Pengaruh Senam Ergonomis pada Penderita DM Tipe 2 terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa 2 Jam Postprandial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

EFFECT OF USE OF DIET DIARY TO BLOOD GLUCOSE LEVEL OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 AT BERBAH HEALTH CENTER DISTRICT OF SLEMAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH NORMAL PADA MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

Kata Kunci: Senam Diabetes Mellitus, Kadar Gula darah, Kayumas

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ENEMAWIRA

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

The Effect of Aerobic Exercise to Fast Blood Glucose Level in Aerobic Participants at Sonia Fitness Center

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DM TIPE 2 DI RSU UNIT SWADANA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

DISERTASI PENGARUH PENGENDALIAN HIPERGLIKEMIA AKUT POSTPRANDIAL DENGAN ACARBOSE TERHADAP FAKTOR RISIKO ATEROGENESIS PADA DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN Pengaruh Senam Ergonomis pada Penderita DM Tipe 2 terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa 2 Jam Postprandial The Influence of Ergonomic Gymnastics in the DM Type 2 Patients to the Fasting Blood Glucose Level and the 2 Hours Postprandial Glucose Level Abstrak Gusti Zidni Fahmi 1, Agus Widiyatmoko 2* 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Uiversitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: aguswidi@gmail.com Pemantauan status metabolik penderita Diabetes Melitus (DM) merupakan hal yang penting dan sebagai bagian dari pengelolaan diabetes melitus. Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dari keempat penatalaksanaan pada penderita DM. Salah satu bentuk latihan jasmani adalah senam ergonomis. Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes kadar glukosa plasma puasa dan respons glukosa plasma terhadap pemberian glukosa (postprandial). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah, khususnya glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial pada penderita DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode cohort eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized Control Group Pre test-post test Design. Subyek penelitian adalah penderita DM tipe 2 yang berada di wilayah Tamantirto baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil secara acak atau random yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian diuji dengan uji paired t test,uji t test independent dan uji Chi Square dengan bantuan program computer SPSS versi 15.0. Hasil penelitian didapatkan p>0,005, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi senam ergonomis dengan kelo Kata kunci: Diabetes Melitus tipe 2, senam ergonomis, kadar glukosa darah, postprandial Abstract The monitoring of metabolic status in Diabetes Melitus (DM) patients is the important thing and it becomes part of DM management. The exercise is one of the four pillars of DM management. One of the exercises is ergonomic gymnastics. Someone s ability in control the plasma blood glucose level to remain in the normal limits could be determined with plasma blood glucose test and the response of plasma glucose to glucose load (Postprandial). This research is to know the influence of ergonomic gymnastics to the blood glucose level; especially fasting blood glucose and postprandial blood glucose in DM type 2 patients. This research is using cohort experimental method with randomized control group pre test-post test design. The subject of this research is the patients of DM type 2 in Tamantirto both man and woman. The number of sample is 30 respondents that were taken randomly and it is fulfill the criteria determined by the researcher. The result of this research is tested with paired t test, independent t test and Chi Square with SPSS computer program version 15.0. The result of this research is obtained p>0,005. It means there s no significant difference between the intervention groups of ergonomic gymnastics and control group to the decrease of fasting blood glucose level and postprandial blood glucose. Key words: Diabetes Melitus type 2, ergonomic gymnastics, level of blood glucose, postprandial 132

