaya untuk menangani pembiayaan murabahah bermasalah, yang dituangkan dalam tugas akhir ini dengan judul Pembiayaan Murabahah Bermasalah dan Upaya Menanganinya di KJKS Binama Semarang. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis akan merumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apa penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS Binama Semarang? 2. Bagaimana upaya untuk menangani pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS Binama Semarang? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk lebih mengetahui penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS Binama Semarang. b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KJKS Binama Semarang dalam menangani pembiayaan murabahah bermasalah.

5 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Diharapkan dapat memperluas wawasan, meningkatkan dan memantapkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan terutama mengenai penyebab pembiayaan bermasalah, sehingga dapat menjadi bekal pelajaran yang berguna bagi masa yang akan datang. b. Bagi KJKS BINAMA Memberikan solusi permasalahan dan memberikan kontribusi pemikiran dalam hal menangani pembiayaan bermasalah. c. Bagi Masyarakat Agar tercipta wacana dan informasi mengenai upaya untuk menangani pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS Binama Semarang. d. Bagi D3 Perbankan Syari ah Diharapkan bisa menambah informasi dan referensi bagi pembaca yang membutuhkan data-data penelitian.

6 D. KERANGKA PEMIKIRAN Latar Belakang Dari sekian banyak anggota yang mengajukan pembiayaan di KJKS BINAMA, terdapat sekitar 0,9% anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. Rumusan Masalah 1. Apa Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada murabahah di KJKS BINAMA Semarang? 2. Bagaimana upaya untuk menangani pembiayaan bermasalah pada murabahah di KJKS BINAMA Semarang? Metode Penelitian kualitatif Metode Pengumpulan Data 1. wawancara 2. observasi 3. dokumentasi Metode Analisis analisis deskriptif r e k o m e n d a s i Keterangan :

7 Hampir setiap lembaga keuangan syari ah dapat dijumpai adanya pembiayaan bermasalah, termasuk di KJKS Binama Semarang. Dari sekian banyak anggota yang mengajukan pembiayaan di KJKS Binama, terdapat sekitar 0,9% anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi pembiayaan bermasalah di KJKS Binama Semarang. Dari apa yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian yang dilakukan berdasarkan pada kondisi objek yang alami. Disini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian metode analisis ini menggunakan analisis deskriptif, analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti. Data-data yang diperoleh kemudian peneliti analisa dengan mengaitkan antara pembiayaan murabahah bermasalah dan upaya menanganinya di KJKS Binama Semarang. E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

8 subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 9 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di KJKS Binama Semarang Ruko Anda Kav. 7 Jl. Tlogosari Raya 1 Semarang 50196 Telp. 024-6702792 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukur, alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 10 Data primer ini diperoleh dari wawancara dengan bagian operasional, dan bagian marketing. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang mengikuti dari sumber lain sehingga tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber kedua atau ketiga. 11 Data sekunder yang didapat dalam penyusunan penelitian ini adalah diperoleh dari data dokumentasi, seperti arsip- 9 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Edisi Revisi, Cetakan ke-24, hlm. 6. 10 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91. 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1996, Cetakan Kesepuluh, hlm. 80.

9 arsip yang berkenaan dengan pembiayaan bermasalah, lampiran formulir, brosur, dan modul tentang produk-produk KJKS Binama. 4. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh info dari terwawancara (interviewee). 12 Dengan cara melakukan Tanya jawab kepada bagian marketing, bagian operasional, dan pihak-pihak lain yang terkait tentang pembiayaan murabahah bermasalah. Dalam penelitian ini digunakan wawancara terstruktur, dimana wawancara diberikan kepada pihak-pihak yang terkait langsung dengan masalah pembiayaan di KJKS Binama Semarang. b. Observasi Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek tertentu yang terjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja di KJKS Binama Semarang. Disini pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung bagaimana proses pengajuan pembiayaan sampai pencairan pembiayaan dan apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anggota yang mengajukan pembiayaan. 12 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1987, hlm 126.

10 c. Dokumentasi Metode ini dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal yang berkaitan dalam pembahasan dalam penelitian ini, yang berupa buku, artikel, jurnal, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah bermasalah dan upaya untuk menanganinya di KJKS Binama Semarang. 5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode Deskriptif merupakan metode penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Ananilis yang digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif analisis yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis. 13 Data-data yang diperoleh kemudian penulis analisa dengan mengaitkan antara pembiayaan murabahah bermasalah dan upaya untuk menanganinya di KJKS Binama Semarang. F. SISTEMATIKA PENULISAN Agar penulisan tugas akhir ini lebih mengarah, maka tugas akhir ini disistematika menjadi empat bab, Sistematika penulisan tugas akhir ini 13 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cetakan ke-3, 2009, hlm. 47-92

11 menggambarkan struktur organisasi penyusunan yang terdapat dalam bab yang masing-masing bab menurut urutan. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagian Muka Bagian ini memuat sampul halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman deklarasi, halaman abstraks, halaman moto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi Penulisan dalam bagian ini dirinci menjadi bab-bab dan sub-sub yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan pada bab-bab berikutnya. Bab ini Berisi latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan untuk memperoleh data secara lengkap dan teratur. BAB II GAMBARAN UMUM KJKS BINAMA SEMARANG Dalam bab ini dipaparkan tentang gambaran umum mengenai KJKS Binama. Pembahasan ini meliputi: latar belakang pendirian KJKS Binama, visi, misi, dan nilai dasar KJKS Binama, manfaat dan sasaran yang hendak dicapai, susunan manajemen, struktur organisasi KJKS

12 Binama, sistem dan produk-produk KJKS Binama, kantor pelayanan, dan data perkembangan keuangan. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas tentang pembiayaan murabahah bermasalah dan upaya untuk menanganinya di KJKS Binama Semarang. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan akhir dari proses penulisan atas hasil penelitian yang berpijak pada bab-bab sebelumnya. Berisi kesimpulan, saran, dan penutup. Dengan memberikan kesimpulan yang benar-benar lengkap dan penutup sebagai akhir bab. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN