EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH

PENGHITUNGAN EMISI KARBON DARI LIMA SEKTOR PEMBANGUNAN BERDASAR METODE IPCC DENGAN VERIFIKASI FAKTOR EMISI DAN DATA AKTIVITAS LOKAL

Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PERMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI, SURABAYA PUSAT

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Komposisi Sampah dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca pada Pengelolaan Sampah Domestik: Studi Kasus TPA Winongo Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

Kontribusi Limbah Cair dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Terhadap Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3

Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

SNTMUT ISBN:

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER. Oleh. Tina Mulya Gantina

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

Tembalang, Semarang

Evaluasi Emisi Baseline Dari Pengolahan Limbah Cair di DKI Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

Bab V Hasil dan Pembahasan

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

SNTMUT ISBN:

PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB IV DASAR PERENCANAAN

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 )

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 41-47 Jakarta, Juni 2009 ISSN 1441-318X EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA Wahyu Purwanta, dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Landfills are very important issue on the solid waste management (SWM), because recently, there is no landfill site in Indonesia that is managed properly. The landfill site which is unmanaged will become a source of the GHGs emission, mainly the methane emission. According to this study, Indonesia s landfill site receives nearly 49 million tons of waste/year. Based on the Indonesian population, using FOD IPCC Tier-2 method, CH 4 generated from MSW sector (landfill only) in 2000 is 574.65 Gg CH 4 and increase up to 584 Gg in 2005, and 586 Gg in 2008. The increase number of this CH 4 emission is caused by the increase of population number that will increase the waste production and also increase the volume waste that is collected in the disposal area. The quantity of the domestic wastewater will increase corresponding to the increase of population. The GHGs emission potential from domestic wastewater sector in Indonesia can be estimated from the amount of population and BOD weight per capita per day. For calculating the amount of CH 4 generation from domestic wastewater, the population increasing number used as assumption is 1.3% per year and a BOD weight number is 40 g/cap/day with the methane generation potential is 0.6 kg CH 4 per kg of BOD wastewater For the domestic wastewater, using the year 2000 data, the calculated methane emission is 470.12 Gg/ year. With business as usual (BAU) and the population rate of 1.3% per year, the methane emission in 2004 is 499.27 Gg and increase to 520.52 Gg in 2007. Key words : Municipal Solid Waste, Domestic Wastewater, GHGs emission 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan data emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada dasarnya adalah aktivitas manajemen data dan merupakan bagian utama dari kegiatan pengkajian GRK. Keberadaan data emisi GRK secara nasional akan memberi arah bagi pengambilan kebijakan pembangunan. Hal ini disampaikan dalam UNFCC Article 2.. stabilisasi konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat aman... dimana tingkat aman menurut IPCC adalah 450 550 ppm. Pada dasarnya upaya inventarisasi emisi GRK juga akan berguna dalam hal tindakan pengurangan emisi melalui instrumen ekonomi (misal Certified Emission Reduction). Inventarisasi emisi GRK maupun potensi Carbon Sink-nya akan sangat berguna bagi Indonesia dalam perundingan-perundingan atau negosiasi internasional terlebih berdasar pengalaman pernah ada isu bahwa Indonesia adalah emitor terbesar ke tiga di dunia terkait dengan seringnya terjadi kebakaran hutan. Hal-hal seperti ini hanya bisa di-counter dengan data yang akurat. Salah satu sektor yang turut menyumbang emisi GRK adalah limbah (waste sector). Dalam 2006 IPCC Guidelines for National GHGs inventory, waste sector meliputi sampah perkotaan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (managed dan unmanaged solid waste disposal site), pengolahan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus: 41-47 41

