ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SEKOLAH DASAR DI KOTA DEPOK MENGGUNAKAN METODE PROSES ANALISA BERTINGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
SELEKSI (RECRUITMENT) CALON KARYAWAN TETAP PT. BANK BTPN SYARIAH, Tbk MENGGUNAKAN CRITERIUM DECISION PLUS 3.0

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II Analytic Hierarchy Process

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

BAB III METODE KAJIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

P11 AHP. A. Sidiq P.

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN SEKOLAH DASAR ISLAM MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SELEKSI GURU TETAP YAYASAN ADHI LUHUR PADA SMK MAHADHIKA 2 JAKARTA

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN RASKIN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN DELI)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

EVALUASI KINERJA INSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN

III. METODE PENELITIAN

Pengertian Metode AHP

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III ANP DAN TOPSIS

PENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND. By Yuniva Eka Nugroho

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

Transkripsi:

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SEKOLAH DASAR DI KOTA DEPOK MENGGUNAKAN METODE PROSES ANALISA BERTINGKAT Septi Andryana Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Komunikasi dan Informatika, Universitas Nasional, Jl. Sawo Manila, Pejaten Pasar Minggu No.61, Jakarta 12520 E-mail ict@unas.ac.id ABSTRAK Saat ini tercatat 548 sekolah dasar di kota Depok. Para orang tua calon murid harus selektif dalam memilihkan sekolah bagi putra-putrinya. Permasalahannya, faktor-faktor apa yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan pilihan yang terbaik. Dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sekolah dasar beserta besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut, berbagai alternatif sekolah dapat diusulkan dengan lebih efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytic Hierarchy Process sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan, dengan menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata variabel dalam suatu hierarki. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan sekolah dasar adalah pendidikan (38.2%), kemudian lokasi sekolah (25%), fasilitas sekolah (16%), biaya pendidikan (10.1%), spiritual (6.4%) dan terakhir adalah ekstrakurikuler (4.3%). SD Tugu ibu merupakan alternatif sekolah terbaik (19.1%), sedangkan SDN Sukmajaya 5 (11.5%) berada pada urutan kedua. Kata Kunci: Analytic Hierarchy Process, analisa faktor-faktor, sekolah dasar. I. PENDAHULUAN Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dasar, jelas memegang peranan penting dalam pembangunan wawasan anak bangsa. Kota Depok sebagai kota pendidikan, jelas memiliki banyak lembaga pendidikan dasar baik negeri maupun swasta. Tak mau ketinggalan dengan kawasan lain, terutama kota Jakarta, sekolah dasar di Depok pun ramai dengan fasilitas dan kaya dengan sumber daya manusia yang profesional di bidangnya. Setiap tahun menjelang tahun ajaran baru, para orangtua berburu sekolah untuk putera-puterinya. Dalam memilih sekolah dasar, para orang tua harus benar-benar memahami karakteristik anaknya serta mencari informasi sebanyakbanyaknya dan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan juga faktor finansial. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membangun Sistem Penunjang Keputusan dengan metode Analytic Hierarchy Process untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sekolah dasar di kota Depok. 24

Sistem Penunjang Keputusan (DSS) II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System - DSS) dibuat sebagai suatu cara untuk membuat keputusan yang spesifik untuk memecahkan permasalahan yang spesifik. DSS menyediakan informasi pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi dalam memecahkan masalah semiterstruktur. Informasi dihasilkan dalam bentuk laporan periodik dan khusus, dan output dari model matematika dan sistem pakar. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, atau untuk memanfaatkan kesempatan. (Mc-Leod, 1996) Analytic Hierarchy Process (AHP) Salah satu langkah yang dapat diambil dalam membuat keputusan adalah dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. AHP dikembangkan oleh Profesor Thomas L. Saaty pada musim semi 1970 untuk menghadapi masalah perencanaan militer Amerika Serikat. AHP adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreatifitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah (dibuat sesuai dengan masing-masing pemakai). Metode ini menstruktur masalah dalam bentuk hierarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. (Saaty, 1993) Kekuatan AHP terletak pada ancangannya yang bersifat holistic yang menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. Kekuatan AHP juga terletak pada struktur hierarkinya yang memungkinkan seseorang memasukkan semua faktor penting, nyata maupun tidak nyata dan mengaturnya dari atas ke bawah mulai dengan yang paling penting ke tingkat yang berisi alternatif untuk dipilih mana yang terbaik. Tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan metode AHP, yaitu: penyusunan hierarki, penentuan prioritas dan konsistensi logis. Abstraksi susunan hierarki keputusan dapat dilihat di bawah ini: Level 1: Fokus/Sasaran Utama Level 2: Faktor/kriteria Fl F2 F3 Level 3: Faktor Al A2 A3 Level 4: Obyektif O1 O2 O3 Level 5: Alternatif SI S2 S3 Setiap hierarki tidak perlu selalu terdiri dari 5 level, banyaknya level tergantung pada permasalahan yang sedang dihadapi. Tetapi untuk setiap permasalahan, level 1 (fokus/sasaran), level 2 (faktor/kriteria), dan level 5 (alternatif) harus selalu ada. Untuk mengkuantifikasi pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Menurut Saaty, untuk berbagai permasalahan, skala 1 sampai 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya berdasarkan nilai RMS (Root Mean Square Deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation). Nilai dan definisi pendapat kualitatif dalam skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut. 25

