JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-78

dokumen-dokumen yang mirip
Tubagus Noor Rohmannudin, Sulistijono, Faris Putra Ardiansyah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

PENGARUH DIMENSI CACAT GORES PADA COATING

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

PERANCANGAN PROTEKSI ARUS PAKSA PADA PIPA BAJA API 5L DENGAN COATING DAN TANPA COATING DI DALAM TANAH

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

TERSELESAIKAN H+7 P2

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA 2. Tubagus Noor R., S.T., M.Sc. Luthfi Ardiansyah

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

LAB KOROSI JPTM FPTK UPI

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI

Vol.3 No.1 Juni 2017, hal p-issn: e-issn:

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

RANCANG BANGUN PENGGUNAAN METODE IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION PADA LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK METODE ARUS PAKSA PADA PIPA PDAM KOTA SURABAYA JALUR DISTRIBUSI JEMBATAN MERAH KEDUNG COWEK

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Pengaruh variasi pembagian jumlah anoda dengan pola horisontal terhadap laju korosi baja SS400 pada media air laut

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PELAPIS EPOKSI TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DIDALAM TANAH SKRIPSI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

STUDI KARAKTERISTIK ELEKTROPLATING KUNINGAN (Cu-Zn) PADA BAJA CARBON RENDAH (FeC) SA 516 DENGAN VARIABEL WAKTU

KIMIA ELEKTROLISIS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-292

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Pemotongan Sampel. Degreasing dengan larutan Acetone

MANAJEMEN KOROSI BERBASIS RISIKO PADA PIPA PENYALUR GAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-78 Pengaruh dan Variasi Cacat Gores Lapis Lindung terhadap Kebutuhan Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Baja AISI 45 Faris Putra Ardiansyah, Sulistijono, dan Tubagus Noor Rohmannudin Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ssulistijono@mat-eng.its.ac.id Abstrak Salah satu proses pengendalian korosi pada suatu material dapat menggunakan pelapisan/coating dan perlindungan katoda dengan memberikan arus paksa. Pada penelitian yang dilakukan kali ini akan mempelajari mengenai pengaruh dari variasi luas goresan lapis lindung dan ph tanah terhadap kebutuhan arus proteksi pada sistem proteksi katodik arus paksa (ICCP). Luas goresan yang diberikan berbentuk persegi panjang dan lingkaran dengan luasan masing-masing sebesar mm 2, mm 2, mm 2, 1 mm 2, 2 mm 2, dan 0 mm 2. Sedangkan perbedaan ph pada tanah yang digunakan ialah ph 3, ph 7, dan ph 11. Spesimen tanpa goresan dan tanpa lapis lindung digunakan sebagai pembanding. Sistem menggunakan rectifier yang berguna sebagai penyearah arus. Arus proteksi pada ICCP diatur sedemikian rupa hingga nilai beda potensial dapat mencapai -8 mv terhadap elektroda referensi Cu/CuSO 4. Pengukuran arus proteksi pada sistem ICCP dilakukan selama 7 hari dengan pengambilan data setiap harinya. Sedangkan nilai arus proteksi terkecil pada luas goresan berbentuk lingkaran mm 2 dengan kondisi tanah yang basa (ph 11) yaitu sebesar 0,014 ma. Pengaruh dari dua variabel tersebut dihitung menggunakan analisa statistik regresi berganda sehingga mendapatkan persamaan Y = 0,127 + 0,0024 X 1 + 0,00031 X 2. Dimana nilai X 1 sebagai kondisi ph tanah, X 2 sebagai luas cacat goresan, dan Y sebagai arus proteksinya. Kata Kunci : Arus Proteksi, Baja AISI 45, ICCP,, Variasi Cacat Goresan. P I. PENDAHULUAN enggunaan struktur yang terbuat dari besi dan baja kini memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia industri terutama pada penggunaan untuk saluran air, saluran gas, maupun tiang konstruksi. Struktur yang diaplikasikan pada kegiatan tersebut didesain sedemikian rupa agar dapat dipakai hingga 30- tahun. Namun pada kenyataannya timbul banyak permasalahan yang menyebabkan turunnya kualitas baja tersebut hingga terjadi kerusakan yang sangat parah. Hal ini dikarenakan korosi yang menjadi penyebab utama terhadap kegagalan material dimana dampak yang ditimbulkan akan berimbas pada lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan guna untuk mempertahankan masa pemakaian yang lebih lama dan sesuai standar. Selain itu, kondisi pada struktur yang dipendam didalam tanah dapat membuat masalah menjadi lebih kompleks. Pada umumnya, korosi pada tanah dapat dibatasi dengan pengukuran resistivitas tanah dan potensial struktur terhadap tanah. Namun setelah diteliti kembali masih terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya korosi pada tanah, diantaranya ialah jenis tanah, kelembaban, ph tanah, dan cacat/goresan pada baja yang dapat menimbulkan korosi sumuran. Pelapisan (Coating) menjadi solusi untuk menjaga kestabilan dan penghalang terhadap lingkungan korosif untuk mengurangi laju degradasi. Lapisan tambahan diberikan untuk mengisolasi struktur agar terhindar dari lingkungan luar yang dapat menimbulkan korosi. Namun pada kenyataannya, tak jarang saat proses pemasangan coating terdapat ketidaksempurnaan sehingga timbul goresan atau sobekan. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mengendalikan korosi ialah dengan menggunakan proteksi katodik metode Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)[1]. Sistem proteksi ini dapat melindungi baja yang relatif besar dengan memberikan sejumlah arus secara paksa yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dengan keuntungan yang lebih fleksibel dalam mengendalikan korosi pada struktur baja konstruksi yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini. Pada penelitian ini akan dibahas karakteristik tanah pada tingkat keasaman yang berbeda-beda terhadap kebutuhan arus proteksi yang dibutuhkan oleh struktur baja yang dipendam didalam tanah. Selain itu, variabel lain yang diteliti ialah variasi cacat gores yang diberikan pada lapis lindung diharapkan memiliki pengaruh pada kebutuhan proteksi katodik. II. METODE PENELITIAN Proteksi katodik digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam. Proses yang dilakukan biasanya berupa reaksi elektrokimia dimana logam yang dilindungi akan bertindak sebagai katoda. Arus mengalir berasal dari anoda melalui sel elektrolit menuju ke katoda. Sehingga kemampuan proteksi terhadap katoda dapat dicapai dengan mengalirkan arus listrik tersebut [2]. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja AISI 45 yang mempunyai kadar karbon sekitar 0,4-0,45% [3] dengan dimensi panjang mm dan diameter 20 mm sebanyak 42