sampah secara biologis (anaerobic digester), incineration (pembakaran terkendali) dan open burning (pembakaran terbuka) serta limbah cair domestik dan industri (domestic and industrial wastewater) 1). Dalam tulisan ini akan disampaikan hasil-hasil penghitungan emisi CH 4 (GRK dengan Global Warming Potential sebesar 21) dari TPA sampah dan limbah cair domestik di Indonesia. Pembakaran terbuka dan limbah cair industri tidak dihitung karena keterbatasan data-data secara nasional. Sedang anaeroic digestion tidak dihitung karena relatif tidak ada dalam skala yang besar di Indonesia. 1.2. Dasar Teori Proses-proses yang menghasilkan gas bio di TPA terkait dengan dekomposisi mikrobiologi dari materi organik di TPA. Farquhar membagi proses-proses tersebut kedalam empat fase yakni ; (1) aerobik; (2) anaerobik, non-methanogenik; (3) anaerobik methanogenik, unsteady; dan (4) anaerobik, methanogenik steady 2). Pada fase 1 (aerobik), rongga-rongga di TPA terisi udara (kira-kira 20% oksigen dan 80% nitrogen). Keberadaan oksigen ini memicu proses dekomposisi bakteri aerob dan menghambat proses anaerob. Pada laju penggunaan oksigen yang terus meningkat, proses pembentukan CO 2 juga terus terjadi, sehingga komposisi gas akan berubah dan secara perlahan keberadaan oksigen tergantikan oleh CO 2. Pada fase 2, sesaat setelah konsentrasi oksigen cukup rendah, dimulailah prosesproses anaerobik dan fakultatif. Pada mulanya, hidrolisis (ekstra seluler, proses enzimatik) hadir untuk mereduksi materi partikulat organik menjadi unsur-unsur yang dapat larut. Proses ini membutuhkan kelembaban yang cukup maupun kontak fisik antara mikroorganisme dengan limbah. Limbah kemudian memecah dengan bantuan berbagai enzim seperti; cellulose (cellulose) glucose protein (protease) asam amino starch (amylase) glucose fats (lipase) fatty acids Selama proses hidrolisis ini tidak terjadi produksi gas. Namun segera setelah berbagai gula dan asam-asam organik terbentuk, akan digunakan oleh mikroba melalui berbagai rantai metabolic guna memproduksi asam-asam organik sederhana, air, karbon dioksida, ammonia dan bahkan hidrogen (H 2 ). Selama tahap fermentasi asam ini, produksi CO 2 berjalan sangat cepat. Dari berbagai penelitian dilaporkan komposisi gas CO 2 mencapai 50-70% setelah 11 hingga 23 hari, atau hampir 90% setelah 40 hari. Pada fase 3, gas methane (CH 4 ) mulai terbentuk; laju pembentukan CO 2 menurun dan pembentukan H 2. Periode fase III dilaporkan antara 180 hingga 500 hari. Pada fase 4, ini adalah fase pembentukan gas methane steady, gas berada dalam komposisi yang konstan dan tetap. Berbagai penelitian memperlihatkan komposisi gas metan sebanyak 50 hingga 66% dalam kesetimbangan dengan CO 2. Selain TPA sampah, sumber utama gas metan adalah juga berasal dari limbah cair. Limbah cair seperti dari domestik (rumah tangga dan perkantoran) maupun industri bila dalam kondisi anaerob atau sengaja diolah secara anaerob dapat menjadi sumber emisi GRK yakni CH 4, N 2 O maupun CO 2, hanya saja CO 2 tidak diperhitungkan karena dianggap biogenik. Limbah cair beserta lumpur yang dihasilkan dapat menghasilkan CH 4 jika terdegradasi secara anaerob. Banyaknya emisi CH 4 yang dihasilkan sangat tergantung oleh kuantitas materi organik degradable dalam limbah, temperatur dan jenis pengolahan 4). Seiring meningkatnya suhu maka produksi CH 4 akan meningkat, ini umumnya mudah terjadi pada sistem-sistem pengolahan yang tidak dikontrol dengan baik dan di wilayah beriklim tropis. Pada suhu di bawah 15 0 C, maka produksi CH 4 cenderung menurun 42 Wahyu Purwanta, dkk. 2009

