II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teoritis. 1. Nilai Karakter. 1.1.Pengertian Karakter

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. dirinya sendiri, terhadap sesamanya, dan juga dalam hubungannya dengan Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sejarah Kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan. pada saat itu merumuskan pengertian Civics dengan:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

Transkripsi:

11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Nilai Karakter 1.1.Pengertian Karakter Karakter merupakan cerminan diri manusia terkait tentang tabiat seseorang dalam bertingkah laku yang menjadi kebiasaan dalam kesehariannya, tabiat tersebut bisa baik atau buruk. Hal itu tergantung pada pembentukan karakter dalam lingkungannya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam Heri Gunawan (2012:23) bahwa karakter itu erat hubungannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Menurut Thomas Lickona dalam Heri Gunawan (2012:23) menyebutkan bahwa pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Menurut Ramli dalam Heri Gunawan (2012:23) pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk

12 pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga Negara yang baik. Menurut Heri Gunawan (2012 : 23) Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengarui karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencangkup keteladanan bagaimana prilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan bagaimana hal terkait lainnya. Menurut H.Soemarno dalam Merli (2011:25) Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang mewujud dalam system daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita. Pandangan lain tentang karakter yang dikemukakan oleh Kusuma (2007:80) sebagai berikut: Istialah karakter dianggap sama dengan kepribadian, kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentuk-bentukan yang diterima dari lingkungan. Istilah karakter juga dipahami oleh seseorang yang memiliki kepribadian, seseorang dipandang memiliki karakter atau tidak memiliki karakter atau karakter disamakan dengan kepribadian. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat khas yang terpatri pada diri seseorang, diwujudkan melalui nilai-nilai moral kemudian menjadi ciri khas seseorang yang terbentuk dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini guru dapat membantu membangun dan membentuk watak peserta didik

13 agar karakter kepribadiannya dapat sejalan dengan jati diri bangsa. Seperti menurut Kemendiknas (2010) sebagaimana disebutkan dalam buku induk kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa tahun 2010-2025 sebagai berikut: pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangakat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadara terhadap nilai-nilai budaya; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. 1.2. Nilai-nilai Karakter Yang Perlu Dikembangkan Secara umum telah kita ketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Namun nilai yang dimaksud dalam karakter ini dapat dikatakan sebagai keyakinan seseorang dalam menentukan pilihan. Seperti yang dikemukakan oleh Gordon Allfort seorang ahli psikologi kepribadian sebagaimana dikutip oleh Mulyana (2004:9) nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Allfort menetapkan keyakinan pada posisi yang lebih tinggi, ketimbang hasrat, motif, sikap keinginan dan kebutuhan.

14 Selanjutnya, menurut Richard Eyre dan Linda dalam Heri Gunawan (2012 : 31) menyebutkan bahwa: nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. selanjutnya Richard menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut (1) kemampuan untuk berlipat ganda atau bertambah, meskipun sering diberikan kepada orang lain, dan (2) kenyataan bahwa makin banyak nilai yang diberikan kepada orang lain makin banyak pula nilai serupa yang diterima atau dikembalikan dari orang lain. Menurut Heri Gunawan (2012 : 31) nilai adalah merupakan rujukan untuk bertindak. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan seseorang yang menjadi pertimbangan sebelum ia bertindak dalam menentukan pilihannya yang menghasilkan perilaku positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. Character Count di Amerika sebagaimana dikutip oleh Majid (2011:43) mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar yang harus ditanamkan kepada siswa, mencakup 10 karakter utama, yang mencakup; (1) dapat dipercaya (trustworthiness); (2) rasa hormat dan perhatian (respect); (3) tanggung jawab (responsibility); (4) jujur (fairness); (5) peduli

15 (caring); (6) kewarganegaraan (citizenship); (7) ketulusan (honesty); (8) berani (courage); (9) tekum (diligence); (10) integritas (integrity). Kemudian dalam kemendikbud merilis beberapa nilai-nilai pendidikan karakter sebagai mana terlihat dalam tabel berikut : Tabel 2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran No Nilai Deskripsi 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa

16 dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang bicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Sumber: Paskur Kemdikbud, Pengembangan Pendidikan, hlm. 9-10. Dilihat dari beberapa point nilai karakter yang dijelaskan, SMA N 1 Terbanggi Besar hanya menerapkan 6 nilai karakter sesuai dengan visinya yaitu : religius, disiplin, menghargai prestasi, cinta damai, peduli lingkungan, dan peduli sosial. Hubungan antara kualitas karakater dan kemajuan bangsa amat erat. Bangsa yang maju ditandai dengan kualitas karakter

17 masyarakatnya yang baik. Thomas Lickona, (seorang profesor pendidikan dari Cortland University), mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. Dengan kata lain, jika sepuluh tanda itu ada di Indonesia, bersiap-bersiap bahwa Indonesia aka menuju jurang kehancaruan. Ke sepuluh tanda tersebut adalah: 1. Mengingkatnya kekerasan di kalangan remaja/ masyarakat 2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/ tidak baku 3. Pengaruh peer group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat 4. Meningkatkanya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba alkohol, dan seks bebas. 5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. 6. Menurunnya etos kerja 7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru 8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok 9. Membudayanya kebohongan/ ketidak jujuran dan 10. Adanya rasa saling curigai dan kebencian di antara sesama. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia kini sangat gencar mensosialisasikan pendidikan karakter. Bahkan Kemendiknas sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

18 Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi pelajaran dan menjawab soal-soal ujian. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, berani, malu berbuat curang, malu membiarkan lingkungannya kotor dan lain-lain. Pembiasaan karakter ini tidak terbentuk secara instan, namun memerlukan waktu dan berlatih secara serius serta proposional agar mencapai bentuk dan kekuatan karakter yang ideal. 2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara dua pihak yaitu guru dan siswa. Guru memberikan informasi dan arahan terkait materi mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Informasi yang diberikan oleh guru berupa tulisan-tulisan, audio visual, gambar-gambar dan lain-lain sesuai dengan mata pelajaran yang akan memberikan arahan untuk membantu siswa dalam menambah pengetahuan. Ristina dalam Merli (2011:32) mengemukakan mengenai pembelajaran sebagai berikut: Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik (warganegara) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan pembelajaran.