Tabel 2.1 Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 1/(2-9) Definisi Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain (equal importance) Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lain (moderate more importance) Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain (essential strong more importance) Elemen yang satu sangat jelas lebih penting daripada elemen yang lain (demonstrated importance) Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance) Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area) Jika kriteria C1 mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan kriteria C2, C2 memiliki nilai kebalikan bila dibandingkan C1 Penjelasan Kedua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut Pengalaman menyatakan sedikit memihak pada satu elemen Pengalaman menunjukkan secara kuat memihak pada satu elemen Pengalaman menunjukkan secara kuat disukai dan didominasi oleh sebuah elemen yang tampak dalam praktek Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi Jika kriteria C1 mempunyai nilai x bila dibandingkan dengan kriteria C2, maka kriteria C2 mendapatkan nilai 1/x bila dibandingkan kriteria C1 Sumber: Saaty (1993) Criterium DecisionPlus (CDP) Desktop software Criterium DecisionPlus (CDP) 3.04 adalah sebuah Microsoft Windows decision tool yang dapat membantu user dalam membuat keputusan- keputusan yang kompleks dari alternatifalternatif yang ada dengan multi-kriteria (multiple criteria). CDP dibuat oleh perusahaan InfoHarvest Inc. (http://www.infoharvest.com/ihroot/index.asp). CDP mendukung dua metode analisa multikriteria yaitu metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Simple Multi-Attribute Rating Technique (SMART), serta analisa ketidakpastian (uncertainty analysis). CDP 3.04 dapat menangani hingga 200 alternatif, 300 tujuan + kriteria dan total maksimal 500 blok. Jumlah per level = 200, jumlah subkriteria per kriteria = 50 dan jumlah super kriteria per kriteria = 10. 26

III. METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1. Tahap pertama, kegiatan penelitian ditekankan pada identifikasi permasalahan disertai dengan tujuan dan kegunaan dari penelitian yang diharapkan. Selanjutnya dibutuhkan beberapa studi literatur mengenai Sistem Penunjang Keputusan (DSS), metode Analytic Hierarchy Process (AHP), analisa keputusan serta software tool Criterium DecisionPlus 3.04. 2. Tahap kedua, kegiatan penelitian ditekankan pada studi kasus. Dalam studi kasus, dilakukan pengumpulan data tentang nilai kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pemilihan sekolah dasar dengan cara wawancara dan observasi pada sepuluh sekolah dasar (SD) dan sepuluh sekolah taman kanak-kanak (TK) di kecamatan Sukmajaya, Depok serta pengisian kuesioner oleh 50 orang responden yang dipilih secara acak sederhana dari orang tua murid TK. 3. Tahap ketiga, kegiatan penelitian ditekankan pada pengembangan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang meliputi: perumusan masalah (penentuan sasaran, kriteria dan alternatif), pembobotan kriteria, pembobotan alternatif dan penghitungan consistency ratio (CR). Untuk menyelesaikan perhitungan-perhitungan AHP, digunakan software tool Criterium DecisionPlus 3.04. 4. Tahap keempat, kegiatan penelitian ditekankan pada analisa hasil dari metode AHP sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan sekolah dasar yang tepat. Penelitian mengenai Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sekolah Dasar di Kota Depok Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process ini, dilakukan di sepuluh sekolah dasar baik SD negeri maupun SD swasta serta di sepuluh sekolah TK yang berada di wilayah kecamatan Sukmajaya. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, terhitung mulai bulan Januari 2008 hingga bulan Maret 2008. Data primer seperti kriteria-kriteria pemilihan sekolah dasar (pendidikan, fasilitas sekolah, lokasi sekolah, ekstrakurikuler, spiritual dan biaya pendidikan), data sekolah (data guru, prestasi sekolah, fasilitas penunjang, kegiatan sekolah dan biaya pendidikan), data orang tua murid serta data calon murid, diperoleh melalui pengisian kuesioner, wawancara dan observasi di lokasi penelitian. Data sekunder yang penulis kumpulkan berupa data sekolah di kecamatan Sukmajaya, Depok. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sekolah dasar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor Pendidikan Menunjukkan mutu pendidikan pada suatu sekolah dasar, seperti: prestasi sekolah (peringkat se- SD, prestasi dalam kejuaraan antar SD), prestasi murid (pencapaian nilai UAN, prestasi dalam kompetisi bidang pelajaran) dan kualitas guru (tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman kerja). 2. Faktor Fasilitas Sekolah Merujuk kepada fasilitas yang tersedia pada suatu sekolah dasar, seperti: ketersediaan ruang kelas, antar-jemput, perabotan sekolah dan laboratorium. 3. Faktor Lokasi Sekolah Menunjukkan jarak antara sekolah dengan rumah dan letak sekolah tersebut (strategis atau tidak, mudah diakses atau tidak). 27