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-79 buah yang akan digunakan sebagai katoda. Anoda grafit tipe Impregnated Epoxy Resin (H) berbentuk tubular sebagai anoda. Kemudian untuk coating/lapis lindung yang digunakan adalah cat zinc chromate dan epoxy filler dengan tambahan hardener. Fungsi dari kedua lapisan tersebut dapat melindungi baja dari serangan korosi. Bahan lainnya adalah filler perekat untuk menyambungkan baja dengan kabel tembaga. Dan yang terakhir untuk mengubah kondisi ph tanah dapat ditambahkan dengan larutan aquades yang dicampurkan dengan HCl untuk mengubah tanah menjadi asam, sedangkan campuran dengan NaOH untuk mengubah tanah menjadi basa. Tabel 1. Komposisi Kimia Baja AISI 45 [4] Unsur % berat C 0,45 Si 0,25 Mn 0,6 P 0,01 S 0,002 Cu 0,04 Tabel 2. Spesifikasi Anoda Grafit [5] Spesifikasi Keterangan Kategori Impregnated Epoxy Resin (H) Model M120H Bentuk Tubular Dimensi p=138 mm ; d = 36 mm Massa pakai 20 tahun Komposisi Kimia 99.8% Carbon; 0.2% Ash Laju konsumsi 0.1-1kg/A.Year Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rectifier sebagai penyearah arus, gergaji mesin memotong baja sesuai dengan dimensi yang diinginkan, mesin bor, box container wadah yang digunakan untuk menampung semua rangkaian, kaca sekat, digital multitester, dan avometer. Langkah penelitian ini diawali dengan preparasi baja yang bertindak sebagai katoda. Baja dipotong menjadi 42 bagian dengan gergaji mesin hingga mendapatkan dimensi masingmasing panjang mm dan diameter 20 mm. Melubangi spesimen katoda dengan mengebor salah satu ujungnya untuk tempat pemasangan kabel katoda. Untuk membuat tanda goresan dapat dilakukan dengan menempelkan lakban dengan ukuran yang telah ditetapkan pada permukaan spesimen katoda yaitu sebesar mm 2, mm 2, mm 2, 1 mm 2, 2 mm 2, dan 0 mm 2. Selain itu juga menggunakan spesimen dengan tanpa coating dan tanpa goresan yang digunakan sebagai nilai patokan. Pada bagian ini tidak akan tertutup coating. r = 1.78 mm Gambar 1. Ilustrasi Spesimen Katoda dengan Goresan Berbentuk Seluas: (a) 0 mm 2 (Full Coating), (b) mm 2, (c) mm 2, (d) mm 2, (e) 1 mm 2, (f) 2 mm 2, (g) 0 mm 2, (h) Tanpa Coating p=5 ; l=2 r = 3,98 mm r = 6,9 mm r = 8,92 mm r = 12,6 mm p= ; l=5 p= ; l=15 p= ; l=25 p= ; l= r = 5,64 mm (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) p= ; l= (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) Gambar 2. Ilustrasi Spesimen Katoda dengan Goresan Berbentuk Seluas: (a) 0 mm 2 (Full Coating), (b) mm 2, (c) mm 2, (d) mm 2, (e) 1 mm 2, (f) 2 mm 2, (g) 0 mm 2, (h) Tanpa Coating Langkah selanjutnya dengan melakukan pelapisan cat zinc chromate dan epoxy filler sebanyak 2 lapis. Banyaknya lapisan yang diberikan ini diharapkan dapat menutup rapat permukaan baja sehingga tidak terekspose langsung dengan lingkungannya (kecuali cacat goresan yang sengaja dibuat). Memasang kabel pada katoda melalui mur dan baut pada baja kemudian ditutup dengan memberikan lem tembak. Sama halnya dengan katoda, anoda grafit dipotong hingga berukuran tebal ± mm dan dengan diameter 36 mm. Pemasangan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-80 kabel tembaga dapat dilakukan dengan memberi lubang pada bagian tengahnya. Katoda dan anoda dihubungkan melalui kabel tembaga dengan rectifier