Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

DESAIN INTI TERAS REAKTOR (CORE) X-Y DUA DIMENSI MODEL REAKTOR PWR UNTUK REAKTOR SCWR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR THORIUM. (Skripsi)

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

DESAIN REAKTOR AIR SUPERKRITIS (SUPERCRITICAL WATER REACTOR) MODEL TERAS SILINDER (r,z) MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM THORIUM.

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

PERHITUNGAN PEMBAKARAN LENGKAP (BURN-UP) REAKTOR AIR SUPERKRITIS BAHAN BAKAR THORIUM MODEL PERANGKAT (ASSEMBLY) HEKSAGONAL MENGGUNAKAN SRAC.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

ANALISIS PRODUKSI RADIOISOTOP 99 MO PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR 6 HARI BURN-UP DENGAN METODE KOMPUTASI

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

PENGEMBANGAN SISTEM ANALISIS KETIDAKPASTIAN PROBABILISTIK DARI DATA NUKLIR UNTUK SIMULASI DAN ANALISIS NEUTRONIK

Analisis Perhitungan Benchmark Keselamatan Kritikalitas Larutan Uranil Nitrat di Teras Slab 280T STACY

PEMODELAN REAKTOR JENIS HIGH TEMPERATURE REACTOR (HTR)-10 MENGGUNAKAN CODE MVP

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

RANCANGAN NEUTRONIK REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb DAYA 200 MW(T)

Pengaruh Ketinggian Larutan Bahan Bakar pada Kekritisan Aqueous Homogeneous Reactor

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

Transkripsi:

Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 1-6 1 Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell Rina Utami *) dan Yanti Yulianti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung *) Email: rinautami39@ymail.com ABSTRACT The research of desain of super critical water reactor (SCWR) thorium fuel has been done. The objective of this research is to obtain the design with high thermal power and inherent safety features. The analyzed parameters were: core fuel enrichment, reactor size, criticality, and power density distribution. A core calculation of x, y, z was achieved by CITATION code. Fuel composition and core configurations in critical condition were calculated by variation of fuel enrichment, reactor size and configuration of the fuel in the core. SCWR used thorium as fuel, stainless steel as cladding, light water as moderator and coolant as well. This research obtained critical core design that is size x = 85 cm, y = 85 cm and z = 180 cm. The critical condition can be achieved when the inner fuel loaded about 2.23% fuel enrichment and outer fuel 1.5% fuel encrichmant. The design produced 1000 MW thermal power, the maximum power density is 625.675 Watts /cc and k-effective value is 1.000274. The reactor core in this research fulfills the inherent safety standard in term of neutronic aspect. Keywords : Core design, SCWR, thorium, power density, passive safety PENDAHULUAN Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Energi nuklir adalah satu alternatif sumber energi yang layak dikembangkan. Uranium merupakan bahan bakar utama untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Konsep dasar dari sebuah reaktor adalah reaksi fisi dari sebuah material misalnya Uranium-235. Ketika sebuah inti ditembakkan oleh sebuah neutron, dengan persentase tertentu inti akan mengalami pembelahan (fisi) (Zweifel, 1973). Secara umum perubahan jumlah neutron akibat reaksi fisi dapat dirumuskan k-efektif atau sering disebut dengan faktor multiplikasi. Faktor multiplikasi menggambarkan tingkat kestabilan reaksi fisi di dalam teras reaktor, dimana keadaan stabil (kritis) dicapai jika nilai k- efektif = 1 (Pramuditya dan Waris, 2005). Selain Uranium bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah Thorium. Bahan bakar Thorium semakin menarik perhatian karena lebih aman dan lebih murah (Kidd, 2009). Bahan bakar Thorium telah dikaji sebagai alternatif bahan bakar nuklir pada reaktor jenis PWR dan CANDU untuk menghemat sumber daya uranium dan menyediakan sumber energi yang mandiri (Jeong, et al, 2008). Bahan bakar Thorium juga dapat dioperasikan dengan aman pada reaktor jenis BWR (Carrera, et al, 2007). Selain itu jenis reaktor yang dikenal menggunakan bahan bakar Thorium adalah Reaktor Garam Cair (Molten Salt Reactors/MSR) (Weinberg, 1997). Reaktor air superkritis (SCWR) merupakan reaktor termal yang dipromosikan sebagai reaktor masa depan generasi IV (Buongiorno, 2003). Desain dari perakitan bahan bakar adalah hal yang penting dalam penelitian dan pengembangan SCWR (Koning dan Rochman, 2008). PLTN harus memenuhi standar keamanan pasif (Sembiring, 2010). Dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana komposisi bahan bakar, ukuran dan konfigurasi teras reaktor pada jenis SCWR untuk menghasilkan energi yang maksimal dan memenuhi standar keamanan pasif. bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thorium dengan pengayaan tertentu. METODE Desain teras reaktor dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu penghitungan densitas atom (Atomic density), menentukan ukuran dan konfigurasi reaktor, kemudian melakukan penghitungan dengan CITATION pada program SRAC. Penghitungan densitas atom dilakukan pada pengayaan bahan bakar yang bervariasi jumlahnya. Pada masing-masing pengayaan Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/jid

