BAB IV Konsep Perancangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK. Tabel V.1 Program Ruang

Pusat Pameran Perdagangan dan Konvensi Kota Surakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015


Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Hotel Resort Di Gunungkidul

LEMBAGA SITE PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II A MALANG T E M A METAMORFOSIS KONSEP K O N S E P

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

International Fash on Institute di Jakarta

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

LINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

Transkripsi:

BAB IV Konsep Perancangan 4.1. Konsep Pemintakatan Tapak Gambar 36. Peta lokasi Taman Sriwedari A: Pendopo Sriwedari B: Museum Radyapustaka C: Gedung Wayang Orang D: Kolam buatan E: Stadion Sriwedari Pemintakatan tapak disesuaikan dengan kondisi eksisting lahan. Bangunan yang menjadi perhatian utama adalah bangunan pendopo dan museum. Kedua bangunan ini merupakan ikon dari kawasan Taman Sriwedari sejak zaman kerajaan, sehingga kehadirannya sudah sangat terintegrasi dengan kawasan Taman Sriwedari itu sendiri. Maka dalam perancangan tapak harus selalu memperhatikan kedua bangunan eksisting ini. Pada area ini sifat ruangnya terasa lebih formal. Hal ini terlihat dengan pola bangunan yang simetris, baik dari bentuk maupun orientasi. Semakin ke belakang, sifat ruang menjadi lebih informal dan rekreatif. Kehadiran eksisting berupa kolam buatan juga menjadi perhatian utama. Kolam ini merupakan tempat peristirahatan raja pada zaman dahulu, sehingga juga merupakan warisan heritage dari kawasan 46

Taman Sriwedari. Pengolahan selanjutnya dari kolam tersebut adalah dengan menjadikannya ruang terbuka publik. Diusulkan pada pulau di tangah pulau untuk dijadikan taman kota sebagai sarana umum bagi warga kota. Rekreatif Formal Gambar 37. Pemintakatan Tapak Secara umum, tapak secara umum dibagi menjad dua bagian berdasarkan sifat kegiatan: bagian depan bersifat formal, dan bagian belakang lebih informal dan rekreatif. Pada area depan dan tengah, tapak lebih banyak digunakan bagi pengunjung untuk aktivitas formal (konvensi), sedangkan parkir diletakkan pada area belakang. Hal ini dilakukan agar area depan tidak terganggu dengan parkir, sehingga pengunjung tidak terganggu baik secara fisik maupun visual.penempatan area parkir di daerah belakang juga membuat sirkulasi kendaraan menjadi lebih terkonsentrasi di belakang, dan terdapat jalur langsung untuk keluar melalui gerbang belakang. 47

Gambar 38. Area Perancangan Kapling area perancangan bagian A, terletak pada bagian depan yang bersifat formal. Peruntukan lahan pada area tersebut lebih tepat untuk fungsi yang lebih formal yaitu fasilitas konvensi. Bagian tersebut diapit oleh dua bangunan eksisting pendopo dan museum yang terikat kaidah-kaidah kesimetrisan dalam penempatan dan perancangan. Penempatan massa di area tersebut nantinya juga akan terpengaruh oleh kaidah tersebut, sebagai bentuk respon dari kondisi eksisting. Sedangkan untuk area B yang terdapat pada zona non formal, diperuntukan bagi fasilitas pameran, yang lebih rekreatif, pengunjung bebas mengakses, baik dari arah jalan utama di depan, jalan sekunder di belakang, dari arah kolam, maupun dari area gedung wayang orang dan kawasan Sriwedari secara keseluruhan, yang dihubungkan secara ruang 48

4.2. Konsep Gubahan Massa A: Massa gedung konvensi B: Massa gedung pameran Gambar 39. Perletakan Massa Konsep gubahan massa yang digunakan mengikuti kosep pemintakatan tapak yang telah dilakukan sebelumnya. Massa dibagi menjadi dua bagian besar sesuai dengan fungsi utama yaitu massa pertama untuk fasilitas konvensi, dan massa kedua sebagai fasilitas pameran. Pembagian menjadi dua massa didasari oleh kebutuhan ruang yang cukup besar dari kedua fungsi tersebut, yang keduanya membutuhkan bentang yang besar, yang mempunyai dampak pada struktur bangunan. Kedua massa tersebut kemudian diletakkan sesuai dengan pembagiannya dengan perletakan fasilitas konvensi di daerah depan dekat jalan utama Jl. Slamet Riyadi, dengan pertimbangan bahwa fasilitas ini memerlukan akses sirkulasi yang cukup efisien dan dapat digunakan sebagai massa penangkap dari arah jalan utama yang berada di depannya. 49