sebagai penyearah arus. Kabel tembaga pada baja dihubungkan ke kutub negatif (-) rectifier sedangkan kabel tembaga pada anoda grafit dihubungkan ke kutub positif (+) rectifier. Rangkaian menggunakan dua avometer untuk menghitung potensial kerja dan arus dalam rangkaian ICCP. ini mengacu pada standard NACE TM0169-2000 Laboratory Corrosion Testing of Metals. Data arus proteksi pada sistem didapatkan setelah arus tersebut diatur sehingga nilai potensial yang bekerja berada pada -8mV dimana baja akan mulai terproteksi. Pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali agar mendapatkan nilai arus proteksi yang lebih tepat dan pengukuran tersebut diambil nilai rata-ratanya. Kemudian pengambilan data secara visual dengan skala makro dilakukan pada tiap-tiap spesimen untuk mengetahui perubahan fisik yang terjadi [7]. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran potensial awal dilakukan pada baja AISI 45 sebelum instalasi ICCP dinyalakan. Nilai potensial awal ini berfungsi untuk mengetahui nilai potensial sebelum dan sesudah instalasi ICCP yang selanjutnya dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan arus proteksinya. Gambar 3. Rangkaian ICCP Tanah Pada penelitian ini menggunakan media tanah yang berbedabeda. Terdapat 3 perbedaan ph tanah yang akan diujikan. Pengambilan media tanah yang berbeda ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan arus proteksi yang dibutuhkan pada lingkungan tanah yang asam, netral, dan basa. Untuk mendapatkan tanah yang netral dapat menggunakan tanah pada umumnya dikarenakan tingkat keasaman maupun basanya tidak terlalu besar dan memiliki kecenderungan untuk mendekati daerah ph netral. Kemudian untuk merubah ph tanah menjadi asam dapat ditambahkan dengan larutan Asam Klorida (HCl) sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan untuk merubah lingkungan tanah dengan ph basa dapat menambahkan Natrium Hidroksida (NaOH) kedalam tanah tersebut. Setelah rangkaian dipasang maka langkah selanjunya adalah pengukuran kebutuhan arus proteksi yang digunakan pada sistem ICCP ini. Metode pengukuran yang digunakan mengacu kepada half-cell potensial (potensial elektroda setengah sel). Dimana beda potensial yang diukur berdasarkan perbedaan tegangan antara elektroda kerja dengan referensi yang dimasukkan kedalam tanah. Elektroda acuan yang digunakan pada sistem ini adalah elektroda acuan Cu/CuSO 4. Dengan mendapatkan nilai potensial terhadap elektroda acuannya, maka arus proteksi yang digunakan dapat diatur dengan sedemikian rupa sehingga nilai potensial yang bekerja pada spesimen dapat berada dalam kondisi imun/dapat terproteksi. Pengukuran dilakukan dengan menghubungkan kabel tembaga pada pipa dengan kutub positif (+) avometer dan menghubungkan elektroda referen dengan kutub negatif (-) avometer [6]. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai arus proteksi dengan melakukan pengukuran setiap hari selama 7 hari. Hal Tabel 3. Hasil Nilai Potensial Awal (a) Kondisi Tanah ph 3 Potensial Awal (-mv) 3 764 745 1 2 0 753 697 712 706 7 1 2 0 755 730 745 7 702 698 Tanpa Goresan 0 778 Tanpa Coating 6908 701 (b) Kondisi Tanah ph 7 1 2 0 1 2 0 Potensial Awal (-mv) 768 761 783 720 722 719 776 755 764 739 718 723 Tanpa Goresan 0 782 Tanpa Coating 6908 720