dan tidak signifikan jumlahnya karena mikroba methanogeic tidak aktif, sebaliknya akan sangat signifikan produksinya manakala di atas 150C. Faktor utama yang menentukan besaran potensi emisi CH 4 adalah kandungan material organik dalam limbah cair. Parameter umum dalam mengukur kandungan materi organik ini adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Dapat dikatakan bahwa nilai BOD maupun COD yang lebih tinggi juga akan menghasilkan CH 4 yag lebih tinggi. Untuk Indonesia, secara umum nilai limbah cair dari domestik umumnya sebesar 0,6 kg CH 4 /kg BOD 5). 2. METODOLOGI Penghitungan emisi GRK dari sub sektor sampah perkotaan dilakukan terhadap timbunan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan pertimbangan, di TPA lah akumulasi CH 4 akan lebih banyak terjadi dibanding di tempat lain. Emisi CH 4 di TPA dihitung dengan model First Order Decay (FOD), dimana data-data inputan model dapat berupa default atau data riil yang dipunyai suatu negara. Adapun langkah-langkah penghitungannya adalah ; 1. Mengumpulkan data generation rate sampah baik secara nasional, kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. 2. Mengumpulkan data pengelolaan sampah untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil serta secara nasional. 3. Mengumpulkan data komposisi sampah yang masuk ke TPA yang sesuai IPCC criteria, untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil serta nasional. 4. Survei data primer untuk generation rate, % sampah ke TPA dan komposisi sampah di TPA untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil. 5. Mengolah data yang didapat dan memasukkan dalam IPCC Waste Calculation. Bangkitan metan (CH 4 ) yang timbul dalam suatu TPA diperkirakan dengan persamaan 1) : DDOCm = W. DOC. DOCf. MCF W = mass of decomposable DOC deposited (Gg) DOC = degradable organic carbon in the year of deposition, fraction (Gg C/Gg waste) DOCf = fraction of DOC that can decompose (fraction) MCF = CH4 correction factor for aerobic decomposition in the year of deposition Lo = DDOCm. F. (16/12) Lo = CH 4 generated potential, Gg CH 4 DDOCm = mass of decomposable DOC, Gg F = fraction of CH 4 in generated landfill gas (vol. fraction) 16/12 = molecular weight ratio CH 4 /C (ratio) Langkah-langkah dalam penghitungan CH 4 dari sub sektor limbah cair adalah; 1. Mengumpulkan data sosek (pendapatan dll) penduduk. 2. Mengumpulkan data jumlah buangan air limbah per kapita, baik untuk daerah perkotaan (urban), semi urban dan pedesaan (rural). 3. Mengumpulkan data jumlah penggunaan septic tank, lantrine, sewer atau yang belum membuang secara baik air limbahnya, baik di perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan. 4. Mengumpulkan data centralized waste treatment yang ada di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya persen pelayanan, metode pengolahan dan efisiensi pengolahan. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus: 41-47 43

Adapun formula perhitungan sesuai 2006 IPCC Guidelines adalah1) : TOW = Total organik dalam limbah cair pada tahun inventarisasi, kg BOD CH4 S = Komponen organik yang disisihkan sebagai lumpur (sludge) pada tahun inventarisasi, kg BOD/tahun Ui = Fraksi populasi pada di golongan pendapatan i pada tahun inventarisasi Tij = Tingkat utilisasi sistem/ jalur pengolahan dan pembuangan, j, untuk tiap fraksi golongan pendapatan i pada tahun inventarisasi i = Golongan pendapatan:pedesaan, perkotaan pendapatan rendah, perkotaan pendapatan tinggi j = Tiap jalur/sistem pengolahan/ pembuangan EFj = Faktor emisi, kg CH 4 /kg BOD R = Recovery CH 4 pada tahun inventarisasi, kg CH 4 /tahun 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Limbah Padat/Sampah Dalam penelitian ini digunakan beberapa parameter yang didapat dari hasil penelitian lapangan tetapi beberapa parameter lain tetap menggunakan default IPCC, sehingga metode ini termasuk dalam Tier-2. Tahap pertama adalah menentukan data-data awal dan mengganti data default yang ada dengan data yang kita miliki. Jika dalam default IPCC, generation rate sampah adalah 0,7 kg/org/hari (Asia Tenggara) dan 0,76 kg/org/hari (Indonesia), maka berdasarkan penghitungan dari berbagai data dan klasifikasi kota didapat angka 0,61 kg/kap/hari. Angka ini mendekati perhitungan B.G Yeoh dalam Municipal Solid Waste Generation and Composition (ACST, 2006) sebesar 0,6 kg/org/hari 6). Demikian pula rerata penanganan sampah, berdasar data default IPCC, didapat data 80% sampah terangkut ke TPA. Angka ini dianggap terlalu besar untuk kondisi saat ini. Dari perhitungan tim dan data dari berbagai sumber, rerata terangkut ke TPA untuk kota besar adalah 40% sedangkan kota lain diluar kota besar adalah 30 %. Dengan demikian maka parameter penghitungan adalah : 1. Jumlah penduduk tahun 2005 : 218.868.791 2. Tingkat pertumbuhan penduduk : 1,3 % 3. Generation rate sampah 0,61 kg/org/ hari 4. Sampah terangkut ke TPA : kota besar (40%) dan kota lainnya (30%). 5. Komposisi sampah, menggunakan data rata-rata komposisi kota metropolitan, kota besar dan kota sedang sebagaimana di tampilkan pada Tabel 1. 44 Wahyu Purwanta, dkk. 2009