2 Desain Reaktor Air Superkritis (Utami dan Yulianti) bahan bakar dapat diketahui nilai k-efektif yang menunjukkan kekritisian reaktor. Penghitungan densitas atom digunakan sebagai input pada CITATION. Densitas atom dihitung dengan persamaan berikut (Zweifel, 1973). N n L Z v 0 v v (1) M v Dengan: N v = densitas atom n v = densitas massa (gram/cm 3 ) L o = bilangan avogadro (0,602x10 24 molekul/mol) Z v = nomor atom = nomor massa (gram/mol) M v Ukuran teras reaktor dihitung secara tiga dimensi yaitu panjang (x), lebar (y) dan tinggi (z). Untuk mendapatkan model reaktor yang ideal dilakukan dengan menentukan ukuran teras kemudian mengubah-ubah konfigurasi bahan bakar pada teras reaktor. Hasil penghitungan yang dilakukan sebelumnya akan menjadi input pada CITATION. Penghitrungan pada CITATION menghasilkan output yang akan menunjukkan apakah model reaktor yang dibuat berada dalam keadaan kritis, menghasilkan energi yang maksimal dan memenuhi standar keamanan (passive safety). Output yang akan dianalisis sebagai standar adalah faktor multiplikasi (k-efektif) dan distribusi rapat daya. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Bahan Bakar Bahan bakar Thorium tidak bersifat fisil, oleh karena itu mebutuhkan komponen penggerak untuk memicu terjadinya reaksi fisi (Kidd, 2009). Pada penelitian ini digunakan Uranium- 233 sebagai komponen penggerak yang bersifat fisil. Karakteristik bahan bakar SCWR pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Komposisi bahan bakar untuk inner fuel dengan pengayaan 1-5% sedangkan untuk outer fuel dengan pengayaan 1,5 %. Pengayaan bakar ini dilakukan agar reaksi fisi terjadi di dalam reaktor (Info Nuklir 2012). Terjadinya reaksi fisi ditunjukkan oleh faktor multipliikasi (k-efektif). Harga k-efektif digunakan sebagai parameter suatu teras reaktor apakah dalam keadaan subkritis, kritis atau superkritis (Zweifel, 1973). Tabel 1. Karakteristik bahan bakar SCWR Bahan bakar Material Temperatur Massa Jenis Pengayaan Kelongsong (Cladding) Material Temperatur Massa jenis Moderator Material Temperatur Massa jenis Th-232, U-233 927 0 C 10,5 gr/cm 3 (Shan, et al, 2010) Inner (1-5%) Outer (1,5%) Stainless Stell 304 600 0 C 8 gr/cm 3 (Engineering Toolbox, 2012) Air ringan (H 2 O) 385 0 C 0,78 gr/cm 3 (Csom, et al, 2012) Pengayaan bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini beserta dengan harga K- efektif yang dihasilkan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengayaan bahan bakar U-233 (%) k-efektif 1 0,7062315 1,5 0,8456474 2 0,9859488 2,5 1,096579 3 1,185483 3,5 1,258296 4 1,319047 4,5 1,370452 5 1,414522 Gambar 1 menunjukkan grafik peningkatan persentase pengayaan bahan bakar terhadap k- efektif. Gambar 1. Pengaruh pengayaan bahan bakar terhadap k-efektif Sebuah reaktor berada dalam keadaan kritis jika harga k-efektif sama dengan satu (k=1) (Zweifel, 1973). Pada Gambar 1 terlihat bahwa harga k-efektif yang paling mendekati 1,000 adalah pada komposisi bahan bakar Uranium-

Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 1-6 3 233 dengan pengayaan sebanyak 2,1% untuk posisi inner fuel dan 1,5 % untuk posisi outer fuel. Hal ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut jumlah neutron yang lahir seimbang dengan jumlah neutron yang hilang dan reaksi fisi yang terjadi di dalam reaktor telah terkendali. Semakin tinggi pengayaan bahan bakar semakin tinggi pula harga k-efektif karena penampang lintang (cross section) semakin besar sehingga kemungkinan (probabilitas) terjadinya reaksi atau interaksi nuklir semakin besar pula sehingga jumlah neutron semakin meningkat. Ukuran Teras Reaktor Ukuran tinggi teras reaktor (z) pada penelitian ini divariasikan ukurannya yaitu mulai dari 100-200 cm sedangkan ukuran panjang dan lebarnya (x dan y) tidak berubah yaitu 85 cm. Hal ini digunakan untuk melihat kecenderungan harga k-efektif terhadap ukuran tinggi teras reaktor. Tabel 3 menunjukkan ukuran tinggi teras reaktor dan harga k-efektif yang diperoleh. Pada Tabel 3 terlihat pengaruh ukuran tinggi teras reaktor terhadap k-efektif. Semakin tinggi ukurang teras reaktor semakin tinggi pula harga k-efektif. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah reaksi fisi yang terjadi di dalam teras reaktor semakin meningkat. Tabel 3. Tinggi teras reaktor dan k-efektif Tinggi (cm) k-efektif 100 1,04647 110 1,049571 120 1,051829 130 1,053562 140 1,054898 150 1,055937 160 1,056793 170 1,057529 180 1,058095 190 1,058575 200 1,058974 Pengaruh tinggi teras reaktor terhadap harga k-efektif yang diperoleh seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Ukuran teras reaktor yang semakin besar menyebabkan ruang gerak bagi inti untuk bereaksi fisi semakin luas sehingga reaksi fisi yang terjadi semakin meningkat dan menghasilkan neutron dengan jumlah yang lebih banyak. Gambar 2. Pengaruh tinggi teras terhadap k- efektif Konfigurasi Teras Reaktor Teras reaktor terdiri dari bahan bakar, moderator dan reflektor dengan konfigurasi tertentu. Pada penelitian ini penghitungan k- efektif dilakukan untuk mengetahui karakteristik neutron di dalam teras reaktor sehingga teras reaktor dapat beroperasi dengan aman yaitu dengan nilai k-efektif sama dengan satu (k=1) yang berarti bahwa reaktor berada dalam keadaan kritis. Karakteristik dari teras reaktor yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik teras SCWR Daya termal 1000 (MWth) Tinggi teras 180 cm Radius teras 85 cm Jumlah mesh 17 x 17 x 36 Pendingin Air ringan (H 2 O) Suhu pendingin 385 0 C Tekanan sistem 25 MPa Karakteristik teras SCWR pada tabel di atas digunakan sebagai input penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan salah satu dari kode dasar pada SRAC yaitu CITATION yang merupakan penghitungan secara tiga dimensi (x, y, z). Perhitungan dilakukan pada ¼ bagian teras dengan jumlah mesh 17 x 17 x 36 dan berbentuknya simetris. Bentuk mesh adalah bujur sangkar (square) dengan ukuran 5 cm pada semua arah. Desain konfigurasi teras reaktor diatur sedemikian rupa dengan ukuran tertentu dan bahan bakar dengan pengayaan tertentu sehingga diperoleh bentuk teras reaktor yang mampu mencapai keadaan kritis, memenuhi Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/jid

