KAJIAN SOSIO-PRAGMATIK DAYA PRAGMATIK TINDAK TUTUR PADA BALEHO PARTAI POLITIK NASIONAL DEMOKRAT (NASDEM) YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa secara sederhana merupakan produk budaya yang dihasilkan dan

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK MESEM SURAT KABAR HARIAN WARTA JATENG

MODUS DAN IMPLIKATUR PADA IKLAN HANDPHONE DI TABLOID PULSA EDISI MEI-JULI 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

HUMOR DAN PELANGGARAN MAKSIM PRINSIP KERJA SAMA DALAM KARTUN NGAMPUS

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

ANALISIS WACANA PERSUASIF DALAM SPANDUK YANG TERDAPAT DI WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU KENAIKAN HARGA BBM NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd.

BAB I PENGANTAR. kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau dapat juga diartikan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

KAJIAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK)

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

Transkripsi:

KAJIAN SOSIO-PRAGMATIK DAYA PRAGMATIK TINDAK TUTUR PADA BALEHO PARTAI POLITIK NASIONAL DEMOKRAT (NASDEM) YOGYAKARTA R. Yusuf Sidiq Budiawan (Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang) r.yusuf.s.b@gmail.com Abstrak Kajian Sosio-pragmatik mengenai daya pragmatik tindak tutur pada baleho partai politik Nasional Demokrat (Nasdem) Yogyakarta ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan tindak tutur, konteks, dan implikatur dari tindak tutur pada baliho tersebut serta 2) mendeskripsikan daya pragmatik berdasarkan dampak dan respon dari masyarakat. Penyediaan data dalam kajian deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan dokumentasi, pengamatan, dan wawancara. Hasil dokumentasi berupa foto baliho digunakan untuk mengidentifikasi tindak tutur, sedangkan pengamatan dilakukan untuk mendalami konteks sosial yang melatarbelakangi tindak tutur pada baliho tersebut. Di samping itu, hasil wawancara dari lima responden dengan latar sosial yang berbeda juga digunakan untuk menganalisis konteks, implikatur, dan daya pragmatik dari tindak tutur tersebut. Teknik hubung banding akan digunakan dalam analisis data dengan cara membandingkan satuansatuan kebahasaan yang dianalisis dengan konteks yang mewadahinya dan datadata yang telah dikumpulkan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) tuturan pada baliho tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ilokusi, yaitu bersumpah (komisif), sekaligus perlokusi dengan membu juk pembacanya, 2) konteks baliho tersebut didasari adanya fenomena penyebaran stiker-stiker mantan Presiden Soeharto sebelumnya yang memiliki tuturan seolah menanyakan kabar dan membandingkan dengan jaman keemasannya, 3) implikatur yang diinterpretasikan masyarakat, diantaranya ingin mempromosikan partai tersebut, menjaring kader dan simpatisan, suatu candaan, sindiran untuk penguasa, dan tantangan untuk rival politik, 4) daya pragmatik dari baliho tersebut kurang efektif dalam menarik simpatisan. Masyarakat lebih memandangnya sebagai tuturan yang lucu dan menarik saja, tidak lebih dari itu. Kata Kunci: Sosio-pragmatik, tindak tutur, konteks, implikatur, daya pragmatik, baliho, partai Nasdem. I. Pendahuluan Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran, fungsi, dan kegunaan yang begitu kompleks dalam kehidupan manusia. Salah satu peran, fungsi, dan kegunaannya tersebut seringkali kita jumpai dalam ranah politik. Thomas & wareing (2007:52-53) berpendapat bahwa politik selalu berhubungan dengan kekuasaan, termasuk usaha menjadi penguasa yang bisa dilakukan dengan kekerasan atau bahasa (membujuk agar masyarakat secara sukarela memilih menjadi penguasa). Cara yang kedua merupakan cara yang paling efektif saat ini, sehingga bahasa sangat tepat digunakan untuk untuk mencapai tujuan-tujuan politik untuk mendapatkan kekuasaan (Jones & Wareing dalam Thomas & Wareing, 2007:49). Dengan kata lain, bahasa digunakan sebagai media 406

