BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS AHBC (ASYMMETRIC HALF BRIDGE CONVERTER) PADA SRM (SWITCHED RELUCTANCE MOTOR) 3 FASA MENGGUNAKAN PSIM

MAKALAH PRESENTASI MESIN MESIN LISTRIK KHUSUS MOTOR RELUKTANSI

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

Bab VI. Motor Stepper

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sistem kendali yang efektif, efisien dan tepat. Sesuai dengan

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps,

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan peran penting dalam kehidupan diberbagai sektor

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab 2. Landasan Teori

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat

Universitas Medan Area

Konverter DC-DC Input Ganda Rasio Tinggi Sebagai Pencatu Motor DC Brushless Permanen Magnet Untuk Mobil Listrik

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

PENGATURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN VSI UNTUK SISTEM TIGA FASA EMPAT KAWAT

meningkatkan faktor daya masukan. Teknik komutasi

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

MODUL KULIAH ELEKTRONIKA DAYA PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SWITCHED RELUCTANCE MOTOR

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 2. JENIS JENIS MOTOR LISTRIK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan kualitas daya. Komponen power

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK

1 BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan konsumsi energi tidak diimbangi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya tambahan sumber pembangkit energi listrik baru untuk memenuhi

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 2 September 2013

Alexander et al., Perancangan Simulasi Unjuk Kerja Motor Induksi Tiga Fase... 1

BAB III PERANCANGAN SISTEM

1 BAB I PENDAHULUAN. listrik. Di Indonesia sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masih disuplai

Mesin Arus Bolak Balik

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. energi listrik yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya kebutuhan akan

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC MELALUI DETEKSI PUTARAN ROTOR DENGAN MIKROKONTROLLER dspic30f4012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Politeknik Negeri Sriwijaya. Laporan Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative)

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

BAB I PENDAHULUAN. maupun perindustrian yang kecil. Sejalan dengan perkembangan tersebut,

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PEMODELAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1kW BERBANTUAN SIMULINK MATLAB

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

GENERATOR SINKRON Gambar 1

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND

Novitasari, et al., Optimalisasi Daya Output Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin...

Draft MOTOR BLDC (BRUSHLESS DC MOTOR)

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

PERANCANGAN SWITCHED RELUCTANCE MOTOR 3 FASA SEDERHANA DENGAN 4 KUTUB ROTOR

1. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SRM (switched reluctance motor) atau sering disebut variable reluctance motor adalah mesin listrik sinkron yang mengubah torsi reluktansi menjadi daya mekanik. SRM digunakan sebagai penggerak lokomotif pertama kali pada tahun 1838 di Scotland. Nama SRM pada dasarnya menjelaskan dua sifat yang terdapat pada mesin itu sendiri, yaitu switched dan reluctance. Switched, maksudnya adalah mesin harus dioperasikan dalam suatu mode penyaklaran yang kontinyu, dan reluctance, maksudnya adanya perubahan nilai reluktansi sesuai dengan rangkaian kemagnetan yang dibentuk oleh kutub stator dan rotor [1]. SRM mulai digunakan untuk berbagai aplikasi pengaturan kecepatan sesudah tahun 1980 seiring dengan perkembangan teknologi elektronika daya [2]. Struktur SRM terdiri dari kutub stator dan rotor, kedua-duanya merupakan kutub yang menonjol (salient pole) [3]. SRM hanya mempunyai kumparan pada kutub stator, sedangkan kutub rotornya tidak mempunyai magnet permanen atau kumparan. SRM mampu menghasilkan torsi dengan cara merubah posisi kutub rotor terhadap kutub stator pada saat kumparan pada stator diberi sumber tegangan sesuai dengan urutan yang benar. Penggunaan SRM semakin meningkat dipicu juga oleh permasalahan energi secara umum, terutama pada abad 21. Ketergantungan kepada energi fosil perlu diantisipasi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif atau energi yang dapat diperbaharui (renewable energy). SRM dapat difungsikan sebagai generator reluktansi atau SRG (switched reluctance generator ) untuk menghasilkan energi listrik dari energi yang terbarukan, misalnya dari energi angin. SRM terdiri dari empat komponen, yaitu pengubah daya (power converter), pengendali elektronik (control electronic), sensor posisi rotor (rotor position sensor), serta pengubah elektrik mekanik (electromechanic converter) [4]. SRM sudah menjadi sebuah pilihan yang kompetitif untuk berbagai penerapan dalam sistem penggerak mesin listrik, disebabkan beberapa kelebihan yang dimilikinya, misalnya : kehandalan yang tinggi, mudah perawatannya, serta mempunyai kinerja yang baik. Karakteristik penting yang harus difahami pada SRM bahwa torsi yang dihasilkan dipengaruhi oleh adanya parameter: fluks gandeng, induktansi, serta posisi rotor [2]. Besarnya induktansi pada SRM tergantung kepada posisi rotor dan besarnya arus yang mengalir melalui kumparan statornya [3]. Perkembangan elektronika daya (power electronic) yang semakin pesat menyebabkan penggunaan SRM semakin meningkat pula di berbagai bidang, misalnya untuk keperluan domestik atau peralatan rumah tangga [5], sistem daya dan pompa bahan bakar pesawat terbang, aplikasi turbin angin [6], sebagai starter/generator dari kendaraan listrik hibrid atau HEV (hybrid electric vehicle) [7]. Kinerja SRM yang optimal tidak mudah dicapai, karena harus melibatkan atau mengakomodasi sejumlah besar dari sistem yang 1