4. Faktor Ekstrakurikuler Meliputi kegiatan olahraga, kesenian dan pramuka yang ditunjukkan dengan prestasi, ketersediaan ruangan/lapangan olahraga, ketersediaan perlengkapan ekstrakurikuler dan ketersediaan instruktur. 5. Faktor Spiritual Meliputi semua kegiatan keagamaan seperti: peringatan hari-hari besar pendalaman agama (kegiatan imtaq). keagamaan serta 6. Faktor Biaya Pendidikan Meliputi semua biaya yang dikenakan untuk murid baru, seperti: uang gedung, uang kegiatan, uang sekolah per bulan, uang buku, uang seragam dan lain-lain. Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP: 1. Penentuan Sasaran, Kriteria dan Alternatif Informasi mengenai sasaran, kriteria dan alternatif tersebut disusun dalam bentuk diagram bertingkat/hierarki seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut 2. Pembobotan Kriteria Gambar 3.1 Struktur Hierarki Pemilihan Sekolah Dasar 28

Garis-garis pada struktur hierarki di atas, yang menghubungkan kotak-kotak antar level, merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison) dengan arah ke level yang lebih tinggi 3. Pembobotan Alternatif Sesuai dengan struktur hierarki pada gambar 3.1, alternatif pada level 3 diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 2. Ada enam perbandingan berpasangan untuk sepuluh alternatif bagi setiap kriteria, dimana sepuluh alternatif SD tersebut dibandingkan berdasarkan kriteria pendidikan, fasilitas sekolah, lokasi sekolah, ekstrakurikuler, spiritual dan biaya pendidikan. 4. Konsistensi Logis Consistency Ratio (CR) merupakan parameter yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah penilaian perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten atau tidak. Pengujian konsistensi ini dilakukan setelah nilai prioritas untuk setiap elemen dalam suatu tingkatan telah diperoleh. Penilaian dapat dikatakan konsisten apabila diperoleh nilai CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,10. Bila nilai CR lebih besar dari 0,10 maka pertimbangan yang telah dibuat perlu diperiksa kembali. Perhitungan AHP Menggunakan CDP 3.04 Perhitungan AHP dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan software tool Criterium DecisionsPlus 3.04. Dengan software ini dapat dilakukan analisa sensitivitas serta pencetakan grafik dan tabel perhitungan. Analisa Dengan Metode AHP IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Keenam kriteria tersebut harus ditentukan tingkat kepentingannya dengan cara membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) sehingga tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. Skala yang digunakan sesuai dengan tabel 4.1 Tabel 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Hasil Survey KRITERIA Pendidikan Fasilitas Lokasi Ekstra- Spiritual Biaya Sekolah Sekolah kurikuler Pendidikan Pendidikan 1 3 2 6 5 4 Fasilitas Sekolah 1/3 1 1/2 4 3 2 Lokasi Sekolah 1/2 2 1 5 4 3 Ekstrakurikuler 1/6 1/4 1/5 1 1/2 1/3 Spiritual 1/5 1/3 1/4 2 1 1/2 29

