BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KEBUN BINATANG TINJOMOYO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab I. Pendahuluan. Tabel 1. Pertumbuhan industri manufaktur Indonesia Sumber: BPS -Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

MUSEUM ZOOLOGI DI BOGOR PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

2 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembar

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Bab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

WISATA TAMAN BURUNG KARANG KITRI BEKASI

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari Indonesia bagian timur hingga barat, di laut dan di darat serta pada setiap pulau, karena lokasi negara Indonesia sendiri memiliki keunikan pada letak geografis yang mempengaruhi tingginya endemisitas flora, fauna maupun mikroba. Hingga saat ini, tercatat bahwa Indonesia memiliki jumlah algae 1500 spesies, tumbuhan berspora yaitu berupa jamu 80.000 spesies, lumut kerak 595 spesies, paku-pakuan 2197 spesies, tumbuhan berbiji 30.000-40.000 spesies flora (15.5% dari total jumlah flora di dunia) dan pada setiap pulau di Indonesia memiliki presentasi endemik rata-rata mencapai 30%. 1 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman spesies dan genetik. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau Total Spesies Endemik % Endemik Jawa 6305 2902 46 Kalimantan & Maluku 9956 3936 40 Papua 9518 4380 46 LSI 2442 1343 55 Sulawesi 5972 2225 37 Sumatra 8391 1891 23 (sumber : PUSLIT BIOLOGI LIPI2014) Sementara di sisi lain, Indonesia menduduki ranking empat di dunia dalam hal jumlah spesies yang terancam kepunahannya, serta dihadapkan tekanan dan ancaman yang tinggi terhadap keanekaragaman tumbuhan di habitatnya. Diperkuat dengan fakta keanekaragaman 1 Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014 1

hayati khususnya spesies flora, tercatat terdapat 1172 spesies flora yang terancam punah yang semula hanya dilaporkan 755 spesies (Widjaja dkk). Padahal sebagian besar kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia belum semua sudah tereksplorasi baik mengenai jumlah spesies maupun potensinya di darat dan di laut, bahkan terdapat spesies yang sudah terancam punah sebelum diketahui. 2 Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kelangkaan Keanekaragaman Flora di Indonesia (sumber : Keanekaragaman Kehati Indonesia) 1.1.2 Kurangnya Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Masyarakat Indonesia Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah berperan besar untuk kebutuhan manusia maupun untuk tujuan pengelolaan ekosistem. Misalnya sebagai kebutuhan pangan, kesehatan, sumber energi, penyedian air dan udara bersih dsb. Namun keanekaragaman hayati di Indonesia belum secara maksimal memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya sendiri. Hal ini terjadi karena perubahan iklim, polusi yang meyebabkan hilangnya penyerbuk flora yang penting bagi kelangsung hidup flora, spesies invasif yang merajai suatu tempat sehingga punahnya jenis asli dan lebih ironis adalah aktivitas dari manusia sendiri yang menyebabkan fragmentasi habitat keanekaragaman hayati. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia menyebabkan keanekaragaman hayati di Indonesia belum berkorelasi secara maksimal dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Tanpa adanya tindakan perlindungan, keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dipastikan menuju kepunahan dalam waktu yang singkat. 2 Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014 2

