BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi. Transportasi juga dapat menentukan perkembangan suatu wilayah, karena dengan transportasi yang menunjang, kegiatan perekonomian wilayah serta sektor-sektor lain juga akan berjalan dengan baik. Mengingat begitu pentingnya peranan transportasi maka diperlukan suatu penciptaan sistem transportasi yang tertib, lancar, aman, efektif dan efisien. Menurut Munawar 2005 dalam sistem transportasi terdapat dua aspek yang cukup penting yaitu aspek sarana dan prasarana. Aspek sarana tersebut adalah yang berhubungan dengan barang atau alat yang digunakan untuk melakukan perjalanan, seperti motor, mobil, bus, kereta api, kapal, dan pesawat terbang. Aspek prasarana adalah yang berhubungan dengan alat yang mendukung sarana, seperti jalan raya, stasiun kereta, rel kereta api, bandara, terminal dan pelabuhan. Hal mengenai transportasi selalu dikaitkan dengan transportasi umum. Hampir dari semua lapisan masyarakat membutuhkan adanya transportasi umum. Mulai dari transportasi darat, udara, maupun transportasi laut. Pada era ini transportasi menjadi sebuah kebutuhan pokok untuk menunjang dalam kegiatan sehari hari. Menurut Data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 104,211 juta unit, naik 11 persen dari tahun sebelumnya (2012) yang cuma 94,299 juta unit. Jumlah terbesar kedua disumbang mobil penumpang dengan 10,54 juta unit, juga naik 11 persen dari tahun sebelumnya 9,524 juta unit. Populasi mobil barang (truk, pikap, dan lainnya) tercatat 5,156 juta unit, naik 9 persen dari 4,723 juta unit. Sayangnya, pertumbuhan jumlah bus jauh di bawah mobil pribadi, barang, atau sepeda motor, hanya naik 1 persen menjadi 1,962 juta unit dari sebelumnya 1,945 juta unit. Jumlah ini mencerminkan 1
lemahnya transportasi publik di Indonesia. Sedangkan, jumlah kendaraan khusus tercatat naik 6 persen menjadi 297.656 unit dari sebelumnya 280.372 unit.permasalahan yang masih dihadapi saat ini di Indonesia adalah masyarakat belum sadar untuk memilih transportasi umum karena berbagai alasan. Hal ini menjadikan masyarakat masih memilih kendaraan pribadi daripada transportasi umum karena lebih mudah menjangkau untuk berbagai aktivitas sehari hari, maka efek yang ditimbulkan dijalan raya adalah timbulnya kemacetan, polusi udara dan polusi suara. Kota Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang kini sedang berkembang. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2013sebesar 563.659 jiwa dengan luas kota Solo sebesar 44.04 km2dibutuhkan sistem transportasi yang terpadu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu ciri pergerakan kota berkembang adalah pergerakan manusia maupun barang dan jasa cukup tinggi, maka dikota Solo dibutuhkan sistem transportasi yang aman, cepat dan nyaman. Menurut Solopos media lokal Kota Solo terdapat empat permasalahan transportasi kota Solo, yaitu : 1. Jaringan jalan kota Solo sehingga transportasi terusan masih melewati perkotaan Solo. 2. Tidak adanya Ring roadsehingga bus yang berasal dari luar melewati kota Solo maka terjadi kemacetan. 3. Belum adanya integrasi antar moda di Solo. 4. Pertumbuhan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan pribadi. Untuk mengurangi permasalahan transportasi diatas maka pemerintah kota Solo meluncurkan moda transportasi darat bus rapid transit atau yang sering disebut busway yaitu Batik Solo Trans. Batik Solo Trans merupakan salah satu transportasi umum darat di kota Solo yang berbasis busway. Batik Solo Transmemberikan alternatiftransportasi baru kota Solo yang nyaman, cepat, dan aman yang didasarkan atas kebutuhan mobilitas penduduk kota Solo yang semakin tinggi.berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan kota Solo bus Batik Solo Trans telah beroperasi dengan 2
melayani 2 koridor yang masing-masing melayani akses akses penting kawasan kota Solo dan sekitarnya. Nantinya jika kebutuhan masyarakat akan adanya Batik Solo Trans semakin tinggi maka akan dibuat jalur tambahan yang sekiranya dapat membantu mobilitas masyarakat Kota Solo. Fasilitas pendukung transportasi publik Batik Solo Trans antara lain adalah rute bus, armada bus, dan halte. Penempatan halte bus berdasarkan analisis bangkitan dan tarikan penumpang sehingga halte dapat efektif. Efektivitas halte dapat dilihat dari tingkat bangkitan dan tarikan penumpang dari masing masing halte. Sehingga pelayanan halte tersebut menjadi pendorong masyarakat untuk selalu menggunakan moda transportasi ini. Jika dilihat dilapangan terdapat beberapa halte yang kurang terawat dan jarang ditemui calon penumpang Batik Solo Trans. Dapat diindakasikan bahwa terdapat halte yang kurang efektif dan tidak sesuai analisis bangkitan dan tarikan. Penempatan halte yang cenderung kurang sesuai dengan tarikan dan bangkitan penumpang memberikan keengganan masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi ini. Maka perlu dilakukan pembenahan agar nantinya masing