Tabel 1. Komposisi Sampah ke TPA dari Beberapa Sumber 3) Komponen 5 Kota a) Bandung b) Yogyakarta c) Rata-rata Food waste 59.47 54.97 16.37 43.6 Garden & park 6.92 5.26 49.46 20.5 Paper & cardboard 12.85 3.03 4.07 6.7 Wood 0.75 0.84 0.95 0.8 Textile 0.81 0.89 1.45 1.0 Nappies - - 3.10 3.1 Rubber & leather - - 0.79 0.8 Plastic 10.71 1.54 12.43 7.3 Metals 1.77 0.25 0.12 0.6 Glass 1.33 1.13 0.93 1.0 Others 6.21 32.08 10.34 14.4 Sumber: a. KLH Status Lingkungan Hidup Indonesia 2004 ( Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Bandung) b. Prihartini, I. W, Departemen Teknik Lingkungan, ITB (2007) c. BPPT, Studi Neraca GRK di Indonesia, Laporan Akhir (2008) Penghitungan emisi CH 4 dilakukan terhadap produksi sampah sejak tahun 2000 hingga 2008, dengan memasukan data penduduk dari BPS serta parameter/ nilai dan teteapan di atas, ini biasa disebut sebagai emisi baseline. Tahun 2000 emisi CH4 mencapai 574,65 Gg dan meningkat menjadi 584 Gg di tahun 2005 serta sekitar 586 Gg di akhir tahun 2008. Meningkatnya emisi dari TPA ini seiring naiknya jumlah penduduk dan jumlah sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun. Gambar 1 berikut menggambarkan tren kenaikan emisi CH 4 dari sektor persampahan. 588 586 584 582 580 CH4 (Gg) 578 576 574 572 570 568 2003 2000 2004 2001 2002 2005 2006 2007 2008 Tahun Gambar 1. Emisi CH 4 dari TPA Eksisting di Indonesia Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus: 41-47 45

Baseline adalah emisi dengan mengasumsikan tidak ada tindakan apaun dalam penanganan sampah. Tetapi sebenarnya sejak beberapa tahun ke belakang, telah ada penggalakan pengurangan sampah ke TPA melalui program 3R (reduce, reuse dan recycle), program ini bahkan ditetapkan dalam UU no.18/2008 tentang pengelolaan persampahan sebagai target activity bagi pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan 3R seperti pengomposan diharapkan sampah yang masuk ke TPA akan berkurang dan berarti juga mengurangi emisi GRK di TPA. Demikian pula beberapa daerah saat ini bekerjasama dengan swasta mulai memanfaatkan TPA yang sudah jalan dengan menambang gas CH 4 melalui skema CDM. Recovery gas CH 4 model ini juga akan turut mereduksi emisi secara nasional. UU no 18/2008 juga mensyaratkan bahwa Kota/ Kabupaten dalam 5 tahun ke depan harus menutup TPA open dumping dan membuat TPA control landfill atau sanitary landfill. Jika ini berjalan sesuai rencana maka emisi GRK dari TPA pada tahun 2020 di harapkan akan sama dengan emisi di tahun 2000 lalu. Seluruh skenario penurunan emisi ini dapat dilihat pada Gambar 2. 3.2. Limbah Cair Domestik Emisi CH 4 di sub sektor limbah cair dalam 2006 IPCC Guidelines berasal dari sungai, danau, estuari atau saluran limbah yang stagnan (tidak mengalir). Selain itu emisi CH 4 dapat juga berasal dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) baik yang berupa reaktor atau kolam (lagoon) dan septic tank atau cubluk dari rumah penduduk 1). Penghitungan total CH 4 teremisi digunakan beberapa parameter default seperti fraksi urbanisasi dan proporsi jenis pembuangan limbah rumah tangga seperti septic tank, latrine, sewer dan lainnya. Nilai default fraksi urbanisasi untu Indonesia adalah rural 0,54 untuk urban-high 0,2 dan urban-low sebesar 0,343). Hasil penghitungan untuk data tahun 2000 diperoleh besaran emisi 470,12 Gg dan meningkat menjadi 499,27 Gg di tahun 2004 serta 520,52 Gg di tahun 2007. Pengurangan emisi sub sektor limbah cair ini tidak dapat seprogresif sub sektor sampah, mengingat sebagian besar emisi berasal dari septic tank atau latrine dan sungai yang sangat sulit memitigasinya. Beberapa skema CDM mulai banyak diusulkan untuk emisi dari IPAL industri seperti tapioka, sawit atau limbah peternakan. Gambar 3 berikut memperlihatkan hasil proyeksi dan estimasi skenario dari reduksi emisi sub sektor limbah cair domestik. 650 600 550 500 450 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 BAU Emission Emission with CDM-OD scenario Emission with 3R scenario Emisi with new SWDS/SL scenario Gambar 2. Beberapa Skenario Penurunan Emisi CH 4 di TPA 46 Wahyu Purwanta, dkk. 2009