Biaya Pendidikan 1/4 1/2 1/3 3 2 1 Sumber: Data diolah oleh penulis Penentuan Ranking Kriteria Matriks pada tabel 4.2 akan diolah untuk menentukan ranking dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen (eigen vector). Hasil run program menggunakan CDP 3.04, menghasilkan ranking sebagai berikut: Tabel 4.2 Matriks Perbandingan Berpasangan dan Nilai Eigen KRITERIA Pendi- Fasilitas Lokasi Ekstra- Spiritual Biaya Nilai Ranking dikan Sekolah Sekolah kurikuler Pend. Eigen Pendidikan 1.0000 3.0000 2.0000 6.0000 5.0000 4.0000 0.3825 1 Fasilitas Sekolah 0.3333 1.0000 0.5000 4.0000 3.0000 2.0000 0.1596 3 Lokasi Sekolah 0.5000 2.0000 1.0000 5.0000 4.0000 3.0000 0.2504 2 Ekstrakurikuler 0.1667 0.2500 0.2000 1.0000 0.5000 0.3333 0.0428 6 Spiritual 0.2000 0.3333 0.2500 2.0000 1.0000 0.5000 0.0641 5 Biaya Pendidikan 0.2500 0.5000 0.3333 3.0000 2.0000 1.0000 0.1006 4 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa: faktor pendidikan 0.3825/0.2504 = 1.53 kali lebih penting daripada faktor lokasi sekolah; faktor lokasi sekolah 0.2504/0.1596 = 1.57 kali lebih penting daripada faktor fasilitas sekolah; faktor fasilitas sekolah 0.1596/0.1006 = 1.59 kali lebih penting daripada faktor biaya pendidikan; faktor biaya pendidikan 0.1006/0.0641 = 1.57 kali lebih penting daripada faktor spiritual; faktor spiritual 0.0641/0.0428 = 1.5 kali lebih penting daripada faktor ekstrakurikuler; faktor pendidikan 0.3825/0.1596 = 2.40 kali lebih penting daripada faktor fasilitas sekolah; faktor fasilitas sekolah 0.1596/ 0.0641 = 2.49 kali lebih penting daripada faktor spiritual; faktor fasilitas sekolah 0.1596/ 0.0428 = 3.73 kali lebih penting daripada faktor ekstrakurikuler; faktor pendidikan 0.3825/0.0641 = 5.97 kali lebih penting daripada faktor spiritual; faktor pendidikan 0.3825/0.1006 = 3.80 kali lebih penting daripada faktor biaya pendidikan; faktor biaya pendidikan 0.1006/0.0428 = 2.35 kali lebih penting daripada faktor ekstrakurikuler; faktor pendidikan 0.3825/0.0428 = 8.94 kali lebih penting daripada faktor ekstrakurikuler; faktor lokasi sekolah 0.2504/0.0428 = 5.85 kali lebih penting daripada faktor ekstrakurikuler; faktor lokasi sekolah 0.2504/0.0641 = 3.91 kali lebih penting 30

daripada faktor spiritual; faktor lokasi sekolah 0.2504/0.1006 = 2.49 kali lebih penting daripada faktor biaya pendidikan. Penentuan Ranking Alternatif 1. Kriteria Pendidikan Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa sekolah yang paling tinggi mutu pendidikannya adalah SD Tugu Ibu, kemudian SD Pemuda Bangsa, SDN Sukmajaya 5, SDIT Rahmaniyah, SDIF Al-Fikri, SD Tunas Global, SDI Binakheir, SDN Mekarjaya 11, SDN Sukmajaya 4 dan terakhir SDN Cipayung. C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 1/2 1/2 1/3 1/4 1/5 1/3 1/3 1/3 1/3 MJ 2 1 2 1/2 1/3 1/4 1/2 1/2 1/2 1/2 S4 2 1/2 1 1/3 1/4 1/5 1/3 1/3 1/3 1/3 S5 3 2 3 1 1/2 1/3 2 2 2 2 PB 4 3 4 2 1 1/2 2 2 2 2 TI 5 4 5 3 2 1 3 3 3 2 R 3 2 3 1/2 1/2 1/3 1 2 2 2 AF 3 2 3 1/2 1/2 1/3 1/2 1 2 2 B 3 2 3 1/2 1/2 1/3 1/2 1/2 1 1/2 TG 3 2 3 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 2. Kriteria Fasilitas Sekolah Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa SD yang paling baik fasilitas sekolahnya adalah SDIF Al-Fikri, kemudian SD Tunas Global, SDIT Rahmaniyah, SD Tugu Ibu, SD Pemuda Bangsa, SDI Binakheir, SDN Sukmajaya 5, SDN Mekarjaya 11, SDN Cipayung dan terakhir SDN Sukmajaya 4. C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 1/2 2 1/3 1/4 1/4 1/5 1/6 1/4 1/5 MJ 2 1 2 1/2 1/3 1/3 1/4 1/5 1/3 1/4 31