Gambar 40. Perletakan massa A Massa A adalah bangunan gedung konvensi. Orientasi dan bentuk massa mengikuti pola-pola di sekitarnya yang simetris dan berorientasi lurus ke arah jalan utama. Dengan pengulangan pola ini dalam rangka untuk menegaskan kedudukan kedua bangunan eksisting. Ruang antara yang tercipta digunakan untuk sirkulasi dan penghijauan. Gambar 41. Perletakan massa B Massa kedua, yang berfungsi sebagai fasilitas pameran, diletakkan pada daerah belakang, dekat dengan area danau, sehingga dapat mendapat view yang lebih baik. Penempatan massa pada daerah ini 50

juga mengakomodasi pencapaian bagi pengunjung pameran yang datang dari arah belakang. Sesuai dengan pemintakatan tapak, daerah belakang bersifat rekreatif, dilihat dari susunan massa yang cenderung bebas, tidak terlalu terikat dengan kesimetrisan seperti pada area formal di depan, dan area danau yang organik. Oleh karena itu massa yang terbentuk lebih bebas, tidak terikat dengan sumbu x dan y, utara-selatan, tetapi tetap mempunyai orientasi yaitu danau buatan. Bidang yang lebih panjang menghadap ke arah danau untuk memaksimalkan pandangan. 4.3. Konsep Sirkulasi dan Pencapaian Jalur masuk utama untuk masuk ke dalam fasilitas ini adalah melalui gerbang utama Taman Sriwedari, yang telah menjadi ikon kuat dari kawasan tersebut, yang menghadap jalan utama Jl. Slamet Riyadi. Akan tetapi selain melalui gerbang Taman Sriwedari, dimungkinkan juga untuk masuk melalui jalan masuk museum. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung sbelum masuk ke dalam area konvensi dan pameran diantarkan terlebih dahulu melewati bangunan eksisting berupa museum dengan maksud memberi pemahaman dan penghargaan terhadap bangunan lama. : utama : sekunder Gambar 42. Pencapaian ke dalam site 51

Akses dan pencapaian ke dalam fasilitas pameran dan konvensi, selain dicapai dari arah depan, juga dapat dicapai melalui arah jalan belakang, yang relatif lebih relatif lebih sepi dan lebih banyak digunakan untuk kendaraan roda dua dan kendaraan tidak bermotor. Sehingga pada area belakang lebih mengutamakan pengunjung yang menggunakan sepeda motor, becak, dan pejalan kaki. : jalur utama kendaraan : sikulasi mikro kendaraan : drop off Gambar 43. Pola sirkulasi kendaraan Jalur utama kendaraan merupakan wujud respon untuk mengurangi kepadatan sirkulasi kendaraan pada jalan yang mengapit area oerancangan, yaitu Jalan Slamet riyadi dan Jalan Kebangkitan Nasional. Jalan utama kendaraan selain berfungsi untuk akses utama menuju area 52

perancangan, tetapi juga sebagai wujud apresiasi dan kontribusi terhadap konteks transportasi urban. Jalur ini dapat digunakan untuk sirkulasi bagi pengendara kendaraan yang dari Jalan Sriwedari menuju Jalan Kebangkitan Nasional atau sebaliknya, sehingga menjadi lebih efisien. Selain jalur utama terdapat jalur-jalur mikro yang berfungsi untuk memudahkan perputaran sirkulasi di area perancangan. Pada dasarnya konsep yang ingin ditonjolkan adalah pengutamaan terhadap pejalan kaki. Pada area perancangan, dioptimalkan lahan pada area terbuka untuk digunakan pejalan kaki, yang semuanya dirancang terintegrasi, tidak hanya pada fasilitas pameran dan konvensi, tetapi menyatu dengan daerah-daerah di sekitarnya seperi kolam, museum, pendopo, dan gedung wayang orang. 4.4. Konsep Lanskap / Tata hijau Taman Sriwedari pada awal pembangunan direncanakan sebagai taman kota, tempat masyarakat kota berekreasi. Tentu hal ini sangat berpengaruh dalam penataan lanskap dan penghijauan. Pada kawasan Taman Sriwedari terdapat pohon-pohon besar yang telah ada sejak zaman kerajaan, yang kebanyakan berupa pohon beringin, terletak pada gerbang utama kawasan serta pada area kolam. Pohon-pohon tersebut oleh sebagian orang dipercayai keramat, sehingga pada bagian tertentu dari pohon-pohon tersebut masih terdapat sesajen. Gambar 44. Pohon-pohon eksiting Sumber: foto pribadi 53