non linier pada SRM [8]. Penelitian tentang kinerja SRM menjadi topik yang sangat menarik selaras dengan perkembangan elektronika daya. Penelitian ini telah berlangsung sampai lebih dari dua dekade bahkan sampai sekarang [9]. Menurut [10], hampir semua penelitian yang dilakukan pada SRM berusaha untuk mendapatkan solusi mengenai masalah umum pada SRM, yaitu : torsi ripel, acustic, sensorless control, dan optimized control dengan biaya yang rendah. Salah satu dari empat komponen penting dalam SRM adalah sensor posisi rotor. Sensor posisi rotor akan memberikan informasi mengenai kedudukan sudut rotor terhadap stator untuk dapat menghasilkan torsi reluktansi. SRM akan menghasilkan torsi apabila terjadinya eksitasi pada kumparan fasa stator sinkron dengan posisi rotor. Komponen yang biasa digunakan untuk mendeteksi keberadaan posisi rotor secara langsung pada SRM diantaranya : encoder, resolver, atau hall shaft position sensor [11], meskipun mempunyai kelemahan. Kelemahan yang muncul misalnya bertambahnya biaya total, memerlukan tempat tertentu untuk menempatkan sensornya, serta kurang handalnya sistem [12]. Berdasarkan kelemahan tersebut, sampai sekarang sedang dikembangkan penelitian untuk menghilangkan atau menggantikan sensor posisi rotor secara langsung, tersebut menjadi sensor secara tidak langsung, yang sering disebut sensorless control method (metode pengendalian tanpa sensor). Metode ini akan berpengaruh terhadap biaya dan kinerja SRM, misalnya dalam pemilihan jenis pengubah daya (power converter) serta topologi stator dan rotornya. SRM akan menghasilkan kinerja yang lebih baik, apabila pemberian arus pulsa pada pengubah daya dilakukan secara cepat dan akurat. Penelitian tentang jenis pengubah daya pada SRM telah banyak dilakukan, baik melalui simulasi atau software atau modul tunggal (single modul) yang tersedia di pasaran. Penelitan tentang jenis pengubah daya SRM yang telah disimulasikan dengan simulink, misalnya : AHBC (asymmetric half bridge converter) [13], [14], [15], [16], [17]. Jenis pengubah daya SRM juga telah disimulasikan dengan P-Spice, misalnya : various converter [2], bifilar converter [4], c-dump converter [18], split dc supply converter [19]. Perkembangan software atau paket simulasi lain yang dirancang terutama untuk elektronika daya dan rangkaian kendali, adalah PSIM. Rangkaian pengubah daya yang biasa digunakan pada SRM perlu dibuktikan melalui simulasi PSIM. Kegiatan mensimulasikan suatu rangkaian pengubah daya SRM menggunakan PSIM merupakan suatu topik yang menarik, oleh karenanya akan diangkat sebagai penelitian. Masalah yang diangkat dalam penelitian akan difokuskan pada analisis rangkaian pengubah daya AHBC dengan PSIM untuk menggerakkan SRM 3 fasa, tanpa sensor posisi rotor, tetapi menggunakan sensor putaran motor. Menurut [2], [6], [20], [21], [22], [23], rangkaian AHBC merupakan jenis pengubah daya yang paling umum dan banyak di industri, karena kehandalannya. Topologi 6/4 SRM 3 fasa dipilih, karena mempunyai daerah torsi efektif yang sama [24], serta lebih menguntungkan dari sisi torsi ripel, getaran, serta acoustic noise [25]. Pertimbangan lainnya adalah topologi ini sudah tersedia 2