Arus Proteksi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-81 11 (c) Kondisi Tanah ph 11 1 2 0 1 2 0 Potensial Awal (-mv) 789 770 740 725 748 736 790 781 765 759 782 760 11 (c) Kondisi Tanah ph 11 1 2 0 1 2 0 Arus Proteksi 0,014 0,025 0,039 0,053 0,067 0,080 0,014 0,027 0,038 0,056 0,069 0,088 Tanpa Goresan 0 792 Tanpa Coating 6908 733 Setelah mengukur potensial awal, maka rangkaian ICCP dapat dinyalakan dengan mengatur keluaran arus sehingga potensial kerja berada pada -8 mv dimana baja dapat terproteksi. Hasil akhir yang didapatkan berupa nilai rata-rata arus proteksi sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-Rata Arus Proteksi (a) Kondisi Tanah ph 3 Arus Proteksi 3 0,036 0,076 1 2 0 0,123 0,515 0,788 1,325 1 2 0 0,038 0,076 0,182 0,712 1,292 1,696 Tanpa Goresan 0 0,023 Tanpa Goresan 0 0,004 Tanpa Coating 6908 0,855 Berdasarkan data rata-rata arus proteksi yang telah didapatkan maka hasil yang ada dilanjutkan dengan memplotkan hingga didapatkan grafik sebagai berikut : 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 2 4 6 8 12 Goresan : mm 2 mm 2 mm 2 1 mm 2 2 mm 2 0 mm 2 Goresan : mm 2 mm 2 mm 2 1 mm 2 2 mm 2 0 mm 2 Gambar 1. Grafik Pengaruh Arus Proteksi Terhadap Kondisi ph Tanah 7 Tanpa Coating 6908 3,595 (b) Kondisi Tanah ph 7 1 2 0 1 2 0 Arus Proteksi 0,030 0,037 0,060 0,078 0,087 0,092 0,032 0,040 0,061 0,077 0,093 0,142 Tanpa Goresan 0 0,014 Tanpa Coating 6908 1,949 Dengan kondisi cacat goresan yang sama, berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa pemasangan instalasi ICCP didalam tanah dengan nilai ph yang semakin asam maka dibutuhkan nilai arus proteksi yang semakin tinggi, sebaliknya apabila kondisi tanah memiliki kecenderungan menuju ke daerah basa maka arus proteksi yang dibutuhkan semakin kecil. Pada kondisi baja yang tidak tertutup oleh lapis lindung, arus proteksi pada kondisi tanah dengan ph 3 membutuhkan 3,595 ma. Sedangkan pada ph 7 membutuhkan arus 1,949 ma dan untuk ph 11 membutuhkan arus 0,855 ma. Selisih kenaikan arus proteksi yang dibutuhkan cukup tinggi. Dari tanah dengan kondisi basa (ph 11) menuju ke kondisi yang netral (ph 7) terjadi peningkatan sebesar 56,13%. Sedangkan tanah dengan kondisi netral (ph 7) menuju ke kondisi yang asam (ph 3) terjadi peningkatan sebesar 45,79%. Hal ini disebabkan karena pada kondisi tanah yang memiliki ph<5 akan memiliki tingkat agresifitas korosi yang sangat tinggi. Sehingga untuk melindungi baja tersebut diperlukan keluaran arus proteksi yang besar pula[8].