Terlepas dari pengkeramatan pohon oleh sebagian kelompok warga kota, kehadiran pohon-pohon tersebut merupakan potensi tersendiri bagi kawasan Taman Sriwedari, baik secara visual maupun substansial. Oleh karena itu dalam perancangan lanskap, eksisting pohon-pohon besar tetap dipertahankan, untuk selanjutnya seselaraskan dengan penanaman tanaman dan pohon baru dalam perancangan tata hijau. Sistem penghijauan di area perancangan banyak dikonsentrasikan pada daerah-daerah tempat berkumpul banyak orang, seperti pada plaza terbuka bagian timur, area kolam, dan area parkir belakang yang memang dirancang banyak digunakan oleh pejalan kaki. Cuaca di kota Surakarta relatif panas, mencapai suhu tertinggi rata-rata mencapai 33 0 C. Oleh karena itu sistem peneduh bagi pejalan kaki harus menjadi perhatian. Gambar 45. Pola tata hijau 54

Pola penghijauan yang diterapan terkait dengan konsep pemintakatan yang telah dilakukan. Area depan yang bersifat lebih formal, pola-pola penghijauan yang dierapkan juga cenderung formal, linier, dan berfungsi sebagai penegas kesimetrisan bangunan eksisting berupa pendopo dan museum Pada area pameran di belang dan sekitarnya, pola yang digunakan cenderung organik, mengikuti sifat ruang yang lebih kreatif dan lebih mengalir. Penataan pepohonan dibuat sedemikian rupa agar tercipta pengalaman ruang yang menyenangkan. Pada daerah kolam pola penghijauan mengikuti pola yang telah ada sebelumnya, mengikuti pola pulau yang melingkar. Pada area parkir juga ditanami pohon sesuai dengan pola parkir, berfungsi sebagai peneduh dan secara keseluruhan menambah presentasi penghijauan di area perancangan. Pada ruang antara banguan konvensi dan museum coba lebih dilunakkan dengan penempatan beberapa pohon, dengan pola linier. Berfungsi sebagai pengarah dan peneduh bagi pengunjung. Pada area plaza terbuka diletakkan jajaran pohon di daerah yang berbatasan dengan daerah danau sebagai pembatas karakter ruang, tetapi tidak membatasi secara ruang dan visual. Gambar 46. Pohon peneduh di antara dua massa Gambar 47. Jenis-jenis vegetasi Pohon pengarah (berbentuk lonjong) Pohon peneduh Perdu 55

4.5. Konsep Ruang Luar Ruang-ruang luar berfungsi sebagai simpul-simpul yang mengikat bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya, baik bangunan baru maupun bangunan lama. Penempatan ruang luar yang sangat mendominasi memang menjadi fokus utama terkait dengan isu kebutuhan ruang luar dan terkait dengan pola penghijauan, sebagai bagian dari proses revitalisasi Taman Sriwedari. Ruang-ruang luar ini berfungsi sebagai plaza, taman kota untuk kepentingan publik, dan sebagian untuk parkir kendaraan. Gambar 48. Metode figure ground, untuk mengetahui perbandingan solid-void dalam tapak Dari metode tersebut di atas terlihat jelas bahwa persentase ruang luar masih cukup luas. Ruang-ruang terbuka tersebut kemudian dihubungkan agar tercipta aliran ruang yang lebih dinamis, menyatukan keseluruhan tempat di dalam area perancangan dengan kawasan eksisting. 56