dalam software PSIM. Rangkaian pengubah daya AHBC terdiri dari dua saklar IGBT (insulated gate bipolar transisitor) dan dua dioda flywhell untuk setiap fasanya. Topologi 6/4 SRM 3 fasa, akan membutuhkan enam saklar IGBT dan enam dioda flywhell. Teknik penyaklaran (switching) yang dapat terapkan untuk menghidupkan saklar IGBT pada rangkaian pengubah daya AHBC, dibedakan menjadi dua, yaitu : soft switching dan hard switching. Teknik soft switching adalah kondisi dimana kerja kedua IGBT saat on dan off dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan, sedangkan teknik hard switching adalah kondisi dimana kedua IGBT saat on dan off dibuat dalam waktu yang bersamaan. Teknik soft switching menghasilkan arus ripel dan acoustic noise yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik hard switching [26]. Penelitian ini akan membuktikan penerapan teknik penyaklaran baik soft switching maupun hard switching pada rangkaian AHBC SRM 3 fasa menggunakan PSIM berdasarkan parameter SRM 3 fasa sebenarnya. Hasil simulasi PSIM akan dibandingkan dengan data jurnal, khususnya pada empat besaran listrik, yaitu : putaran (n), torsi (T), tegangan (V m ) dan arus yang masuk ke motor (I m ). Penelitian ini juga akan mensimulasikan besarnya rugi-rugi semikonduktor pada IGBT dan dioda dalam pengubah daya AHBC menggunakan thermal module. Nilai sudut on ( - on ) tetap dan sudut pulsa ( - p ) yang bervariasi akan diumpankan ke rangkaian kendali (controller) untuk memicu IGBT pada rangkaian pengubah daya AHBC sehingga menghasilkan putaran dan torsi. Mengacu kepada penjelasan diatas, masalah pokok yang akan disimulasikan dengan PSIM adalah tegangan, arus, putaran, dan torsi serta rugi-rugi semikonduktor pada IGBT dan dioda dalam pengubah daya AHBC berdasarkan nilai sudut on tetap dan sudut pulsa yang divariasi. Nilai sudut pulsa yang bervariasi tersebut akan menghasilkan data yang bervariasi pula, diantaranya tegangan dan arus motor. Data tegangan dan arus motor tersebut akan digunakan untuk menghitung induktansi dan fluks gandeng berdasarkan frekuensi dasar penyaklaran. 1.2 Perumusan masalah Parameter SRM 3 fasa yang akan disimulasikan dengan PSIM bersumber dari jurnal internasional [27], selanjutnya dimasukkan ke parameter SRM 3 fasa versi PSIM. Kedua teknik penyaklaran, baik soft switching maupun hard switching akan disimulasikan melalui kegiatan trial and error, yaitu perlakuan (treatment) dengan cara menetapkan sudut on dan memvariasi nilai sudut pulsa. Nilai sudut on tetap dan sudut pulsa akan diubah-ubah untuk mendapatkan nilai putaran dan torsi dari yang terrendah sampai tertinggi. Hasil simulasi PSIM akan dibandingkan dengan data jurnal, yaitu putaran : 1000 rpm, torsi : 1 Nm, dan arus motor : 3 A, tegangan sumber 220 V serta hasil simulasi dalam jurnal tersebut (simulink). Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : 3

