HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan


BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, penghayatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DI DEALER SUMBER BARU MOTOR JUNIOR YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang undang No.

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

BAB IV HUKUM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

PROSEDUR BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA JEMBER

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

AKIBAT PERCERAIAN DISEBABKAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Studi Kasus Putusan Nomor : 1098/Pdt.G/2008/PA.Dmk Di Pengadilan Agama Demak

BAB I PENDAHULUAN. tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DENGAN AKTA PERDAMAIAN DI PENGADILAN AGAMA BANTUL

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,


KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP BENDA JAMINAN DI PERUM PEGADAIAN CABANG IMOGIRI

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun Tentang. Perkawinan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPERUBAHAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

PEDOMAN PRAKTIS BERPERKARA

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

Transkripsi:

HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata -1 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh: NAMA : VINCE ANGELIA NIM : 20020610157 JURUSAN : ILMU HUKUM PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM BAGIAN : HUKUM PERDATA KEKHUSUSAN : PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2009 i

HALAMAM PENGESAHAN Skipsi Ini Berjudul HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU Disusun Oleh VINCE ANGELIA 20020610157 Telah Dipertahankan Dalam Ujian Pendadaran, Dinyatakan Lulus, Serta disahkan didepan Tim Penguji Jurusan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ketua Penguji DEWI NURUL M.,S.H.,M.Hum NIK : 153027 Penguji I Penguji II Wiratmanto, S.H.,M.Hum Endang Heriyani,S.H.,M.Hum NIK : 153002 NIK : 132005041 ii

Landasan Iman Adalah Jiwa Yang Suci Landasan Keikhlasan Adalah Hati Yang Jernih Landasan Tekad Adalah Semangat Yang Kuat Membara Landasan Usaha Adalah Kemauan Yang Keras dan Landasan Pengorbanan Adalah Akidah Yang Kokoh Shalatmu Adalah Cahaya Ketika ManusiaTidur Terlena Umurmu Adalah Keuntungan Besar Bila Engkau Memanfaatkannya Membiarkan Waktu Berlalu Yang Tiada Makna dan Ari, adalah Kerugian Besar Yang Tak Dapat Ditebus Dalam Kerendahan Hati Ada Ketinggian Budi Dalam Kemiskinan Hrat Ada Kekayaan Jiwa Dalam Kesempitan Hidup Ada Keluasan Imu Hidup Ini Idah Jika Dijalani Karena Allah dan Selalu Merasa Hanya Dialah Maha Pelindung iii

KATA PENGANTAR Bissmilahirrohmanirrohim Assalamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas karunia Allah SWT sehingga penyusunan skripsi yang berjudul HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ni disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segenap doa, bantuan, dukungan serta saran dan nasehat dari berbagai pihak, yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT, yang selalu memberikan aku kekuatan untuk terus berjuang demi meraih kesuksesan dan kemudian terwujud kebahagiaan ini. 2. Bapak Endrio Susilo, S.H.,MCL. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. iv

3. Bapak Wiratmanto, S.H.,M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat atas penulisan skripsi ini. 4. Ibu Endang Heriyani, S.H.,M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih Bu sudah sabar dalam membimbing dan menuntun saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Bapak/Ibu para Dosen Fakultas Hukum, terima kasih atas semua ilmunya yang telah diberikan selama di perkuliahan. 6. Seluruh Civitas Akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 7. Bapak Yon Hendri dan Ibu Marlina, ayah dan ibu makasih atas semua doa dan pengorbanan baik tenaga, perasaan, maupun materi yang telah diberikan kepada ayu dari sebelum lahir munkin sampai kita dipisahkan oleh Allah SWT nanti. 8. Terima kasih nenek atas doa dan perhatian yang nenek berikan. 9. Adik-adikku, Alm. Hanggara Prayoga (ayu yakin walaupun Angga sudah tidak bersama kita lagi Angga juga pasti ikut bahagiakan atas keberhasilan ayu ini), Anggita Tri Julianti (tolong berubah ya dek jangan suka bohong lagi dan makasih sudah nganterin ayu ; kemana-mana). 10. Temen-temenku yang banyak membantu aku dalam setiap kesempatan. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini serta bantuan dan support dari kalian yang memacuku dalam tugas akhir ini. Harapan penulis semoga penelitian terhadap masalah yang diangkat oleh penulis dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, baik itu untuk peneliti sendiri, pihak lain v

yang mengadakan penelitian yang serupa. Namun penulis menyadari dalam penulisan penelitia ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi. Wassalamu alaikum Wr. Wb Yogyakarta, Agustus 2009 Penulis vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN TENTANG PERKAWINAN DAN HARTA BERSAMA... A. PERKAWINAN... a. Pengertian dan Tujuan Perkawinan... 10 b. Asas Perkawinan... 12 c. Syarat Sahnya Perkawinan... 14 d. Cara Pelaksanaan Perkawinan... 20 e. Akibat Hukum Adanya Perkawinan... 20 f. Putusnya Perkawinan... 24 B. HARTA BERSAMA a. Pengertian Harta Bersama... 25 b. Pengaturan Harta Bersama... 29 c.terjadinya Harta Bersama... 32 d.kedudukan Janda/Duda Atas Harta Bersama... 34 e. Pembagian Harta Bersama... 36 BAB III METODE PENELITIAN... 38 BAB IV HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU a. Terjadinya Perceraian... 41 b. Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian... 44 vii