persuasif atau mempengaruhi pikiran seseorang agar mau mendukung politikus tersebut. Aktifitas tersebut dapat ditemukan pada pidato kampanye atau politik, slogan-slogan parpol, spanduk kampanye, dan media-media lainnya termasuk baliho politik. Pada masa kampanye pemilu lalu di Yogyakarta, ada baliho menarik dari partai Nasdem (Nasional Demokrat) yang dapat ditemui di tiga titik pengamatan, yaitu simpang empat Monumen Jogja Kembali (Monjali) Sleman, simpang tiga jalan Colombo UNY Sleman, dan simpang tiga Playen Gunung Kidul. Baliho tersebut menampilkan gambar ketua umum Nasdem dan ketua Nasdem DIY yang sedang berjabat tangan. Di atasnya tertulis KABARKU APÉK, MBAH! TENANG WAE, TAK JAMIN, JAMANKU LUWIH PENAK, HE...HE...HE...!. Tuturan tersebut akan terlihat aneh dan membingungkan apabila dibaca tanpa mengetahui konteks yang melatarbelakanginya. Tuturan tersebut seperti tuturan yang menjawab pertanyaan seseorang yang menanyakan kabar, sehingga pihak penutur dalam baliho tersebut menjawab KABARKU APÉK, MBAH! (KABARKU BAIK -BAIK SAJA, KEK!). Orang yang menanyakan kabar tersebut dipanggil mbah ( kek dari kata kakek) yang disinyalir merupakan seseorang yang sudah tua. Kemudian, tuturan dalam baliho tersebut tiba-tiba menuturkan TENANG WAE, TAK JAMIN, JAMANKU LUWIH PENAK, HE...HE...HE...! (TENANG SAJA, SAYA JAMIN, JAMANKU LEBIH ENAK, HE...HE...HE...!) yang memberikan suatu jaminan untuk sesuatu hal yang diharapkan banyak orang. Berdasarkan situasi tersebut, muncullah berbagai pertanyaan, seperti apa maksud sebenarnya baliho tersebut? pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan? siapakah sosok yang dipanggil mbah tersebut sehingga muncul baliho ini? sehebat apakah pengaruh sosok mbah tersebut, sehingga partai Nasdem menjamin jamannya akan lebih enak? Kenapa partai Nasdem berani memberikan jaminan tersebut? Kenapa tuturan baliho tersebut terkesan seperti bercanda dengan memberikan ekspresi tertawa HE...HE...HE...? Pertanyaan-pertanyaan di atas akan dapat dianalisis dan dijawab menggunakan ilmu Sosio-pragmatik yang akan mengkaji tindak tutur, implikatur, konteks, serta pengaruhnya pada masyarakat umum. Secara keseluruhan, penelitian ini akan mengkaji dua hal, yaitu sisi kebahasaan ( tindak tutur, konteks, dan implikatur) serta daya pragmatik berdasarkan dampak dan respon dari masyarakat. II. Landasan Teori dan Metode Secara garis besar, Leech (1983:16 ) berpendapat bahwa sosio-pragmatik merupakan titik temu antara pragmatik dan sosiologi. Dengan kata lain, sosio-pragmatik lebih mengarah pada kajian pragmatik yang berkaitan dengan kondisi sosial tertentu, sedangkan kajian pragmatik yang lebih banyak mengkaji aspek linguistiknya disebut dengan pragmalinguistik oleh beliau. Pembagian aspek bahasan pragmatik ini kemudian digambarkan oleh Leech (1983:16) menjadi sebuah bagan sebagai berikut: Pragmatik Umum (Tata Bahasa) Pragmalinguistik Sosio-pragmatik (Sosiologi) berhubungan dengan berhubungan dengan 407