a. Bagaimanakah kinerja rangkaian pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM jika kondisi kedua sudut pulsanya sama? b. Bagaimanakah kinerja rangkaian pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM jika kondisi kedua sudut pulsanya berbeda? c. Bagaimanakah perbandingan kinerja pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM antara kondisi kedua sudut pulsa sama dengan kondisi kedua sudut pulsa berbeda? 1.3 Keaslian penelitian Pemodelan pengubah daya SRM telah dilakukan dengan beberapa software. Ada 8 (delapan) jenis pengubah daya, yaitu asymmetric bridge converter, resonant converter, two stage power converter, variable dc link converter, c dump converter, split dc supply converter, bifilar winding converter, serta r-dump converter) telah disimulasikan menggunakan PSPICE [2]. Analisis pengubah daya bifilar winding converter pada SRM 3 fasa dilakukan dengan PSPICE [4]. Simulasi dari SRM 3 fasa juga telah dilakukan dengan Matlab/Simulink dari model linier sampai non linier dengan pengubah daya AHBC [13]. Simulasi dalam rangka menghasilkan pengendalian yang optimal dari SRM 3 fasa dengan pengubah daya AHBC telah dilakukan menggunakan Matlab/Simulink [14]. Simulasi untuk memperoleh torsi yang optimal dari SRM telah dilakukan menggunakan FEM (finite elemen machine), FLC (fuzzy logic control), serta Matlab/Simulink [15]. Desain dan simulasi dari PI controlled dengan pengubah daya soft switched boost converter telah dilakukan menggunakan Matlab/Simulink [16]. Simulasi mnggunakan Matlab/Simulink juga telah dilakukan untuk pengubah daya soft switched front end converter [17]. Analisis tentang rangkaian pengubah daya c-dump converter pada SRM telah dilakukan pula menggunakan PSPICE [18]. Simulasi menggunakan PSPICE juga telah dilakukan untuk rangkaian split dc supply converter [19]. Menurut [28], matlab adalah software komputasi numerik untuk teknik dan perhitungan khusus, yang biasa digunakan untuk rangkaian teori, perencanaan filter, proses secara acak, sistem kontrol, teori komunikasi serta dapat menggambarkan tanggapan frekuensi dari prinsip dan konsep semikonduktor. PSPICE adalah adalah singkatan dari simulation program with integarted circuit emphasis, suatu program yang difungsikan untuk mensimulasikan rangkaian listrik dan elektronik (logika digital dan analog) terutama dikhususkan dalam perancangan rangkaian terintegrasi (integrated circuit). Perkembangan software atau paket simulasi yang lain yang telah dirancang terutama untuk elektronika daya dan rangkaian kendali, bernama PSIM. PSIM merupakan software simulasi terutama dirancang khusus untuk elektronika daya dan penggerak motor, misalnya : power suplai, pengubah daya, sistem kendali digital dan analog, magnetik, rugi-rugi pada komponen semikonduktor, serta konversi daya [28]. Rangkaian pengubah daya pada SRM sebenarnya dapat disimulasikan dengan PSIM. Penelitian tentang penerapan teknik penyaklaran (switching) baik soft maupun hard pada rangkaian AHBC SRM 3 fasa menggunakan PSIM 4

dengan mengacu kepada parameter SRM yang sebenarnya, sangat penting untuk dilakukan, hal ini disebabkan PSIM mempunyai kelebihan, diantaranya adalah kemampuan simulasi interaktif, yaitu mudah melakukan perubahan nilai parameter serta hasil perubahan tegangan arusnya dapat disimulasikan secara cepat. Kelebihan lainnya adalah adanya fasilitas thermal module untuk menghitung rugi-rugi dalam semikonduktor (rugi rugi konduksi dan penyaklaran) berdasarkan informasi dari data sheet perusahaan [29]. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tentang analisis pengubah daya AHBC pada SRM menggunakan PSIM adalah : a. Menjelaskan kinerja rangkaian pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM jika kondisi kedua sudut pulsa dibuat sama, dengan cakupan : putaran, torsi, tegangan, arus, rugi-rugi semikonduktor pada IGBT dan dioda, serta induktansi dan fluks gandeng. b. Menjelaskan kinerja rangkaian pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM jika kondisi kedua sudut pulsa dibuat berbeda, dengan cakupan : putaran, torsi, tegangan, arus, rugi-rugi semikonduktor pada IGBT dan dioda, serta induktansi dan fluks gandeng. c. Menjelaskan perbandingan kinerja pengubah daya AHBC SRM 3 fasa yang disimulasikan dengan PSIM antara kondisi kedua sudut pulsa sama dengan kondisi kedua sudut pulsa berbeda. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengetahuan bagi para pembaca yang berminat mengetahui konstruksi, cara kerja serta cara pengendalian pada SRM 3 fasa. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data awal bagi para pembaca yang berminat mengadakan penelitian tentang berbagai macam rangkaian pengubah daya pada SRM dengan menggunakan PSIM. 5