BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI BANDUNG BARAT

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Powered by TCPDF (

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bencana dan Permasalahannya

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Empowerment in disaster risk reduction

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

TSUNAMI. 1. Beberapa penyebab lainnya ialah : 3. Tsunami Akibat Letusan Gunungapi

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (BNPB, 2012). Bencana alam telah banyak terjadi di wilayah Indonesia. Salah satu wilayah di Indonesia yang paling rawan dihantam oleh bencana alam adalah Kepulauan Nias. Pulau Nias mengalami gempa besar sebanyak dua kali yaitu gempa bumi dan tsunami di lepas pantai Pulau Sumatera pada tanggal 26 Desember 2004 yang juga meluluhlantakkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan gempa bumi Pulau Nias yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 dengan kekuatan 8,7 skala Richter (Gulό, 2012). Pusat getaran dari gempa bumi dahsyat terakhir ini terletak sekitar 2,93 LU dan 97,016 BT dengan kedalaman 30 km. Sektor perumahan terkena dampak paling parah, di mana 13.000 rumah hancur total, 24.000 rusak berat dan sekitar 1

2 34.000 rusak ringan. Prasarana transportasi juga rusak, yaitu 12 pelabuhan besar dan kecil hancur, 403 jembatan hancur dan 800 km jalan kabupaten dan 266 km jalan provinsi hancur. Sebanyak 723 gedung sekolah dan 1.938 tempat ibadah rusak. Gempa bumi ini menghancurkan perekonomian masyarakat. Total kerusakan diperkirakan sebesar US $ 392 juta, setara dengan 108 persen PDB Nias (Washington:The World Bank, 2007 dalam Gulό, 2012). Jumlah korban meninggal akibat gempa tektonik ini diperkirakan sedikitnya 638 orang. Data kondisi pada tanggal 26 April 2006 dari Satlak Penanggulangan Bencana (PB) Teluk Dalam tercatat bahwa korban terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dengan korban luka ringan sebanyak 500 orang, luka berat 786 orang, dan korban meninggal sebanyak 58 jiwa (Nugroho, 2007). Gempa bumi yang meluluhlantakkan seluruh Nias ini memang telah mengakibatkan banyak orang meninggal dunia, kehilangan orang yang dikasihi dan menciptakan penderitaan yang dalam bagi masyarakat baik secara fisik, spiritual, mental dan sosial (Gulό, 2012). Hal ini serupa dengan yang dinyatakan oleh Astuti (2006), bahwa kerugian-kerugian akibat gempa bumi yang ditanggung oleh masyarakat, tidak hanya berupa fisik seperti kerugian materi, rumah, harta benda, aset-aset dan pekerjaan, melainkan juga berupa non-fisik seperti kehilangan anggota keluarga dan famili serta kerugian psikologis yang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk pemulihannya. Berdasarkan estimasi kebutuhan (Iswanti dkk., 2006 dalam Astuti, 2006) terdapat 1 juta orang sampai dengan 2 juta orang yang mengalami beban psikologis dari tingkatan sedang

3 sampai tingkatan berat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 97,5% pulih secara alami setelah dua minggu, sebesar 2,5% atau 30 ribu orang mengalami kesulitan psikologis sampai tiga bulan setelah peristiwa gempa, dan sebanyak 1% atau 12 ribu orang mengalami kesulitan jangka panjang. Menurut Erwina (2010), salah satu bentuk dampak psikologis yang sering ditemui pada masyarakat korban bencana alam adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sebenarnya muncul sebagai manifestasi dari pengalaman mengerikan. Penderitanya adalah mereka yang merupakan korban hidup yang secara fisik selamat, tetapi secara mental masih berada dalam tekanan psikologis dan terus-menerus berada dalam keadaan tersebut (Hartuti, 2009). Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) akan mengalami ansietas dan selalu teringat trauma melalui memori, mimpi atau reaksi terhadap isyarat internal tentang peristiwa yang terkait dengan trauma. Gangguan ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak dan remaja (APA, 2000; Videback, 2008 dalam Astuti, 2012). Anak-anak dan remaja merupakan salah satu kelompok usia rentan dan sensitif terhadap dampak dari kejadian bencana yang dialaminya (Astuti, 2012). Kelompok usia anak dan remaja yang mengalami trauma akan lebih sulit disembuhkan daripada orang dewasa. Hal ini terjadi karena orang dewasa telah memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dalam diri, sementara pada anakanak kemampuan ini masih sangat minim. Anak-anak belum memiliki mekanisme koping yang adekuat secara fisik dan emosional untuk menghadapi trauma. Trauma ini dapat mengakibatkan adanya gangguan kejiwaan saat mereka tumbuh

4 dewasa dan mempengaruhi temperamen mereka (Sadock & Sadock, 2007; Murtanti, 2009). Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang menderita PTSD menunjukkan kesulitan dalam prestasi akademik, interaksi sosial, berkurangnya harapan pada masa depan dan perilaku agresif (Armsworth & Holaday, 1993 dalam Anderson, 2005). Jika tidak ditangani, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai tahap perkembangan dan berfungsi sepenuhnya menjadi orang dewasa (Anderson, 2005). Menurut Kusmiran (2011), dalam setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi dan diselesaikan dengan baik. Pada masa remaja tugas perkembangan ini meliputi penerimaan keadaan dan penampilan diri, belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin, mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional, mencapai kemandirian ekonomi, dan mampu mengembangkan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Kegagalan tugas-tugas perkembangan pada suatu tahapan perkembangan akan mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi yang serius. Salah satu konsekuensinya adalah adanya tekanan-tekanan sosial yang tidak dapat dihindari serta dasar untuk penguasaan tugas-tugas perkembangan berikutnya menjadi tidak adekuat (Hurlock, 1980). Astuti (2012) menambahkan bahwa apabila tugas perkembangan tidak dapat dilakukan atau mengalami gangguan pada masa remaja, maka akan mengganggu pada proses tumbuh kembang remaja baik secara biologis, psikologis, sosial dan spiritualnya.