masing halte dapat memenuhi tingkat kebutuhan transportasi masyarakat Solo. Maka dibutuhkan suatu solusi untuk memperbaiki tingkat pelayanan halte. Salah satunya yaitu dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis dalam arti luas merupakan sistem manual dan atau komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan spasial atau geografis. Burrough (1986) mendefinisikan SIG sebagai suatu himpunan alat yang digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, pengaktifan, sesuai kehendak, pentransformasian, serta penyajian data spasial dari suatu fenomena nyata di permukaan bumi untuk maksud maksud tertentu. Teknologi SIG ini mampu dalam menyelesaikan masalah ini, yaitu dengan menggabungkan aspek spasial dan non spasial. Dalam hal ini untuk menentukan tingkat evaluasi halte dan jalur alternatif dapat menggunakan permodelan spasial. Permodelan spasial dapat menggambarkan dari dunia nyata ke dalam suatu model yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam analisis spasial. 3
Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit banyak digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan analisis spasial dalam perkotaan. Didukung dengan citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat melakukan analisis spasial terhadap studi perkotaan, pada subjek ini yaitu mengenai transportasi kota. Citra satelit resolusi tinggi mampu melakukan analisis mengenai transportasi kota seperti evaluasi pelayanan halte, penentuan posisi halte, dan penentuan jalur baru yang nantinya dapat diaplikasikan ke dunia nyata ( real world ). Khususnya untuk penentuan evaluasi tingkat pelayanan halte citra resolusi tinggi dapat membantu untuk di adapatasikan dalam dunia nyata. Efektifitas sebuah halte tidak lepas dari faktor bangkitan penumpang dan tarikan penumpang, jika sebuah halte tersebut memenuhi parameter tarikan dan bangkitan penumpang maka dapat dikatakan sesuai dan efektif. Penentuan tarikan dan bangkitan penumpang ini dilakukan dengan menggunakan teknik penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit dan data sekunder. Penginderaan jauh berperan penting dalam melakukan interpretasi visual terhadap parameter bangkitan dan tarikan. Setelah didapatkan solusi transportasi yang sesuai menggunakan teknologi penginderaan jauh maka tidak salah bila konsep teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk analisis terhadap permasalahan transportasi di wilayahnya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang ditarik permasalahan yang mendorong penelitian ini dilakukan : 1. Citra Quickbirdbanyak digunakan sebagai data dalam pemecahan masalah tingkat pelayanan terkait dengan adanya tarikan dan bangkitan. Namun, fenomena-fenomena terkait dengan tingkat pelayanan halte ini perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat kemampuan dari Citra Quickbird dalam melakukan analisis halte Batik Solo Trans yang sudah ada. 2. Batik Solo Trans sebagai moda transportasi baru berbasis (bus rapid transit) BRT dikota Solo dan sekitarnya memiliki halte dan trayek mandiri 4
mempunyai kendala, yaitu pelayanan halte yang masih kurang sesuai dengan tarikan dan bangkitan penumpang sehingga kurang mampu melakukan pelayanan halte terhadap masyarakat. Sehingga, perlu dilakukannya evaluasi mengenai posisi halte yang sesuai dengan tarikan dan bangkitan penumpang. Berdasarkan dari latar belakang maka muncul pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Apakah Citra Quickbird dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan sistem informasi geografis yang mampu memberikan analisissecara layak terkait tingkat pelayanan halte Batik Solo Trans? 2. Apakah kajian sistem informasi geografis menggunakan analisis bangkitan dan tarikan penumpang dapat memberikan solusi efektivitas halte? 3. Bagaimana posisi dan pelayanan halte sudah memenuhi akan tingkat potensi tarikan dan bangkitan di kota Solo? Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul: Pemodelan Spasial Evaluasi Tingkat Pelayanan Halte Batik Solo Trans di Kota Solo dan Sekitarnya. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peran teknologi penginderaan jauh sebagai sumber data spasialyang dapat dimanfaatkan untuk analisis tingkat pelayanan/efektivitas halte. 2. Mengkajiperan SIG untuk kajian tingkat efektivitas halte menggunakan analisis bangkitan dan tarikan penumpang terhadap efektivitas halte. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dalam aplikasi sistem informasi geografis,khususnya dalam pemodelan tingkat evaluasi shelter / halte. 2. Memberikan usulan kepada Pemerintah Kota Solo mengenai perusahaan terkait pengelola Bus Batik Solo Trans untuk pembenahan mengenai tingkat pelayanan halte yang tersebar di Kota Solo. 5
3. Hasil penelitian berupa analisis tingkat pelayanan halte Batik Solo Transdalam bentuk informasi peta dan memberikan sumbangsih ilmu dalam sistem informasi Geografis, khususnya pemodelan spasial. 6