1.1.3. Penunjang Konservasi sebagai Strategi Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Terhadap Keanekaragam Hayati Terkait dengan isu kelangkaan keanekaragaman hayati pemerintah telah mengeluarkan peraturan hukum untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia yaitu, pasal 26 Undang- Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, bahwa pemanfaatan SDA hayati dan ekosistemnya harus dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dan pemanfaatan jenis tumbuhan serta satwa liar. 3 Peran pemerintah dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia adalah membangun kebun raya yang dijadikan sebagai kawasan konservasi. Saat ini, sudah terdapat 25 kebun raya dan empat diantaranya berada dibawah manajemen LIPI atau negara, dan selebihnya merupakan kebun raya pemerintah daerah dengan pendekatan ekoregion. Pendekatan ekoregion dipilih karena pendekatan ini dianggap komprehensif dengan mempertimbangkan keseluruhan kondisi biofisik lingkungan yang meliputi iklim, tanah, air, tumbuhan dan satwa asli, juga pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Gambar 1.2 Peta Persebaran Kebun Raya di Indonesia (sumber : Keanekaragaman Kehati Indonesia, TPKR 2013) Dari 25 kebun raya yang telah dibangun di Indonesia baru merepresentasikan 15 ekoregion dan membutuhkan setidaknya 47 kebun raya untuk menampung dan mengkonservasi spesies-spesies tumbuhan yang khas dan spesifik ekoregion tersebut, juga spesies-spesies langka dan terancam kepunahan serta spesies-spesies yang bernilai ekonomi. Untuk membuka peran serta masyarakat dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati disekitarnya, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dalam melaksanakan pencadangan sumber daya 3 Kementrian Lingkungan Hidup. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia, 2014 3

alam termasuk sumber daya alam hayati, pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau perseorangan dapat membangun taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan, yang diamanatkan dalam Pasal 57 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1.1.4. BSD City Sebagai Salah Satu Penunjang Konservasi Keanekaragaman Hayati Kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City merupakan salah satu kota mandiri yang terletak di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kota mandiri BSD tidak hanya merupakan sebuah kawasan pemukiman, tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya, seperti sekolah, plaza niaga, pasar modern, pusat kawasan bisnis, sarana olahraga, taman kota, dan lain-lain. Dalam masa perkembangan kota BSD, salah satu rencana masterplan pada kawasan BSD tahap dua akan dibangun sebuah Botanical Park yang akan dibangun di sempadan Sungai Cisadane yang melewati kota BSD. Dengan luas lahan ±54 ha dengan harapan Botanical Park tersebut dapat menjadi suatu kawasan konservasi sekaligus sebagai kawasan rekreasi yang berorientasi alam serta sebagai pusat pembelajaran bagi pengembangan perumahan di BSD City. 4 Gambar 1.3 Lokasi Proyek (sumber : Hidayat, Rahmat. Proses Perancangan BSD City Botanical Park di PT Sheils Flynn Asia, Bogor, 2009) 4 Hidayat,Rahmat.ProsesPerancanganBSDCityBotanicalParkdiPTSheilsFlynnAsia,Bogor,2009 4

1.2 Permasalahan Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini meliputi permasalahan umum (non arsitektural) dan permasalahan khusus (arsitektural) antara lain sebagai berikut : 1.2.1 Permasalahan Non Arsitektural Permasalahan non arsitektural merupakan tanggapan terhadap kebutuhan kawasan akan fasilitas yang tepat sehingga berperan dalam pengembangan botanical tropicarium yang berperan dalam pengembangan lingkungan penunjang konservasi dan rekreasi. 1. Bagaimana kebijakan-kebijakan yang diberikan pemerintah dalam untuk membuat sarana konservasi atau penunjang konservasi sebagai tempat untuk menyadarkan manusia dan berperan dalam pelestarian keanekaragaman hayati 2. Bagaimana aspek edukasi sebuah botanical tropicarium yang berperan sebagai wadah ilmu pengetahuan serta penelitian untuk dunia pendidikan yang optimal 3. Bagaimana kelayakan sisi komersial dalam botanical tropicarium sehingga dapat menarik pengunjung 1.2.2 Permasalahan Arsitektural Permasalahan arsitektural merupakan tanggapan terhadap isu-isu terkait keanekaragaman hayati sehingga botanical tropicarium dapat dijadikan sebagai fasilitas penunjang konservasi sekaligus tempat rekreasi alam yang mampu memenuhi perancangan arsitektur yang baik. 1. Bagaimana fungsi sebuah botanical tropicarium yang berperan dalam desain edukasi 2. Bagaimana aplikasi teori biomimetik merespon permasalahan desain botanical tropicarium 3. Bagaimana tapak terpilih dapat menunjang sebuah desain botanical tropicarium 1.3 Tujuan & Sasaran 1. Mengajarkan kepada masyarakat akan kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia 2. Mengembalikan kepedulian dan respect akan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati 3. Menghasilkan konsep botanical tropicarium yang dapat menciptakan komunikasi antara manusia dan tanaman 5