5 Survei dari Universitas Indonesia (UI) yang dibiayai WHO terhadap anak-anak di Aceh pasca tsunami menunjukkan bahwa sebanyak 20-25% di antaranya mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan membutuhkan pertolongan dari tenaga ahli. Hasil penelitian lain pada kelompok remaja prevalensi terjadinya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) mencapai 8-9%, dan kelompok remaja berisiko mencapai 13-45% (Ziegler, 2005 dalam Astuti, 2012). Dalam DSM-IV-TR dinyatakan bahwa gejala PTSD yang ditemukan menggambarkan suatu stres yang terjadi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (APA, 2000). Gejala-gejala PTSD bisa mulai muncul seminggu hingga tiga puluh tahun setelah peristiwa traumatik ekstrem. Jadi, kurun waktu efek trauma bisa begitu panjang. Gejala-gejala tersebut bisa hilang timbul sepanjang hidup penderita, sehingga mengganggu fungsi kerja dan keefektifan hidup. Meskipun tidak diobati dan ditangani dengan benar, ada sekitar 30% pasien Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang sembuh sendiri. Namun, ada sekitar 40% yang terus-menerus bahkan mengalami berbagai gejala dalam tingkat sedang dan 10% akan terus-menerus mengalami berbagai gejala dalam tingkat berat (Sadock & Sadock, 2007). Hal serupa dinyatakan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yang memperkirakan bahwa dalam setiap bencana, sebanyak 50% korban selamat akan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Di antara mereka yang mengalaminya, sebanyak 5-10% akan mengalami manifestasi yang berat. Bahkan ada pakar yang menyebutkan angka ini mencapai 10-20% (Hartuti, 2009).

6 Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala, International Organization for Migration (IOM), dan Universitas Harvard yang dilakukan pada tahun 2007, sekitar 3 tahun setelah tsunami di 14 kabupaten di Aceh ditemukan data sebanyak 10% menderita PTSD. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sudah beberapa tahun setelah terjadinya bencana, tetapi masalah gangguan mental masih dialami oleh masyarakat Aceh (Erwina, 2010). Diperkirakan oleh para peneliti, pemulihan PTSD bisa memerlukan waktu 8 tahun lebih bagi mereka yang mengalami stres setelah bencana (Kusumo, 2009). Hasil wawancara dengan salah seorang guru SMA Swasta Katolik Bintang Laut Teluk Dalam menyatakan bahwa goncangan ringan saja dapat menyebabkan siswa/siswi berlarian keluar kelas, beberapa siswa merasa ketakutan, panik dan pucat terutama bagi mereka yang rumahnya runtuh pada saat gempa bumi tahun 2005. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada remaja Teluk Dalam mengenai PTSD with delayed onset, yaitu tanda dan gejala PTSD yang muncul pada saat setelah 8 tahun bencana gempa bumi di Pulau Nias. Hal ini untuk melihat perkembangan pemulihan kesehatan jiwa mereka serta untuk deteksi dini. Sebab fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan selanjutnya.

7 2. RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja Teluk Dalam pasca 8 tahun bencana gempa bumi di Pulau Nias? 3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan uraian yang telah dituliskan pada latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 3.1 Tujuan umum Mengidentifikasi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja Teluk Dalam pasca 8 tahun bencana gempa bumi di Pulau Nias. 3.2 Tujuan khusus a. Mengidentifikasi PTSD berdasarkan karakteristik demografi pada remaja Teluk Dalam pasca 8 tahun bencana gempa bumi di pulau Nias. b. Mengidentifikasi gambaran PTSD pada remaja Teluk Dalam pasca 8 tahun bencana gempa bumi di pulau Nias. c. Mengidentifikasi tanda dan gejala PTSD pada remaja Teluk Dalam pasca 8 tahun bencana gempa bumi di pulau Nias. 4. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 4.1 Praktik Keperawatan Bagi institusi pelayanan keperawatan khususnya pelayanan kesehatan jiwa, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendukung upaya dalam peningkatan

8 kesehatan jiwa remaja khususnya pada remaja yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). 4.2 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu ilmu baru dan bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam memberikan materi-materi tentang dampak bencana pada perkembangan psikologis terutama melalui mata kuliah elektif Nursing Disaster. Serta dapat melakukan pendekatan dalam konteks asuhan keperawatan sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan dapat tetap berlangsung dengan baik. 4.3 Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk penelitian berikutnya tidak hanya pada penelitian yang berhubungan dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pasca bencana tetapi juga pada kondisi gangguan psikologis lainnya akibat bencana. 4.4 Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi bagi pihak pemerintah daerah maupun lembaga masyarakat terkait untuk menyusun dan memasukkan program penanggulangan PTSD pasca bencana khususnya pada anak dan remaja sebagai program prioritas dalam penanganan bencana oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota yang diperkirakan rawan bencana.