19 Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008 : 40) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan oleh pendidik atau sumber belajar kepada siswa yang dilakukan dalam lingkungan belajar di lembaga pendidikan. 2.2. Pendidikan Kewarganegaraan 2.2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dan sikap terhadap pribadi dan perilaku siswa. Siswa berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, baik agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Hal ini bertujuan agar warganegara Indonesia menjadi cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif serta mempunyai karakter yang khas sebagai bangsa Indonesia yang

20 dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 39 Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara dengan pemerintah agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendapat Sumarsono (2002: 6) menyatakan : Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali siswa dengan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Arnie Fajar (2005: 141) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006: 11), Pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama

21 serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui: 1) Civic Intellegence Yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, mupun sosial. 2) Civic Responsibility Yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab. 3) Civic Particiption Yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan. CICED (Center For Indonesian Civic Education) dalam Cholisin (2001: 1) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses transformasi yang membantu membangun masyarakat yang heterogen menjadi satu kesatuan masyarakat Indonesia, mengembangkan warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap Tuhan, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, memiliki sensitivitas politik, berpartisipasi politik, dan masyarakat madani (Civic Society). Salah satu komponen yang masuk kedalam keterampilan kewarganegaraan adalah keterampilan intelektual kewarganegaraan

22 (intellectual skill) yaitu keterampilan yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran kewarganegaraan yang meliputi kajian atau pembahasan tentang negara, warga negara, hubungan antara negara dengan warganegaranya, hak dan kewajiban negara dan warga negara, masalah pemerintahan, hukum, politik, moral, dan sebagainya. Sedangkan keterampilan intelektual mengandung arti keterampilan, kemauan, atau kapabilitas manusia yang menyangkut aspek kognitif, bukan aspek gerakan (psycomotor) fisik atau sikap (Depdiknas 2003: 3). Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian. Adapun substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari: 1. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) Mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Secara rinci materi pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hokum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak,

23 konstitusi, sejarah nasional, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik. 2. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) Meliputi keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta dan aktif mewujudkan masyarakat madani, proses pengambilan keputusan politik, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya. 3. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) Mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma, dan nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas dan sebagainya Dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, karena pendidikan kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik, berakhlak, dan bertanggung jawab sesuai dengan Falsafah dan Konstitusi Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Berdasarkan pendapat di atas, dapat simpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memiliki peranan

24 dalam membentuk karakter bangsa dengan memberikan pengetahuan mengenai moral, etika, hubungan antar warga negara, pemenuhan hak dan kewajiban warga negara, kesadaran terhadap hukum dan politik sehingga tercipta suasana yang demokratis sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2.2.2. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006: 11) menyatakan visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian warga negara yang cerdas, partisipasif, dan bertanggung jawabyang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis. Berdasarkan kepada visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka dapat dikembangkan misi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut: 1) Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan intelektual kearah pembentukan warga negara yang demokratis. 2) Menyusun substansi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokratis yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalamkonteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam pilar-pilar demokrasi Indonesia.

25 2.2.3. Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tindak lanjut visi dan misi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006: 11) juga mengajukan fungsi pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Numan Sumantri (2001: 166), fungsi Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber pengetahuan lainnya, yang kesemuanya itu diproses guna melatih siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup yang berdemokratis yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. 2.2.4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tim Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006: 12), tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut: 1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

26 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau tidak langsung degan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 2.2.5. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma, hokum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di kelompok belajar, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional. 3. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional, pemajuan HAM, penghormatan dan pelindungan HAM.

27 4. Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan dalam hokum. 5. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan, dan kostitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dan hubungan dasar Negara dengan konstitusi. 6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintah desa dan kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan pengamalan nilai-nilai pancasila. Melihat dari ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan, diharapkan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat berperan sebagai pendidikan yang dapat merubah sikap generasi muda yang mulai kurang mengindahkan nilai luhur bangsa menjadi generasi muda yang dapat memegang dan mengaplikasikan nilai, norma dan budaya sebagai jati diri bangsa.

28 B. Kerangka Pikir Pendidikan kewarganegaraan berpengaruh cukup besar dalam membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dimana Pendidikan Kewarganegaraan memiliki esensi untuk melaksanakan pendidikan yang demokratis, Hal ini dapat diwujudkan melalui pembekalan pembelajaran Civic Intellegence, Civic Responsibility, dan Civic Particiption. Pembelajaran ini mempengaruhi pembentukan karakter siswa dalam mengaplikasikan nilai karakter budaya bangsa yang diantaranya religius, disiplin, menghargai prestasi, cinta damai, peduli lingkungan, dan peduli social sebagai jati diri kita yang sesungguhnya. Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan kerangka pikir sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Pikir Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X) 1. Proses interaksi peserta didik dengan guru 2. Proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar 3. Proses interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar Karakter Siswa (Y) 1. Religius 2. Disiplin 3. Menghargai prestasi 4. Cinta damai 5. Peduli lingkungan 6. Peduli sosial