4 Desain Reaktor Air Superkritis (Utami dan Yulianti) kriteria keselamatan dan menghasilkan daya termal yang maksimal. Gambar 3 menunjukkan konfigurasi teras reaktor pada tinggi 20 160 cm dan Gambar 4 menunjukkan konfigurasi untuk teras reaktor pada tinggi 0-20 cm yang diperoleh pada penelitian ini. Konfigurasi teras reaktor disusun berdasarkan karakteristik seperti yang telah ditampilkan pada Tabel 4. Gambar 3. Konfigurasi teras reaktor pada 20 z 180 ditunjukkan dengan harga k-efektif sebesar 1,000274. Selain kriteria keselamatan yang ditunjukkan dengan harga k-efektif, hal lain yang juga harus diperhatikan yaitu besarnya rapat daya (power density). Rapat daya reaktor yaitu besarnya daya yang dihasilkan per satuan volume (Alfa, 2005). Berdasarkan penghitungan dengan CITATION diperoleh nilai rapat daya maksimal sebesar 625, 675 Watt/cc yang terletak pada titik x = 17, y = 1 dan z = 36. Batas aman tertinggi rapat daya maksimum adalah sebesar 660 Watt/cc ( Deuderstadt, et al, 1976). Penghitungan rapat daya pada CITATION menunjukkan bahwa rapat daya rata-rata pada sumbu-x (row) 17 adalah sebesar 388,9612 Watt/cc. Besarnya rapat daya relatif pada sumbu x ditampilkan pada Tabel 5, tampak pada Tabel 5 bahwa nilai rapat daya relatif semakin menurun pada sumbu x yang semakin mengarah keluar yaitu bagian moderator dan blackness. Hal ini disebabkan oleh karena pada bagian moderator dan blackness tidak terjadi reaksi fisi. Tabel 5. Rapat daya relatif pada sumbu x Gambar 4. Konfigurasi teras reaktor pada 0 z 20 Keterangan : 1 Inner fuel 2 Outer fuel 3 Moderator 4 Blackness Setelah dilakukan penghitungan dengan CITATION, teras reaktor dengan konfigurasi tersebut mengalami keadaan kritis ketika diberi bahan bakar dengan pengayaan sebanyak 2,23% untuk inner fuel dan 1,5% untuk outer fuel, dan ukuran tinggi teras 180 cm x Rapat daya relatif (Watt/cc) 1 1,60858 2 1,586014 3 1,541542 4 1,476482 5 1,392812 6 1,293133 7 1,180599 8 1,058714 9 0,9309828 10 0,8004858 11 0,6696983 12 0,5406704 13 0,4158401 14 0,3006878 15 0,2037596 16 0 17 0 Besarnya nilai rapat daya relatif pada sumbu-x dalam bentuk grafik ditampilkan pada Gambar 5.

Jurnal ILMU DASAR, Vol.14 No. 1, Januari 2013: 1-6 5 Gambar 6. Rapat daya relatif pada sumbu-y Gambar 5. Rapat daya relatif pada sumbu-x Penghitungan rapat daya pada CITATION menunjukkan bahwa rapat daya rata-rata pada sumbu-y (column) 1 adalah sebesar 3919,593 Watt/cc. Besarnya rapat daya relatif pada sumbu y ditampilkan pada Tabel 6, tampak pada Tabel 6 bahwa nilai rapat daya relatif semakin meningkat pada sumbu y yang semakin mengarah ke dalam yaitu pada bagian bahan bakar. Hal ini disebabkan oleh karena pada bagian bahan bakar merupakan tempat terjadinya reaksi fisi. y Tabel 6. Rapat daya relatif pada sumbu y Rapat daya relatif (Watt/cc) 1 0 2 0 3 0,149294 4 0,2245581 5 0,4248939 6 0,5576671 7 0,6936099 8 0,8279487 9 0,9583818 10 1,082774 11 1,198903 12 1,304445 13 1,397034 14 1,474376 15 1,534404 16 1,575433 17 1,596276 Besarnya nilai rapat daya pada sumbu-y dalam bentuk grafik ditampilkan pada Gambar 6. Penghitungan rapat daya pada CITATION menunjukkan bahwa rapat daya rata-rata pada sumbu-z (line) 36 adalah sebesar 417,599 Watt/cc. Besarnya rapat daya relatif pada sumbu z ditampilkan pada Tabel 7, tampak pada Tabel 7 bahwa nilai rapat daya relatif semakin meningkat pada sumbu z yang semakin mengarah ke bagian bahan bakar. Hal ini disebabkan oleh karena pada bagian tersebut merupakan tempat terjadinya reaksi fisi pada bahan bakar. z Tabel 7. Rapat daya relatif pada sumbu z Rapat daya (Watt/cc) z Rapat daya (Watt/cc) 1 0 19 1,02653 2 0 20 1,076479 3 0 21 1,124041 4 0 22 1,169119 5 0,1525727 23 1,211619 6 0,2151488 24 1,251456 7 0,2839175 25 1,28855 8 0,3528588 26 1,322823 9 0,4210882 27 1,354207 10 0,4883605 28 1,382638 11 0,5545129 29 1,408061 12 0,6193962 30 1,430423 13 0,6828659 31 1,44968 14 0,7447822 32 1,465794 15 0,8050106 33 1,478733 16 0,8634214 34 1,48847 17 0,9198901 35 1,494985 18 0,9742979 36 1,498268 Besarnya nilai rapat daya relatif pada sumbu-z dalam bentuk grafik ditampilkan pada Gambar 7. Journal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/jid