S4 1/2 1/2 1 1/3 1/4 1/4 1/5 1/6 1/4 1/5 S5 3 2 3 1 1/3 1/3 1/3 1/4 1/3 1/3 PB 4 3 4 3 1 1/2 1/2 1/3 2 1/2 TI 4 3 4 3 2 1 1/2 1/3 2 1/2 R 5 4 5 3 2 2 1 1/2 2 1/2 AF 6 5 6 4 3 3 2 1 3 2 B 4 3 4 3 1/2 1/2 1/2 1/3 1 1/2 TG 5 4 5 3 2 2 2 1/2 2 1 3. Kriteria Lokasi Sekolah Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa SD yang paling strategis lokasi sekolahnya adalah SD Tugu Ibu, kemudian SDN Mekarjaya 11, SDN Sukmajaya 5, SDN Cipayung, SD Pemuda Bangsa, SDIT Rahmaniyah, SDIF Al-Fikri, SDI Binakheir, SDN Sukmajaya 4 dan terakhir SD Tunas Global. C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 1/2 2 1/2 2 1/3 2 2 2 3 MJ 2 1 3 2 2 1/2 3 2 3 4 S4 1/2 1/3 1 1/3 1/2 1/5 2 1/2 1/2 2 S5 2 1/2 3 1 2 1/3 3 2 2 4 PB 1/2 1/2 2 1/2 1 1/4 2 2 2 2 TI 3 2 5 3 4 1 5 4 5 6 R 1/2 1/3 1/2 1/3 1/2 1/5 1 2 2 2 AF 1/2 1/2 2 1/2 1/2 1/4 1/2 1 2 2 B 1/2 1/3 2 1/2 1/2 1/5 1/2 1/2 1 2 TG 1/3 1/4 1/2 1/4 1/2 1/6 1/2 1/2 1/2 1 4. Kriteria Ekstrakurikuler Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa SD yang paling baik kegiatan ekstrakurikulernya adalah SD Tunas Global. Urutan selanjutnya adalah SD Pemuda Bangsa, SD Tugu Ibu, SDIT Rahmaniyah, SDN Sukmajaya 5, SDIF Al-Fikri, SDN Mekarjaya 11, SDI Binakheir, SDN Sukmajaya 4 dan di urutan terakhir adalah SDN Cipayung. 32

C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 1/3 1/2 1/4 1/5 1/5 1/4 1/4 1/3 1/4 MJ 3 1 2 1/2 1/3 1/3 1/3 1/3 2 1/3 S4 2 1/2 1 1/3 1/4 1/4 1/3 1/3 2 1/3 S5 4 2 3 1 1/2 1/2 1/2 1/3 2 1/3 PB 5 3 4 2 1 2 2 2 3 1/2 TI 5 3 4 2 1/2 1 2 2 2 1/2 R 4 3 3 2 1/2 1/2 1 2 2 1/2 AF 4 3 3 3 1/2 1/2 1/2 1 2 1/3 B 3 1/2 1/2 1/2 1/3 1/2 1/2 1/2 1 1/4 TG 4 3 3 3 2 2 2 3 4 1 5. Kriteria Spiritual Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa SD yang paling baik kegiatan spiritualnya adalah SDIT Rahmaniyah. Urutan selanjutnya adalah SDIF Al-Fikri, SDI Binakheir, SDN Sukmajaya 5, SD Tunas Global, SDN Mekarjaya 11, SDN Sukmajaya 4, SDN Cipayung, SD Tugu Ibu dan di urutan terakhir adalah SD Pemuda Bangsa. C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 1/2 1/2 1/3 2 2 1/4 1/3 1/2 1/2 MJ 2 1 2 1/2 4 3 1/4 1/3 1/2 1/2 S4 2 1/2 1 1/3 3 2 1/4 1/3 1/2 1/2 S5 3 2 3 1 4 3 1/4 1/3 1/2 1/2 PB 1/2 1/4 1/3 1/4 1 1/2 1/6 1/5 1/3 1/2 TI 1/2 1/3 1/2 1/3 2 1 1/5 1/4 1/3 1/2 R 4 4 4 4 6 5 1 2 3 3 AF 3 3 3 3 5 4 1/2 1 2 2 33