c. Hak-hak Janda/Duda Setelah Perceraian... 45 d. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Janda/Duda Dalam Hal Manatan Suami/Istri Tidak Melaksanakan Putusan Hakim Terkait Dengan Harta Bersama... 51 e. Eksekusi Pelaksanaan Putusan di PengadilanAgama... 55 BAB V PENUTUP a. Simpulan... 60 b. Saran... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN Sejak dilahirkan manusia telah mempunyai hubungan dengan manusia lain dalam suatu kelompok yang di kenal dengan masyarakat. Mulai dari hubungan orang tua sampai pada pergaulan dalam kehidupan masyarakat. Karena manusia tidak dapat hidup menyendiri satu sama lainnya, maka akan sangat lumrah apabila terjadi hubungan antara dua orang dalam bentuk kerja sama maupun untuk saling berhubungan melanjutkan keturunan agar tidak punah. Perkawinan merupakan ikatan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri guna membina kehidupan bersama. Menurut Pasal 1 Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP), bahwa pengertian perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Agar perkawinan dapat berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang dilarang oleh aturan agama maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka syarat sahnya suatu perkawinan adalah: Syarat perkawinan sebagaimana yang tercantum dalam hukumnya Ahmad Azhar Basyir meliputi 3 hal yaitu: 1. Mempelai perempuan halal dinikahi oleh laki-laki yang akan menjadi suaminya. 2. Dihadiri oleh 2 orang saksi 1

2 3. Adanya wali perempuan yang melakukan akad. 18 Syarat-syarat perkawinan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12 UUP dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perkawinan didasarkan persetujuan kedua calon mempelai, 2. Seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus izin orang tua, 3. Perkawainan hanya diizinkan jika prianya berusia 19 tahun dan wanitanya 16 tahun. 4. Bila terdapat penyimpangan terhadap butir diatas maka meminta dispensasi kawin kepada pengadilan. Perkawinan akan menimbulkan berbagai macam akibat dan menimbulkan berbagai macam masalah. Akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya perkawinan dapat berupa hak dan kewajiban meliputi suami dan istri, hak dan kewajiban orang tua dan anak, hak dan kewajiban terhadap harta bersama. 1. Hak dan kewajiban antara suami istri Hak dan kewajiban tersebut bersifat seimbang baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam kehidupan masyarakat. Hak istri adalah kewajiban bagi suami begitu juga sebaliknya hak suami adalah kewajiban bagi istri. Hal ini seperti yang tercantum dalam Pasal 30 UUP yang menyebutkan bahwa suami istri mempunyai kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Di dalam Pasal 31 (1) UUP menyebutkan bahwa hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan 18 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Indonesia., hlm. 27

3 kedudukan suami dalam hal kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 2. Hak dan kewajiban antara orang tua terhadap anak Perkawinan juga dimaksudkan untuk memperoleh keturunan yang sah yang akan meneruskan kehidupan keluarga. UUP membagi kedudukan anak menjadi dua anak sah dan anak luar kawin. Menurut UUP Pasal 42 yang dimaksud dengan anak sah adalah anak yang lahir dalam akibat perkawinan yang sah. UUP tidak memberikan definisi yang jelas mengenai anak luar kawin hanya terdapat dalam Pasal 43 UUP bahwa anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan dengan ibunya dan keluarga ibunya. Hubungan antara orang tua dan anak menimbulkan hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang sifatnya timbal balik, yaitu ada hak dan kewajiban orang tua pada salah satu pihak dan kewajiban anak pada pihak lain. Orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mendidik anaknya dengan sebaikbaiknya sampai anak tersebut kawin atau berdiri sendiri dan sebaliknya anak berkewajiban untuk menghormati orang tuanya. Setelah anak itu dewasa ia wajib memelihara orang tuanya menurut kadar kemampuannya. 3. Hak dan kewajiban terhadap harta benda dalam perkawinan UUP mengatur hak dan kewajiban suami istri terhadap harta benda dalam Pasal 35 dapat ditarik simpulan adalah harta kekayaan dalam perkawinan dikenal 2 macam, yaitu harta bersama dan harta bawaan masing-masing suami istri. Adapun yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta yang di