650 C H 4 (G g ) 600 550 500 BAU Em ission Em ission w ith M e tha ne Recove ry S ce nario 450 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Tahun Gambar 3. Perkiraan Emisi CH 4 dari Limbah Cair Domestik di Indonesia 4. KESIMPULAN 1. TPA sampah (limbah padat) dan limbah cair (domestik dan industri) merupakan sumber emisi GRK dimana gas metan (CH 4 ) merupakan gas dominan. Gas ini selain sebagai sumber penyebab pemanasan global juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai energi dengan mekanisme pembangunan bersih (CDM). 2. Emisi gas metana dari sub sektor sampah di Indonesia sangat besar yakni sekitar 500 s.d 550 Gg per tahun dimana terdapat l.k 400 TPA yang hampir semuanya beroperasi secara open dumping. Sebagian besar gas ini dihasilkan dari proses degradasi sampah organik. Mitigasi dan pemanfaatan gas metana umumnya akan ekonomis bila dilakukan di TPA secara langsung. 3. Emisi gas metana dari limbah cair domestik rata-rata mencapai 400 s.d 500 Gg/tahun. Emisi ini kebanyak berasal dari tempat penampung limbah rumah tangga (grey water dan black water), sementara IPAL terpusat masih sangat rendah tingkat utilisasinya di Indonesia. 4. Beberapa upaya mitigasi gas metan sub sektor sampah yang dapat dilakukan antara lain : sosialisasi teknik 3R, recovery LFG dari TPA eksisting, dan pembangunan TPA TPA sanitary landfill guna menggantikan TPA open dumping sesuai amanat UU no. 18 tahun 2008. Sedangkan untuk limbah cair domestik sedapat mungkin diarahkan utuk membangun IPAL komunal atau IPAL kota yang terpusat. DAFTAR PUSTAKA 1. Eggleston S., L. Buendia, M. Kyoko, T. Ngara, 2006, 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Vol 5 Waste, WMO, UNEP, IGES 2. Farquhar, G.J, 1973, Gas Production During Refuse Decomposition, CiteSeer Beta 3. Kardono, Purwanta, W., Wahyono, S., & Indriyati, 2009, Technology Needs Assessment : Waste Sector, National Working Group 4. Metcalf & Eddy, Inc., 2003, Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, Reuse, McGraw-Hill, New York, ISBN 0-07-041878-0 5. Strait, R., Doorn, M.R.J, and Eklund., B., 1997, Estimate of Global Greenhouse Gas Emissions from Industrial and Domestic Wastewater Treatment, Final Report, EPA-600 R-97-091, Research Triangle Park, NC, USA 6. Yeoh. B.G, 2006, Municipal Solid Waste Generation and Composition, Asean Committee on Science & Tecnology, Sub Committee on Non Conventional Energy Research Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus: 41-47 47