Bagan di atas menunjukkan bahwa pragmatik merupakan ilmu yang bisa bergerak kedalam (bahasa) dengan mengkaji tata bahasa melalui pragmalinguistik dan dapat pula bergerak keluar (bahas a) dengan mengkaji aspek sosiologi melalui sosio-pragmatik. Berdasarkan bagan di atas, Rahardi (2009:1) menggarisbawahi perbedaan mendasar antara pragmatik dan sosio-pragmatik, yaitu kajian pragmatik umum semata-mata didasarkan pada konteks situasi, sedangkan sosio-pragmatik didasarkan pada konteks sosial yang berpadu dengan konteks situasional. Jadi, sosio-pragmatik dapat diartikan sebagai kajian mengenai maksud tuturan yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial yang melingkupi terjadinya tuturan tersebut, seperti kebudayaan dan masyarakat bahasa, situasi-situasi sosial, kelas-kelas sosial, dll. Dalam kajian tersebut, tindak tutur, konteks, dan implikatur merupakan hal yang penting. Tindak tutur merupakan bagian terkecil dari komunikasi (Kenesei dalam Richter, 2006:77). Searle (dalam Wijana, 1996:17-22; Yule, 1996:48-49) mengemukakan setidaknya ada tiga macam tindak tutur, yaitu tindak lokusi (melakukan tindakan mengatakan sesuatu), tindak ilokusi (melakukan tindakan dalam melakukan sesuatu) dan tindak perlokusi (melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu), sedangkan konteks dipandang sebagai penentu maksud penutur (Mey, 1993:42). Oleh karena itu, suatu tuturan akan susah untuk dipahami ketika lawan tutur tersebut tidak memiliki konteks. Lebih lanjut, Mey ( 1993:99) mengartikan implikatur sebagai pemahaman tuturan dengan melakukan interpretasi-interpretasi dari suatu tuturan untuk menemukan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh penuturnya, sedangkan Wijana (1996:37-38), menjelaskan bahwa implikatur bukan merupakan bagian langsung dari tuturan yang mengimplikasikannya karena tuturan yang tidak ada keterkaitan secara semantis seringkali terjadi karena latar belakang pengetahuan suatu topik tuturan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tuturnya, sehingga masing-masing pihak dapat saling memahami. Bahasa sering dihubungkan dengan kekuasaan (Thomas & Wareing, 2007:52-53). Hubungan tersebut seringkali muncul pada ranah pragmatik. Ilmu pragmatik seringkali digunakan dalam wacana politik untuk mengubah atau membentuk opini publik tentang suatu hal yang menjadi tujuan politis melalui tindak tutur secara langsung atau implikatur secara tersirat atau tidak langsung (Thomas & Wareing, 2007: 56-57). Ilmu pragmatik tersebut juga banyak diterapkan dalam propaganda-propaganda wacana politik, dimana propaganda tersebut menggunakan berbagai media agar dapat tersampaikan pada sasarannya, salah satunya adalah baliho. Di sinilah digunakan ilmu Pragmatik dimana penggunaan implikatur dapat mengemas suatu propaganda secara tersirat atau tidak langsung. 408

III. Pembahasan A. Tindak Tutur Baliho di atas merupakan baliho yang menarik untuk disimak karena baliho ini berbeda dengan baliho partai politik kebanyakan. Bukan karena gambarnya menarik, tetapi lebih pada tuturannya yang menggelitik. Tuturan KABARKU APÉK, MBAH! (KABARKU BAIK-BAIK SAJA, KEK!) merupakan tindak tutur yang hanya memberikan informasi bahwa keadaan penutur baik-baik saja, sedangkan tindak tutur memberi informasi dan melakukan sesuatu dapat dilihat pada tuturan TENANG WAE, TAK JAMIN, JAMANKU LUWIH PENAK, HE...HE...HE...! (TENANG SAJA, SAYA JAMIN, JAMANKU LEBIH ENAK, HE...HE...HE...!). Tuturan tersebut memberikan informasi sekaligus jaminan sebagaimana penggunaan diksi TAK JAMIN pada tuturan tersebut mengindikasikan ada muatan janji di dalamnya. Tindak tutur ini dapat dikategorikan dalam tindak tutur komisif, dimana komisif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujaran, misalnya berjanji, bersumpah dan sebagainya (Searle dalam Leech, 1983:327). Tuturan pada baliho tersebut tidak hanya dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ilokusi, akan tetapi juga dapat dikategorikan dalam tindak tutuk perlokusi, dimana suatu tuturan dipandang memiliki daya pengaruh ( perlocutionary force) atau efek bagi pendengarnya yang dapat dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja oleh penuturnya (Wijana, 1996:19). Ketika seseorang sampai mau memberikan jaminan pastilah ada sesuatu diinginkan orang tersebut. Dengan kata lain, tuturan dalam baliho tersebut ingin mempengaruhi pembacanya untuk melakukan sesuatu dengan iming-iming jaminan yang diberikannya. B. Konteks Tuturan KABARKU APÉK, MBAH! (KABARKU BAIK-BAIK SAJA, KEK!) lazimnya merupakan tuturan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan seseorang yang menanyakan kabar. Kemudian, dilanjutkan tuturan TENANG WAE, TAK JAMIN, JAMANKU LUWIH PENAK, HE...HE...HE...! (TENANG SAJA, SAYA JAMIN, JAMANKU LEBIH ENAK, HE...HE...HE...!) yang secara tiba-tiba muncul dengan memberikan suatu jaminan pada orang yang bertanya tersebut. Tuturan tersebut sekilas memang tidak relevan, terlebih tidak disebutkan lawan tutur dalam baliho tersebut. 409