Arus Proteksi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-82 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 Goresan pada : ph 3 ph 7 ph 11 Goresan pada : ph 3 ph 7 ph 11 Perhitungan dilanjutkan mendapatkan nilai korelasi berganda sebesar 0,828. Artinya pengaruh yang ditimbulkan oleh kedua variabel ini sangatlah kuat, sehingga apabila ph tanah dan variasi cacat goresan memiliki nilai yang tinggi maka secara otomatis nilai arus proteksi yang dibutuhkan akan semakin tinggi. Adapun kontribusi secara simultan kedua variabel tersebut sebesar : (0,828) 2 x % = 69%. IV KESIMPULAN 0,6 0,4 0,2 0,0 0 200 300 400 0 Luas Cacat Goresan Gambar 2. Grafik Pengaruh Arus Proteksi Terhadap Variasi Cacat Goresan Pengukuran arus proteksi dilanjutkan dengan membandingkan terhadap variasi cacat goresan yang diberikan. Pada kondisi ph tanah yang sama, semakin besar luas goresan yang diberikan pada baja maka akan semakin besar pula arus proteksi yang diberikan. Sebagai contoh pada kondisi tanah dengan ph 7, telah diberikan cacat goresan dengan luasan mm 2, mm 2, mm 2, 1 mm 2, 2 mm 2, dan 0 mm 2. Arus yang diberikan secara berturut-turut adalah 0,032 ma; 0,04 ma; 0,061 ma; 0,077 ma; 0,093 ma; dan 0,142 ma. Hal ini dapat terjadi akibat adanya daerah pada permukaan logam yang terekspose langsung dengan lingkungannya. Sehingga dapat mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi yang berlanjut dengan adanya inisiasi korosi. Oleh karena itu, dibutuhkan pasokan elektron yang semakin tinggi guna menghindari terjadinya korosi yang lebih parah [9]. Analisa selanjutnya dengan menggunakan metode statistika. Untuk menentukan adanya suatu hubungan variabel sebabnya yaitu ph tanah dan variasi cacat goresan terhadap variabel terikat untuk arus proteksinya. Maka didapatkan persamaan regresi berganda untuk luasan berbentuk lingkaran sebagai berikut : Y = 0,144 + 0,017 X 1 + 0,0004 X 2. (1) Sedangkan persamaan regresi berganda untuk luasan berbentuk persegi panjang sebagai berikut : Y = 0,11 + 0,008 X 1 + 0,0004 X 2. (2) Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi ph tanah yang berbeda-beda terhadap kebutuhan arus proteksinya. Dengan membandingkan pada luas cacat goresan yang sama, arus proteksi yang dibutuhkan pada baja akan semakin turun dengan meningkatnya derajat keasaman tanah dari ph 3 (asam), ph 7 (netral), dan ph 11 (basa) 2. Sama halnya dengan ph tanah, variasi cacat goresan pada lapis lindung dapat mempengaruhi nilai proteksi yang diberikan pada baja. Pada kondisi ph tanah yang sama, arus proteksi yang dibutuhkan cenderung meningkat seiring meluasnya cacat goresan yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA [1] J. Wu, S. Xing, F. Yun, The Influence of Coating Damage on The ICCP Cathodic Protection Effect, Luoyang Ship Material Research Institute, P.R.China (2009) [2] Mars G. Fontana, Corrosion Engineering 2 nd Edition. Singapore: McGraw-Hill International.(1996) [3] Glyn, Physical Metallurgy of Steel, Class Notes and Lecture Material, ForMSE 651.01 (2001) [4] Chemical Composition of AISI 45. Diakses tahun 2014. (Online) Available at http//www.strindustries.com [5] A.W. Peabody, Control of Pipeline Corrosion, Edited by Ronald L Bianchetti, Texas: NACE International the Corrosion Society (2001) [6] NACE SP0169-2007, Control of External Corrosion on Undergrounf or Submerged Metallic Piping Systems. Diakses tahun 2014. (Online) Available at http//www.nace.org [7] NACE TM 0169-95 Laboratory Corrosion Testing of Metals [8] B.P. Bofardi, Control of Environmental Wariables in Water Recirculating Systems, New Jersey : Noyes Publications. (1985) [9] Moch. Nurus Shobah, Pengaruh Goresan Lapis Lindung dan Salinitas Air Laut Terhadap Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Pipa API 5L Grade B, Tugas Akhir Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. (2014) Dimana nilai X 1 untuk kondisi ph tanah dari kondisi tanah ph 3 hingga ph 7, X 2 untuk luas cacat goresan dengan rentan luas 0 mm 2 hingga 6908 mm 2, dan Y untuk arus proteksi dalam satuan ma. Untuk menguji kekuatan pengaruh dari kondisi ph tanah dan variasi cacat goresan terahadap arus proteksi, digunakan uji korelasi pearson dan uji korelasi berganda. Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan bahwa hubungan antara kondisi ph tanah dengan kebutuhan arus proteksi memiliki kategori yang sedang sebesar 0,381 (0,2 < r < 0,4). Sedangkan untuk variabel variasi cacat goresan terhadap kebutuhan arus memiliki hubungan yang kuat yaitu sebesar 0,735 (0,6 < r < 0,8)