Mutiara Medika Vol. 13 No. 2: 132-136, Mei 2013 PENDAHULUAN Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan. 1 Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena adanya defisiensi insulin yang absolut, gangguan pelepasan insulin oleh sel beta pankreas dan tidak adekuatnya reseptor insulin. 2 Pada tahun 2000 World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah pasien di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 3 Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi pada penderita DM menyebabkan pengaturan kadar glukosa darah menjadi terganggu, sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah dengan tes Glukosa Darah Puasa (GDP) dan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa (postprandial). 4 Terdapat empat pilar utama dalam pengelolaan DM, yaitu: edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. 5 Latihan jasmani merupakan penatalaksana-an diabetes yang dianjurkan terutama bagi penyandang DM tipe 2. 6 Salah satu bentuk latih-an jasmani adalah senam ergonomis. 7 Senam ergonomis adalah senam fundamental yang ge-rakannya sesuai dengan susunan dan fungsi fisiologi tubuh. Senam ergonomis ini diilhami oleh gerakan sholat yang dijadikan dasar dalam ge-rakan senam. 8 Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor terhadap insulin (Resistensi Insulin). Karena adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin (insulin-like effect). Pada saat melakukan latihan jasmani resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan insulin pada DM tipe 2 akan berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan latihan jasmani, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu latihan jasmani harus dilakukan terus menerus dan teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap kadar glukosa darah, khususnya glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial pada penderita DM tipe 2. BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan metode cohort eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized Control Group Pre test-post test Design. Subyek penelitian adalah penderita DM tipe 2 yang berada di wilayah Tamantirto baik laki-laki maupun perempuan. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu penderita DM tipe 2 yang melakukan pengobatan rutin di puskesmas Kasihan 1 Bantul dan bersedia mengikuti penelitian, bertempat tinggal di wilayah Tamantirto. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah penderita yang memiliki komplikasi dari DM yang berat, pasien yang memiliki gangguan kardiovaskuler, pasien stroke, pasien demensia, Pasien yang mengikuti senam DM. Hasil penelitian dianalisis uji statistik menggunakan uji paired t test, uji t test independent dan uji Chi Square. Perbedaan dianggap bermakna bila p<0,05. Hasil yang diperoleh dari uji statistik tersebut kemudian dianalisis untuk menjawab masalah penelitian dan hipotesis. 133

HASIL Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Penderita DM Tipe 2 Kelompok Hasil pengukuran (mean ± SD) Baseline Post Intervensi Selisih P Kelompok Intervensi Glukosa darah puasa 177,20 ± 71,39 182,53 ± 66,68 5,33 ± 52,78 0,701 Glukosa darah 2 jam postprandial 272,27 ± 88,58 271,27 ± 90,95-1,00 ±50,53 0,940 Kelompok Kontrol Glukosa darah puasa 200,07 ± 63,81 195,93 ± 57,76-4,13 ± 56,30 0,780 Glukosa darah 2 jam postprandial 290,27 ± 85,02 293,13 ± 79,10 2,87 ± 81,55 0,894 Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada Tabel 1. menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi terjadi peningkatan rata-rata kadar glukosa darah puasa sebesar 5,33 mg/dl dengan standar deviasi ± 52,78 mg/dl, sedang-kan kadar glukosa darah 2 jam postprandial terjadi penurunan ratarata sebesar -1 mg/dl dengan standar deviasi ±50,53 mg/dl. Berdasarkan pada hasil uji paired t test baik kadar glukosa darah puasa maupun kadar perbedaan yang tidak bermakna (P>0,05). Pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata kadar glukosa darah puasa sebesar -4,13 mg/dl dengan standar deviasi ±56,30 mg/dl, sedangkan kadar glukosa darah 2 jam postprandial terjadi penurunan rata-rata sebesar 2,87 mg/dl dengan standar deviasi ±81,55 mg/dl. Berdasarkan pada hasil uji paired t test baik kadar glukosa darah puasa maupun kadar perbedaan yang tidak bermakna (P > 0,05). Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata selisih kadar glukosa darah puasa antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebesar 9,46 mg/dl. Perbedaan ratarata selisih kadar glukosa darah 2 jam post-prandial antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebesar -3,87 mg/dl. Berdasarkan hasil uji t test independent perbedaan rata-rata kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam postprandial menunjukan perbedaan yang tidak bermakna (P>0,05). DISKUSI Latihan jasmani merupakan salah satu modalitas dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 dan pencegahan terjadinya komplikasi. Pada penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan secara statistik (P>0,05) untuk kadar glukosa darah puasa. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nathan et al. (2003) yang meneliti tentang latihan jasmani terhadap kontrol glukosa darah. Hasil penelitiannya menemukan penurunan kadar glukosa darah puasa sebesar 19±55 mg/dl dan mendapatkan hasil bermakna secara statistik (P>0,05). 9 Penelitian oleh Gordon et al. (2008) juga menyebutkan bahwa latihan jasmani dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa. 10 Hasil penelitian ini yang lain adalah didapatkan tidak ada perbedaan secara statistik (P > 0,05) untuk kadar glukosa darah 2 jam postprandial. Hal Tabel 2. Perbedaan Rata-rata Selisih Kadar Glukosa Darah Penderita DM Tipe 2 Glukosa Darah Selisih kadar glukosa darah (mean±sd) Intervensi Kontrol Beda mean P Glukosa darah puasa 5,33 ± 52,78-4,13 ± 56,30 9,46 0,638 Glukosa darah 2 jam postprandial -1,00 ± 50,53 2,87 ± 81,55-3,87 0,877 134