B 2 2 2 2 3 3 1/3 1/2 1 2 TG 2 2 2 2 2 2 1/3 1/2 1/2 1 6. Kriteria Biaya Pendidikan Perbandingan berpasangan berikut menunjukkan bahwa SD yang paling rendah biaya sekolahnya adalah SDN Cipayung. Urutan selanjutnya adalah SDN Sukmajaya 4, SDN Sukmajaya 5, SDN Mekarjaya11, SD Pemuda Bangsa, SD Tugu Ibu, SDIT Rahmaniyah, SDIF Al-Fikri, SD Tunas Global dan di urutan terakhir adalah SDI Binakheir. C MJ S4 S5 PB TI R AF B TG C 1 3 2 4 5 6 7 8 9 9 MJ 1/3 1 1/2 3 4 5 6 7 8 8 S4 1/2 2 1 2 3 4 5 6 7 7 S5 1/4 1/3 1/2 1 4 5 6 7 8 8 PB 1/5 1/4 1/3 1/4 1 3 4 5 6 6 TI 1/6 1/5 1/4 1/5 1/3 1 3 4 5 5 R 1/7 1/6 1/5 1/6 1/4 1/3 1 3 4 4 AF 1/8 1/7 1/6 1/7 1/5 1/4 1/3 1 3 3 B 1/9 1/8 1/7 1/8 1/6 1/5 1/4 1/3 1 2 TG 1/9 1/8 1/7 1/8 1/6 1/5 1/4 1/3 1/2 1 Keenam matriks tersebut kemudian dihitung nilai eigennya. Hasil dari run program dengan software tool CDP 3.04 menghasilkan nilai eigen seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Berdasarkan nilai eigen tersebut, dapat diketahui bahwa SD yang paling tinggi nilai eigennya adalah SD Tugu Ibu (0.191), sehingga SD Tugu Ibu merupakan alternatif SD yang paling tepat untuk dipilih, menyusul kemudian SDN Sukmajaya 5 (0.115), SD Pemuda Bangsa (0.114), SDIT Rahmaniyah dan SDIF Al- Fikri (0.107), SDN Mekarjaya 11(0.087), SD Tunas Global (0.085), SDN Cipayung (0.074), SDI Binakheir (0.065) dan urutan terakhir adalah SDN Sukmajaya 4 (0.055 34

Gambar 4.1 Nilai Eigen Pada Hierarki Pemilihan Sekolah Dasar Pengujian Nilai CR Setelah dilakukan pembobotan untuk setiap kriteria dan alternatif, selanjutnya perlu dilakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio-CR) dimana nilai CR ini merupakan parameter yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah penilaian perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten atau tidak. Hasil dari penghitungan nilai CR menggunakan CDP 3.04 pada tabel 4.3 berikut menunjukkan bahwa semua perbandingan berpasangan yang dilakukan untuk setiap kriteria dan alternatif dalam pemilihan sekolah dasar ini telah dilakukan dengan konsisten. Tabel 4.3 Nilai CR pada Struktur Hierarki Pemilihan Sekolah Dasar SASARAN/KRITERIA NILAI CR KETERANGAN Memilih Sekolah Dasar 0.020 CR < 0.1, diterima Pendidikan 0.033 CR < 0.1, diterima Fasilitas Sekolah 0.029 CR < 0.1, diterima Lokasi Sekolah 0.033 CR < 0.1, diterima 35