Maksud dari baliho ini tidak dapat ditangkap secara awam atau hanya dengan analisis struktural, namun ada konteks tertentu yang mewadahi tuturan tersebut. Peneliti : Berarti kata-kata itu adalah sebuah jawaban dari adanya fenomena terlebih dahulu? Responden 4 : Iya Peneliti : Apa itu? Bisa sedikit diceritakan? Responden 4 : Kata-kata yang dibelakang truk-truk itu. Peneliti : Yang bagaimana? Responden 4 : Kata katanya Piye kabare dab? Iseh penak jamanku to? (Lampiran, Wawancara 4) Fenomena stiker tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Hal yang harus digarisbawahi adalah pemahaman tentang konteks, dalam hal ini fenomena stiker mantan Presiden Soeharto yang menanyakan kabar dan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan di jamannya dengan mengatakan PIYE KABARMU LE? PENAK JAMANKU THO?, akan berpengaruh dalam memahami maksud penutur (partai Nasdem) dalam baliho tersebut. Gambar tersebut bukanlah dikarenakan Pak Harto akan menyalonkan diri sebagai presiden lagi, namun lebih pada ekspresi atau keluh kesah rakyat menengah ke bawah karena sebagaimana diketahui bahwa Pak Harto yang telah meninggal dunia tersebut masih memiliki tempat di hati wong cilik. Konteks itulah yang melatarbelakangi Baliho Nasdem untuk berganti mengambil hati rakyat kecil yang mengagumi era Soeharto tersebut. C. Implikatur Kajian mengenai implikatur juga dirasakan penting dimana keterikatannya dengan konteks akan dapat menjelaskan maksud-maksud implisit dari tindak tutur penuturnya. Pemahaman lawan tutur pada konteks tidak akan sama satu sama lain, sehingga menciptakan interpretasi-interpretasi yang berbeda-beda (Wijana dan R ohmadi, 2011:288). Hal ini juga dapat ditemui pada baliho nasdem ini, dimana maksud tujuan baliho tersebut diinterpretasikan bermacam-macam oleh masyarakat. baliho partai Nasdem tersebut diinterpretasikan masyarakat dengan berbagai pendapat dari pemahaman yang mereka tangkap, diantaranya ingin mempromosikan partai tersebut, menjaring kader dan simpatisan, suatu candaan, sindiran untuk penguasa, dan tantangan dimana masyarakat menganggap partai nasdem tersebut ingin menantang pemerintahan saat ini dan orde baru untuk membuktikan merekalah pilihan rakyat yang paling tepat. D. Keefektifan Daya Pragmatik Penelitian sederhana ini tidak hanya mengkaji fenomena tersebut dalam ranah pragmatik saja, namun juga akan dipandang dari sudut sosial. sebagian besar masyarakatnya menganggap baliho tersebut tidak memiliki dampak dan pengaruh yang signifikan, hal ini terlihat dalam kutipan-kutipan wawancara di bawah ini. 410