4 peroleh setelah mereka dalam ikatan perkawinan atas usaha mereka berdua atau salah satu pihak. Selanjutnya yang dimaksud dengan harta bawaan menurut Pasal 35 ayat (2) UUP harta yang dibawa suami istri kedalam perkawinan yang merupakan harta perolehan suami istri yang merupakan hadiah atau warisan. Meskipun perkawinan untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia namun dalam perkawinan terkadang terdapat hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan atau keluar dari tujuan perkawinan itu sendiri, malah akan mengakibatkan ketidak cocokan antara kedua belah pihak yang membuat mereka merasa hubungan suami istri tidak dapat dilanjutkan lagi, sehingga dengan keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya perceraian. Menurut Subekti perceraian diartikan sebagai penghapus perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. 19 Dengan melihat ketentuan-ketentuan dalam UUP dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Perceraian maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa perceraian ada dua macam, yaitu cerai talak dan cerai gugat. Cerai talak berlaku bagi suami yang beragama Islam seperti yang dirumuskan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Mengenai cerai gugat, menurut Wantjik Saleh adalah perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan terlebih dahulu oleh salah satu pihak kepada pengadilan dan adanya putusan pengadilan. 20 19 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, hlm. 42 20 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia., hlm. 40

5 Setelah berlakunya UU yang mengatur tentang perkawinan, tidaklah mengatur perceraian secara terperinci melainkan secara umum saja yaitu hanya menyebut tentang putusnya hubungan perkawinan. Di samping itu setelah berlakunya UU PA Nomor 7 Tahun 1989 yang menandai berdirinya Peradilan Agama dan Impres Nomor 1 Tahun 1991 sebagai landasan hukum di Pengadilan Agama. Menurut Pasal 38 UUP dikatakan bahwa perkawinan dapat putus karena tiga hal, yaitu kematian, perceraian, dan keputusan pengadilan. Perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan tertentu yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Pasal 19 Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP, adalah: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan, 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena alasan yang lain di luar kemampuan, 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama lebih dari 5 tahun atau hukuman yang lebih besar setelah perkawinan berlangsung, 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman dan penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain,

6 5. Salah satu pihak mendapatkan cacat atau penyakit badan yang dapat mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau istri, 6. Antara suami atau istri terus-menerus terjadi perselisihan dan tidak ada harapan lagi akan hidup rukun dalam rumah tangga lagi. Putusnya perkawinan karena perceraian ini dapat menimbulkan akibat hukum yang dapat mempengaruhi hak dan kewajiban antara bekas suami atau bekas istri, orang tua dan anak, serta hak dan kewajiban tentang harta benda bersama dalam perkawinan. 1. Akibat Hukum Terhadap Anak Terdapat dalam Pasal 41 ayat (a) yaitu bahwa bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata hanya berdasarkan kepentingan anak. Apabila terjadi perselisihan, hak asuh atas anak diputuskan oleh pengadilan. Pasal 41 ayat (b) bahwa yang bertanggung jawab terhadap biaya perawatan dan pendidikan anak adalah bapak, tapi apabila dalam keadaan bapak tidak dapat memenuhi maka pengadilan akan memutuskan bahwa ibu juga ikut bertanggung jawab atas biaya tersebut. 2. Akibat Hukum Terhadap Bekas Suami Terdapat dalam Pasal 41 ayat (c) bahwa pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan juga menentukan suatu kewajiban kepada bekas istri. Apabila kewajiban-kewajiban suami tersebut tidak dipenuhi, maka bekas istri berhak mengadukannya kepada hakim di Pengadilan Agama.

7 3. Akibat Hukum Terhadap Harta Bersama Menurut Pasal 37 bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukum masing-masing. Yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing yaitu hukum agama, hukum adat, dan hukum lainnya. Mengenai akibat hukum yang menyangkut harta bersama ini undang-undang menyerahkan pada pihak yang bercerai tentang hukuman dan hukum apa yang berlaku, jika tidak ada kesepakatan maka hakim dapat mempertimbangkan menurut rasa keadilan yang sewajarnya. 21 Bagi mereka yang beragama Islam, peraturan kedudukan janda atas harta bersama terdapat dalam Pasal 96 dan 97 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI. Pasal 96 menyatakan apabila terjadi cerai atau mati maka harta bersama menjadi hak pasangan hidup yang lebih lama. Dan Pasal 97 dikatakan bahwa janda atau duda yang cerai atau hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditemukan hal yang lain dalam perjanjian perkawinan. 22 Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahannya adalah bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh janda/duda dalam hal mantan suami/mantan istri tidak melaksanakan putusan hakim mengenai pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Lubuk-linggau? Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah: 21 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia., hlm. 189 22 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam., hlm. 137

8 1. Tujuan Obyektif Adapun tujuan obyektif, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui upaya hukum oleh janda dalam hal ini mantan suami tidak melaksanakan putusan hakim terhadap harta bersama di Pengadilan Agama Lubuk-linggau. 2. Tujuan Subyektif Adapun tujuan subyektif, dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata-1 pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu dengan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpul dan mempelajari data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum primer terdiri dari: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. c. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer yang terdiri dari: a. Buku-buku yang membahas tentang perkawinan.