Ekstrakurikuler 0.063 CR < 0.1, diterima Spiritual 0.040 CR < 0.1, diterima Biaya Pendidikan 0.048 CR < 0.1, diterima Analisa Hasil Keputusan Gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut menunjukkan penilaian terhadap sepuluh alternatif SD berdasarkan enam kriteria. SD yang memiliki skor tertinggi adalah SD yang terbaik, artinya telah memenuhi semua kriteria yang diinginkan oleh para orang tua murid dalam pemilihan sekolah dasar. Terlihat bahwa SD Tugu Ibu ada di urutan pertama (19.1%), kemudian SDN Sukmajaya 5 (11.5%), SD Pemuda Bangsa (11.4%), SDIF Al-Fikri dan SDIT Rahmaniyah (10,7%), SDN Mekarjaya 11 (8.7%), SD Tunas Global (8.5%), SDN Cipayung (7.4 %), SDI Binakheir (6.5%) dan di urutan terakhir adalah SDN Sukmajaya 4 (5.5%). Gambar 4.2 Skor Keputusan Sedangkan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pendidikan (38.2%), kemudian faktor lokasi sekolah (25%), faktor fasilitas sekolah (16%), faktor biaya pendidikan (10.1%), faktor spiritual (6.4%) dan faktor yang paling sedikit pengaruhnya adalah faktor ekstrakurikuler (5.5%). 36

Gambar 4.3 Kriteria Vs Alternatif Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas dapat dipakai pula untuk memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar, misalnya terjadi perubahan bobot prioritas atau urutan prioritas dan kriteria karena adanya perubahan kebijaksanan sehingga muncul usulan pertanyaan bagaimana urutan prioritas alternatif yang baru dan tindakan apa yang perlu dilakukan. 1. Pengaruh Perubahan Faktor Pendidikan Analisa sensitivitas pada gambar 4.4 berikut menunjukkan bahwa dengan penurunan bobot nilai pada faktor pendidikan maka akan terjadi peningkatan pada SDN Cipayung, SDN Mekarjaya 11 dan SDIF Al-Fikri; terjadi penurunan pada SD Tugu Ibu; sedangkan SDIT Rahmaniyah relatif konstan. 37

Gambar 4.4 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Pendidikan 2 Pengaruh Perubahan Faktor Fasilitas Sekolah Analisa sensitivitas pada gambar 4.5 di bawah ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan bobot nilai pada faktor fasilitas sekolah maka akan terjadi peningkatan pada SDIF Al-Fikri, SDIT Rahmaniyah dan SD Tunas Global, sedangkan SD Tugu Ibu dan SD Pemuda Bangsa mengalami penurunan Gambar 4.5 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Fasilitas Sekolah 38

3 Pengaruh Perubahan Faktor Lokasi Sekolah Analisa sensitivitas pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa dengan penurunan bobot nilai pada faktor lokasi sekolah, maka akan terjadi peningkatan pada SD Tunas Global, SDIT Rahmaniyah, SD Pemuda Bangsa dan SDIF Al-Fikri, sedangkan SD Tugu Ibu mengalami penurunan Gambar 4.6 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Lokasi Sekolah 4. Pengaruh Perubahan Faktor Ekstrakurikuler Analisa sensitivitas pada gambar 4.7 di bawah ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan bobot nilai pada faktor ekstrakurikuler maka akan terjadi peningkatan pada SD Tunas Global, SD Pemuda Bangsa dan SDIT Rahmaniyah serta penurunan pada SD Tugu Ibu dan SDN Sukmajaya 5 39

Gambar 4.7 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Ekstrakurikuler 5. Pengaruh Perubahan Faktor Spiritual Analisa sensitivitas pada gambar 4.8 di bawah ini menunjukkan bahwa dengan penurunan bobot nilai pada faktor spiritual maka akan terjadi peningkatan pada SD Tugu Ibu dan SDN Sukmajaya 5 serta penurunan pada SDIT Rahmaniyah, SDIF Al-Fikri dan SDI Binakheir Gambar 4.8 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Spiritual 40