Ruang luar yang dibentuk dibuat sangat mengalir, dalam rangka merespon kebutuhan akan ruang publik dan untuk menghubungkan simpul-simpul aktivitas dalam kawasan Taman Sriwedari, terutama antar pendopo, museum, kolam buatan, dan gedung wayang orang. Gambar 49. Daerah arsir: ruang luar yang terhubung secara makro Pembentukan ruang luar juga dibantu oleh penataan vegetasi. Ruang-ruang luar yang sebelumnya mengalir bebas, mulai didefinisikan dengan bantuan perletakan tanaman dan pohon. Ruang-ruang luar tersebut tetap berhubungan antar satu dengan yang lain, tetapi di daerah-daerah tertentu ruang tersebut didefinisikan lebih lanjut untuk menunjukkan karakter dari area tersebut. Pada area A adalah ruang luar yang berfungsi sebagai plaza terbuka, sekaligus mengikat kedua massa yang terpisah Gambar 50. Pendefinisian ruang luar dengan bantuan vegetasi. Daerah arsir: ruang-ruang mikro 57

4.6. Konsep Fasade Tampak dan tampilan bangunan tetap merefleksikan kearifan budaya lokal. Elemen yang ingin diambil dari unsur-unsur lokal adalah bagian-bagian dari pendopo rumah jawa, yang pada dasarnya terdiri atas elemen dasar atap dan tiang, atau dapat diartikan lebih lanjut dengan elemen vertikal dan horisontal. Elemen-elemen ini yang kemudian diterapkan kembali ke dalam perancangan. Penggunaan kolom-kolom bulat, serta permainan bidang mencoba menguatkan unsur-unsur vertikal. Gambar 51. Tiang-tiang dalam rumah tradisional jawa Sumber: Java Style, Archipelago Press Bangunan tradisonal jawa mempunyai elemen-elemen arsitektural utama berupa kolom dan atap, yang diterjemahkan lebih lanjut sebagai unsur vertikal dan horisontal. ------------------------ atap ------------------------ kolom ------------------------ lantai 58

Ketiga elemen utama tersebut diterjemahkan ke dalam bidangbidang vertikal dan horisontal yang diterapkan di dalam tampak bangunan Gambar 52. Transformasi bentuk dari unsur-unsur tradisional menjadi bidang-bidang utama fasade Gambar 53. Transformasi bentuk lanjutan Bidang-bidang utama dielaborasi lebih lanjut sesuai dengan desain yang diinginkan, dengan menghilangkan unsur vertikal dari atap limas Gambar 54. Wujud fasade bangunan setelah elaborasi lebih lanjut. Unsur vertikal dari atap limas dihilangkan, diganti dengan penggunaan atap datar, yang merupakan antitesis dari bentuk atap eksisting yang telah mendominasi kawasan Sriwedari, yaitu atap limas pada pendopo dan museum. Material yang dipakai pada arah utara dan selatan banyak menggunakan material kaca. Selain untuk pencahayaan alami, juga memberi kesan ringan dan reflektif terhadap dua bangunan eksisting yang ada di sebelahnya. 59

4.7. Sistem Utilitas Sistem utilitas terbagi atas berbagai sistem, antara lain: sistem saluran air, sistem pengkondisian udara, sistem elektrikal, sitem mekanikal. Sistem proteksi kebakaran. 1) Sistem penyaluran air Sistem saluran air terbagi atas tiga bagian: saluran air bersih, saluran air kotor (buangan dari wastafel dan talang), dan saluran air kotoran (buangan dari toilet). Air bersih didapat dari dua sumber, air saluran PAM dengan air pompa dari tanah. Air bersih kemudian disimpan di dalam ground reservoir utama, yang terletak pada plaza terbuka di antara dua massa utama bangunan. Dari grond reservoir, air bersih disalurkan dengan pompa menuju tangki air atap di masing-masing bangunan. Dari rooftank, air bersih disalurkan menuju kamar mandi dan dapur. Sistem saluran air kotor yaitu saluran air buangan dari wastafel dan talang, yang tidak membutuhkan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang. Saluran ini langsung menuju got untuk kemudian dibuang menuju riol kota. Sistem saluran air kotoran adalah saluran buangan dari WC. Saluran ini dibuang menuju septictank yang berada di bagian bawah. Kemudian adalah saluran untuk proteksi kebakaran. Untuk kebutuhan proteksi kebakaran terdapat cadangan air khusus pada tangki air atap, agar selalu siap apabila terjadi bahaya kebakaran. Saluran proteksi kebakaran disalurkan pada tiap ruangan, yang bekerja secara otomatis, terhubung dengan sistem deteksi kebakaran. Gambar 55. Skematik penyaluran air. 60

2) Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara terbagi dalam dua sistem pada masing fungsi bangunan. Pada fasilitas konvensi, sistem pengkondisian udara menggunakan sistem pengkondisian udara sentral, terutama pada ruang utama auditorium. Pada ruang-ruang penunjang di sekeliling auditorium, masing-masing menggunakan AC window unit, sesuai dengan kebutuhan tiap ruang. Pada fasilitas pameran, sistem pengkondisian udara dibagi menjadi dua sistem, sesuai dengan konsep ruang pameran yang dapat dibagi menjadi dua ruang yang lebih kecil. Oleh karena itu sistem pengkondisian udara pun dibagi menjadi dua sistem AC sentral. Apabila hanya satu ruangan kecil yang terpakai, sistem pengkondisian udara yang digunakan hanya satu bagian saja, sehingga dapat lebih menghemat energi. Untuk ruang-ruang penunjang pada gedung pameran menggunakan AC window unit sesuai dengan kebutuhan tiap ruang. Terdapat juga bagian-bagian yang menggunakan penghawaan alami seperti ruang mekanikal elektrikal, toilet, dan pre-function yang menghadap danau. Gambar 56. Sistem pengkondisian udara Gedung pameran menggunakan dua sistem AC sentral yang terpisah Gedung konvensi menggunakan satu sistem AC 61

3) Sistem Elektrikal Sistem elektrikal yang dimaksud antara lain terdiri atas: 1) Sistem tata lampu/cahaya 2) Sistem tata suara 3) Sistem telepon 4) Sistem deteksi bahaya kebakaran 5) Sistem keamanan CCTV 6) Sistem teknologi informasi 1) Sistem tata lampu/cahaya Sistem tata lampu yang digunakan pada ruang auditorium pada fasilitas konvensi menggunakan lampu sorot, terutama pada bagian panggung. Pada fasilitas pameran tata lampu juga diatur sedemikian rupa agar barang-barang yang dipamerkan dapat terlihat dengan jelas oleh pengunjung. Selain sistem tata lampu indoor, dipasang juga tata lampu outdoor, yang diletakkan pada area plaza, sepanjang koridor jalan, pedestrian, dan area di sekitar kolam. 2) Sistem tata suara Sistem tata suara diutamakan pada fasilitas konvensi yang membutuhkan penataan suara yang bagus. Hal ini didukung dengan desain ruangan yang mempunyai sistem akustik yang cukup. 3) Sistem deteksi bahaya kebakaran Sistem deteksi bahaya kebakaran berupa heat detector dan smoke detector. Diletakkan pada area inddor seperti ruang auditorium, ruang pameran, ruang-ruang rapat, dan lobby. Sistem deteksi bahaya kebakaran ini terhubung langsung dengan sistem sprinkler sehingga apabila terjadi hal-hal yang dapat memungkinkan terjadinya kebakaran dapat secara langsung ditanggulangi. 4) Sistem telepon Terdiri dari beberapa jenis, tergantung pada penempatan dan jenisnya. 62

a. Bilik telepon publik Dapat berupa tekepon koin maupun kredit, dengan bilik individual. b. Telepon individual Koneksi PABX yang dilengkapi dengan meteran dan penghalang sinyal c. Press room Dipasang baik telepon publik maupun individu. Pemasangan telex juga dibutuhkan. d. Kantor administrasi dan pengelola PABX pada kantor manajemen, sistem internal (PAX) untuk area operasional. e. Private Automatic Branch Exchange Dapat menyediakan untuk bermacam-macam layanan, seperti: pesan, alarm, panggilan keluar, panggilan masuk, dan panggilan jarak jauh harus melalui operator. 5) Sistem keamanan CCTV Sistem keamanan CCTV diletakkan pada sluruh area indoor dan outdoor. Diletakkan pada lobby utama, ruang pameran dan auditorium, ruang-ruang rapat, koridor (sirkulasi), dan sebagian pada plaza terbuka. 6) Sistem teknologi informasi Sistem teknologi informasi yang dimaksud adalah koneksi internet wireless (hot spot) yang diletakkan pada fasilitas konvensi. Layanan ini diltakkan menjangkau hampir seluruh area konvensi seperti ruang auditorium, lobby utama, dan ruang-ruang pertemuan. 63