Peneliti : Menurut pengamatan Anda apakah pengaruh baliho ini terhadap masyarakat luas? Responden 2 : Kalau menurut saya mungkin menarik untuk dilihat, karena lucu, oh itu jawaban dari stiker Soeharto. Tapi kalau baliho itu bertujuan agar membuat saya memilih partai tersebut sepertinya tidak berpengaruh sama sekali Peneliti : Kalau response pribadi Anda? Responden 2 : Kalau menurut saya lucu, menarik, tapi kalau untuk membuat saya memilih partai tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali. (Lampiran 2, Wawancara 1) Peneliti : Menurut pengamatan Anda, adakah pengaruh baliho ini terhadap masyarakat luas? Responden 4 : Ya kalau saya sendiri sih udah gak ngaruh banget, udah iklan biasa tapi kalau untuk orang lain kurang tau juga, nanti pengen milih atau gak? (Lampiran 2, Wawancara 4) Peneliti : Trus bar moco tulisan niku kinten-kinten saged ngrubah pikirane jenengan mboten supadhos benjang milih Nasdem mboten? Responden 5 : Mboten. (Lampiran 2, Wawancara 5) Peneliti : Menurut pengamatan Anda bagaimana pengaruh baliho ini kepada masyarakat luas? Responden 2 : Kalau bercermin dari diri saya sendiri, baliho itu tidak berpengaruh, kalau menurut saya ini cuma untuk asyik-asyikan saja. Kalau menurut saya pemasangan baliho ini tidak tersampaikan ke masyarakat, karena ketika saya membaca baliho itu tidak membuat saya ingin memilih nasdem atau demokrat. (Lampiran 2, Wawancara 2) Kutipan-kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa baliho tersebut hanya sebatas menarik saja dari segi tuturannya, akan tetapi daya pengaruh ( perlocutionary force) dalam tuturannya tidak begitu kuat. Dengan kata lain, respon masyarakat yang diharapkan oleh partai Nasdem kurang memenuhi harapan. Berdasarkan narasumber dalam kutipan wawancara di atas, masayarakat seakan tidak terbujuk dengan tuturan yang memberi iming-iming TENANG WAE, TAK JAMIN, JAMANKU LUWIH PENAK, HE...HE...HE...! (TENANG SAJA, SAYA JAMIN, JAMANKU LEBIH ENAK, HE...HE...HE...!). Masyarakat hanya tertarik saja dengan kelucuan tuturan tersebut yang seakan menjawab fenomena tuturan mantan Presiden Soeharto yang berkembang di masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta. Jaminan yang diberikan partai Nasdem dalam tuturan baliho tersebut dirasakan kurang nyata atau belum ada buktinya, sehingga masyarakat masih enggan untuk terbujuk rayuannya. Dapat dikatakan bahwa masyarakat sekarang lebih kritis dimana diperlukan bentuk-bentuk yang bahasa yang tidak biasa dan menuntut bukti dari tuturan tersebut, jadi ketika ada partai yang hanya mengobral janji, masyarakat tidak terlalu meresponnya dengan baik. Lalu, efektifkah kampanye terselubung partai Nasdem tersebut? Sebagian besar responden mengatakan bahwa cara kampanye tersebut tidak efektif. IV. Simpulan Bahasa dalam ranah perpolitikan dianggap sebagai media yang mampu merubah atau memberikan pengaruh pada pola pikir manusia, memerintah pikiran manusia 411

bahkan merusak pikiran manusia. Pengaruh-pengaruh bahasa dalam ranah perpolitikan tersebut tidak bisa lepas dari media penyampaiannya. Baliho merupakan salah satu media yang sering digunakan para politikus untuk mengkampanyekan partai atau dirinya, sebagaimana baliho partai Nasdem di Yogyakarta. Dalam penelitian kali ini, tuturan dalam baliho tersebut akan diuraikan berdasarkan tindak tutur, konteks, dan implikaturnya. Selain itu, penelitian ini akan melibatkan aspek sosial yang akan mengkaji efek atau dampak tuturan baliho tersebut pada masyarakat dan bagaimana tanggapan masyarakat mengenai hal ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan kajian terhadap berbagai aspek persoalan terkait baliho unik partai nasdem tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa tuturan dalam baliho partai Nasdem tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ilokusi, yaitu bersumpah (Komisif), sekaligus perlokusi dengan membujuk pembacanya. Tuturan tersebut memiliki ikatan konteks yang kuat, dimana pembaca yang tidak memiliki konteks tidak akan memahami maksud dari tuturan tersebut. Konteks dalam baliho tersebut adalah adanya fenomena penyebaran stiker-stiker mantan Presiden Soeharto yang memiliki tuturan seolah bertanya kabar dan membandingkan dengan jamannya yang masih lebih enak. Implikatur yang diinterpretasikan masyarakat pun bermaca-macam, diantaranya ingin mempromosikan partai tersebut, menjaring kader dan simpatisan, suatu candaan, sindiran untuk penguasa, dan tantangan dimana masyarakat menganggap partai nasdem tersebut ingin menantang pemerintahan saat ini dan orde baru untuk membuktikan merekalah pilihan rakyat yang paling tepat. Usaha partai Nasdem tersebut ternyata kurang berhasil ketika dampak dan respon yang diberikan masyarakat kurang signifikan atau tidak sesuai dengan harapan dalam baliho partai Nasdem. Masyarakat lebih memandangnya sebagai tuturan yang lucu dan menarik saja, tidak lebih dari itu. Daftar Pustaka Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London: Routledge. Lasswel, Harold D. 1965. Studies in quantitative Sematics: Language of Politics. Cambridge, Mass: The Mitt Press. Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Mastoyo, Tri. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks. Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics: An Introduction. Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press. 412