Mutiara Medika Vol. 13 No. 2: 132-136, Mei 2013 ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahay et al. (1982) dimana latihan jasmani dapat menurunkan kadar glukosa darah 2 jam postprandial. 11 Walaupun didapatkan hasil penurunan rerata sebesar -1 mg/dl pada kelompok intervensi dalam penelitian ini (Tabel 1), namun setelah diuji dengan statistik hasilnya tidak bermakna (P>0,05). Berdasarkan hasil uji t test independent, selisih rata-rata kadar glukosa darah puasa dan kadar perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (Tabel 2). Dalam penelitian ini mungkin intensitas dalam melakukan senam ergonomis belum mencukupi, hal lain yang bisa mempengaruhi dalam penelitian ini adalah diet, dimana pengaturan pola makan juga merupakan hal penting dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Makronutrisi, khususnya karbohidrat dapat secara langsung mempengaruhi tingginya kadar glukosa dalam darah setelah dikonsumsi. 12 Profil hiperglikemia postprandial ditentukan oleh banyak faktor antara lain adalah waktu, kuantitas dan komposisi dari makanan, kandungan karbohidrat dalam makanan, sekresi insulin dan penghambatan dari sekresi hormon glukagon. 13 SIMPULAN Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi senam ergonomis dengan kelompok kontrol terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain intensitas dalam melakukan senam ergonomis, diet dan derajat penyakit diabetes melitus. DAFTAR PUSTAKA 1. Suyono, S. Diabetes Melitus di Indonesia. In Sudoyo, W.A., Alwi, I., Setiyohadi, B., Simadibrata, M., Setiati, S. (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. 2. Gustaviani, R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In Sudoyo, W.A., Alwi, I., Setiyohadi, B., Simadibrata, M., Setiati, S. (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. 3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI, Jakarta. 2006. p. 1-47. 4. Manaf, A. Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme Insulin. In Sudoyo, W.A., Alwi, I., Setiyohadi, B., Simadibrata, M., Setiati, S. (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. 5. Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter maupun Edukator. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. 6. Atalay, M., & Laaksonen, D.E. Diabetes, Oxidative Stress and Physical Exercise. Journal of Sports Science and Medicine; 2002. 1: 1-14 7. Wratsongko, M. Mukjizat Gerakan Shalat. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2005. 135

8. Sagiran. Mukjizat Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media. 2006. 9. Nathan, D., Tristan, M., Goldhaber, J., Fiebert, S. Randomized Controlled Community-Based Nutrition and Exercise Intervention Improves Glycemia and Cardiovascular Risk Factors in Type 2 Diabetic Patients in rural Costa Rica. Diabetes Care; 2003. 26 (1): 24-29. 10. Gordon, L., Morrison, Y.E., Growder, D., Penas, F.Y., Zamoraz, M.E., Garwood, D., et al. Effect of Yoga and Traditional Physical Exercise on Hormones and Percentage Insulin Binding Receptor in Patients with Type 2 Diabetes, Am J. of Biotechno and Biochem; 2008. 4 (1): 35-42. 11. Sahay, B., Sadasivodo, B., Raju, P.S., Yogi, R. Biochemical Parameter in Normal Volunteers Before and After Yogic Practices. Ind. J. Med. Res; 1982. 76: 144-148 12. Cornell, S., Briggs, A., Pharm, D. Newer Treatment Strategies for the Management of Type 2 Diabetes Mellitus. J. of Pharm Pract; 2004. 17 (1): 49-54. 13. Giugliano, D., Ceriello, A., Eposito, K. Glucose Metabolism and Hyperglycemia. The Am J. of Clin Nutr; 2008. 87: 217S-222S. 136