6 Desain Reaktor Air Superkritis (Utami dan Yulianti) sangat penting untuk mengetahui proses perpindahan energi termal yang berasal dari reaksi fisi di dalam teras reaktor sampai menjadi energi listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin uap. DAFTAR PUSTAKA Gambar 7. Rapat daya relatif pada sumbu-z Desain reaktor SCWR pada penelitian ini setelah dianalisis dengan menggunakan CITATION menghasilkan harga k-efektif sebesar 1,000274. Hal ini menunjukkan bahwa reaktor berada dalam keadaan kritis. Teras reaktor dengan konfigurasi yang telah dijelaskan sebelumnya berada dalam keadaan kritis pada penggunaan bahan bakar yang diperkaya 2,23% untuk posisi inner fuel dan 1,5% untuk posisi outer fuel. Rapat daya maksimum yang diperoleh pada desain teras reaktor yang telah dibuat adalah sebesar 625, 675 Watt/cc. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian, analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Teras reaktor dengan bahan bakar Thorium berada dalam keadaan kritis dengan nilai k-efektif 1,000274. Keadaan kritis teras dicapai pada konfigurasi teras reaktor dengan ukuran lebar (x) 85 cm, panjang (y) 85 cm dan tinggi (z) 180 cm jari 85 cm, pengayaan bahan bakar sebanyak 2,23 % untuk posisi inner fuel dan 1,5 % untuk posisi outer fuel. Teras reaktor pada penelitian ini dapat menghasilkan daya termal sebesar 1000 MWth, rapat daya maksimal sebesar 625,675 Watt/cc yang terletak pada posisi x = 17, y = 1 dan z = 36 dengan rapat daya rata-rata pada x = 17 sebesar 388,961 Watt/cc, y = 1 sebesar 391,959 Watt/cc dan pada z = 36 sebesar 417,5990 Watt/cc. Desain reaktor pada penelitian ini memenuhi standar keamanan pasif ditinjau dari aspek neutroniknya. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis termal hidrolik. Analisis termal hidrolik ini juga Alfa, Teuku. 2005. Fisika Reaktor- Pelatihan penyelenggaraan Operator dan Supervisor Reaktor TRIGA 2000. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN. Bandung Buongiorno, J. 2003. Generation IV R&D Activities For The Development Of The SCWR. Progress Report for The FY-03 Idaho National Engineering and Environmental Laboratory. USA Carrera, Alejandro nunez, Gilberto Epinosa P, Juan Luis F. 2007. Transient and Stability Analysis of a BWR Core with Thorium-Uranium Fuel. Journal of Annals of Nuclear Energy. Volume 35 page 1550-1563. Deuderstadt, James J, Louis J. Hamilton. 1976. Nuclear Reactor Analysis. John Wiley and Sons, Inc. New York. Info Nuklir. 2010. Program Energi Nuklir di Indonesia. (online) Tersedia: http://infonuklir.com/readmore/read/nuklir_diindone sia/program_pltn_indonesia/ diakses pada 27 Oktober 2012 Jeong, Chang Joon, Chang Je Park, Won II Ko. 2008. Dynamic Analysis of a Thorium fuel Cycle in CANDU Reactors. Journal of Annals of nuclear Energy. Volume 35 page 1824-1848 Kidd. Stephen W. 2009. Nuclear Fuel Resources. CRC Press. New York. Koning, A.J, D. Rochman. 2008. Towars Sustainable Nuclear Energy: Putting Nuclear Physics to Work. Journal of Annals of Nuclear Energy. Volume 35 page 2024-2030 Pramuditya, Syailendra, Abdul Waris. 2005. Analisis Neutronik, Termal-Hidrolik, dan Termodinamik Pada Perancangan Pressurized Water Reactor. (online) Tersedia: http://www.scribd.com/doc /25692769/61/Gambar-4-6-Profil-Power- Density-Aksial. diakses pada 7 Februari 2012 Sembiring, Tagor M. 2011. Analisis Model Teras 3- Dimensi untuk Evaluasi Parameter Kritikalitas Reaktor PWR Maju Kelas 1000 MW. Jurnal Teknologi Nuklir. Volume 13 page 78-95 Weinberg, A. 1997. The Proto-history of The molten Salt System. Journal of Acceleration Plasma Res. Volume 2 page 23-26 Zweifel, P.F. 1973. Reactor Physics. McGraw-Hill. USA