6. Pengaruh Perubahan Faktor Biaya Pendidikan Analisa sensitivitas pada gambar 4.9 berikut ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan bobot nilai terhadap faktor biaya pendidikan maka akan terjadi peningkatan terhadap SDN Cipayung, SDN Mekarjaya 11, SDN Sukmajaya 4 dan SDN Sukmajaya 5 sedangkan SD Tugu Ibu mengalami penurunan. Gambar 4.9 Sensitivitas Berdasarkan Faktor Biaya Pendidikan Kesimpulan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam memilih sekolah dasar hendaklah para orang tua mempertimbangkan beberapa faktor seperti: mutu pendidikan, fasilitas sekolah, lokasi sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan spiritual dan besarnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sekolah dasar tersebut perlu dilakukan agar alternatif sekolah yang dipilih dapat lebih efektif. Dalam analisa ini, hierarki yang dibangun terdiri dari tiga level, yaitu: sasaran/tujuan, kriteria dan alternatif. Dalam melakukan perhitungan-perhitungan AHP, digunakan software tool Criterium DecisionPlus 3.04. Hasil analisa dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Semua perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten yang dibuktikan dengan pengujian terhadap nilai CR-nya. Ranking sekolah dasar diperoleh dengan mempertimbangkan keenam faktor yang berpengaruh tersebut berdasarkan pendapat dari responden di kecamatan Sukmajaya, kota Depok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SD Tugu Ibu (yang mempunyai nilai eigen tertinggi) 41

merupakan alternatif SD yang paling tepat untuk dipilih. Alternatif pilihan selanjutnya adalah SDN Sukmajaya 5 pada urutan kedua, SD Pemuda Bangsa pada urutan ketiga, SDIF Al-Fikri dan SDIT Rahmaniyah pada urutan keempat, SDN Mekarjaya 11 pada urutan kelima, SD Tunas Global pada urutan keenam, SDN Cipayung pada urutan ketujuh, SDI Binakheir pada urutan kedelapan dan SDN Sukmajaya 4 pada urutan terakhir. Menurut responden, faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan sekolah dasar adalah pendidikan, kemudian lokasi sekolah, fasilitas sekolah, biaya pendidikan, spiritual dan yang paling sedikit pengaruhnya adalah faktor ekstrakurikuler. Dari analisa sensitivitas berdasarkan keenam faktor tersebut, maka dapat diambil kebijakan-kebijakan seperti: peningkatan bobot nilai pada faktor fasilitas sekolah, faktor ekstrakurikuler dan faktor spiritual untuk sekolah dasar negeri (SDN Cipayung, SDN Mekarjaya 11, SDN Sukmajaya 4 dan SDN Sukmajaya 5); peningkatan bobot nilai pada faktor spiritual untuk sekolah dasar umum (SD Tugu Ibu, SD Pemuda Bangsa dan SD Tunas Global); serta pengurangan bobot nilai pada faktor biaya pendidikan bagi sekolah-sekolah swasta (SD Pemuda Bangsa, SD Tugu Ibu, SDIT Rahmaniyah, SDIF Al-Fikri, SDI Binakheir dan SD Tunas Global). Dengan analisa sensitivitas ini, maka setiap sekolah dasar mempunyai peluang untuk mendapatkan ranking yang lebih baik. Saran Dalam melakukan penilaian terhadap perbandingan berpasangan harus memperhatikan konsep-konsep dan aksioma-aksioma AHP agar perbandingan berpasangan tersebut dapat dilakukan dengan konsisten. Untuk menghasilkan prediksi yang lebih akurat, komparasi yang lebih obyektif dan analisa yang lebih stabil, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode-metode yang lebih baik lagi seperti metode Analytic Network Process (ANP) yang juga dibuat oleh Profesor Thomas L. Saaty. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan dengan pengambilan sampel yang lebih merata; menambahkan pertimbangan-pertimbangan lain dalam memberikan penilaian terhadap sekolah dasar, seperti faktor akreditasi dari Departemen Pendidikan Nasional; membangun struktur hierarki dengan lebih dari tiga level serta membuat analisa yang lebih baik lagi. 42

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Desember 2007. Sekolah Dasar di Depok dan Sekitarnya. Ad Info Edisi 31/III. Depok Anonim. 2008. The Complete Decision Formulation, Analysis and Presentation for Windows. http://www.infoharvest.com./ihroot/index.asp/ Gunawan, Agus D. 2006. Diktat Kuliah Sistem Penunjang Keputusan. Program Pasca Sarjana Universitas Gunadarma. Jakarta McLeod, Raymond, Jr. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia Jilid II. PT Prenhallindo. Jakarta Saaty, L. Thomas. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hierarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Kompleks. Seri Manajemen No.134. Cetakan kedua. PT Gramedia. Jakarta Teknomo, Kardi. 1999. Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Dalam Menganalisa Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus. Dimensi Teknik Sipil. Volume 1, No.1 http://people.revoledu.com/kardi/publication/dimensi1.pdf 43