1.4 Metoda 1.4.1. Metoda Pengumpulan Data 1. Observasi Kegiatan ini meliputi survey lapangan berupa gambar, foto, dan data skematik untuk mendapatkan penjelasan mengenai fungsi botanical tropicarium yang akan dirancang. 2. Studi Literatur Lingkup studi literature terkait botanical tropircarium dengan segala aspeknya dari denah, sirkulasi, program ruang, pencahayaan, hingga tempat parkir. Penjelasan dan penerapannya terkait dalam buku-buku penelitian dan literature lainnya. 3. Wawancara Kegiatan wawancara berguna untuk mengetahui permasalahan yang ada pada bangunan Botanical Tropicarium dalam sudut pandang pengguna dan pengamat. 4. Studi Kasus Kegiatan ini meliputi studi komparasi bangunan botani yang ada di beberapa negara dan beberapa konsep yang mengacu pada metode perancangannya. 1.5 Keaslian Penulisan Dalam penulisan laporan penelitian ini terdapat beberapa laporan yang memiliki pendekatan teori desain yang serupa namun terdapat beberapa perbedaaan yang menjadi keunikan laporan penelitian penulis. Persamaan yang paling jelas antara laporan penelitian penulis dengan laporan penelitian lainnya adalah pada teori arsitektur biomimetik. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada fungsi bangunan yang dimana pada laporan penelitian penulis merupakan bangunan Botanical Tropicarium sedangkan laporan penelitian lain, fungsi bangunan sebagai Aquaworld Park pada Kebun Binatang Surabaya, yang dimana mangembil analogi struktur dari terumbu karang yang hanya diaplikasikan sebagai penggunaan struktur utama bangunan serta bentuk bangunan. Laporan penelitian yang menggunakan teori biomimetik ini adalah Aquaworld Park Kebun Binatang Surabaya, Karya Holanda Desy Prawitasari (07/250919/TK/32468). Yang kedua adalah Museum Biologi Yogyakarta sebagai Ekspresi dari Keanekaragaman Hayati di Indonesia karya Ardhyasa Fabrian Gusma (07/256820/TK/33403). Bangunan ini merupakan museum biologi dengan koleksi tanaman yang bersifat mati. Persamaan pada laporan ini adalah tujuan dalam memperkenalkan keanekaragaman hayati kepada masyakarat, sedangkan letak perbedaannya pada teori arsitektur yang digunakan, yaitu Ekspresi Arsitektur yang merupakan cabang dari arsitektur kontemporer. 6

1.6 Kerangka Pemikiran Gambar 1.3 Kerangka Berfikir (sumber : analisa penulis) 7

1.7 Sistematika Penulisan Dalam penulisan Pra Tugas Akhir ini, sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut, yang pertama (1) Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang pemilihan tema, permasalaan yang ada pada tema tersebut, arah dan lingkup pembahasan, serta format sistem dan metodelogi penulisan yang digunakan. Kedua (2) adalah Bab II Kajian Pustaka yang berisi dasar-dasar perancangan Botanical Tropicarium, serta dasar-dasar teori untuk perancangan desain arsitektur bangunan konservasi. Ketiga (3) adalah Bab III Kajian Lapangan yang berisi tentang analisis daerah Kota BSD, area yang diperbolehkan untuk dibangun, serta lokasi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan botanical tropicarium. Keempat (4) adalah Bab IV Analisis yang berisi hasil penggabungan fungsi terhadap konteks, konteks terhadap tema, tema terhadap fungsi, dan hasil analisa bagaimana ditemukan konsep perancangan yang tepat. Kelima (5) Bab V Konsep adalah berisi tentang deskripsi konsep, dasar-dasar desain yang akan dimasukan, detail desain yang melatar belakangi pengembangan desain di tahap selanjutnya. 8