[1] PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMEN-KP/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nasional tentang Tata Cara Pengangkatan Pelaksana Tugas di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 033 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAIANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : K.26-30ru.20-3/99

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.01/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

[1] PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP. Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENJABAT SEKRETARIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk kelancaran pelaksanaan tugas di lingkungan Kementeri

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110/PMK.01/2014 TENTANG PEJABAT PENGGANTI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri (Lembaran Negara Repu

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan...

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14A/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangk

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur S

, No.1901 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.38, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengangkatan. Kepala LP Klas I. Syarat. Tata Cara.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA KERJA DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DAN SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBERIAN KUASA. BAGI PNS GOL/RUANG a. Sekretaris Jenderal a. Menandatangani pengumuman penerimaan ASN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 237/PMK.01/2014 TENTANG

2017, No Harian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2015 TENTANG UNIT KERJA MENTERI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Neger

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembara

Transkripsi:

[1] DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 25/PERMEN-KP/2013 TENTANG PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta dengan memperhatikan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 perihal Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas dalam Aspek Kepegawaian, perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Kelautan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

[2] Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5258); 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);

[3] Memperhatikan : 8. Peraturan Presiden Nomor 136 Tahun 2015 2013 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 263); 9. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1); 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1139) 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227); Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99, tanggal 5 Februari 2016, perihal Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 25/PERMEN-KP/2013 TENTANG PELAKSANA TUGAS DAN PELAKSANA HARIAN PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN.

[4] Pasal I Beberapa ketentuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2013 tentang Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1139), diubah 1. Mengubah ketentuan Pasal 1, sehingga seluruhnya berbunyi Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pelaksana tugas yang selanjutnya disebut Plt. adalah pejabat yang diangkat untuk melaksanakan tugas jabatan struktural, karena pejabat struktural yang bersangkutan berhalangan tetap. 2. Pelaksana harian yang selanjutnya disebut Plh. adalah pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas jabatan struktural, karena pejabat struktural yang bersangkutan berhalangan sementara. 3. Berhalangan tetap adalah keadaan tidak melaksanakan tugas dan jabatan disebabkan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil, dibebaskan dari jabatan, atau diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil. 4. Berhalangan sementara adalah keadaan tidak dapat melaksanakan tugas dan jabatan karena sedang melakukan pendidikan dan pelatihan/kursus, kunjungan kerja ke daerah atau ke luar negeri, sakit, cuti, menunaikan ibadah haji, atau alasan lain yang serupa dengan itu. 5. Pejabat adalah Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrasi, dan Pejabat Fungsional.

[5] 6. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah. 7. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi. 8. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 9. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Administrasi pada instansi pemerintah. 10. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. 11. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional pada instansi pemerintah. 12. Pejabat pembina kepegawaian adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. 2. Mengubah ketentuan Pasal 5, sehingga seluruhnya berbunyi (1) Pejabat dapat diangkat sebagai Plt. apabila memenuhi persyaratan a. menduduki jabatan pimpinan tinggi atau jabatan administrasi dengan eselon sama atau setingkat lebih rendah, atau menduduki jabatan fungsional dengan jenjang sekurangkurangnya sama dengan jenjang minimal yang dipersyaratkan untuk jabatan yang akan diduduki; b. cakap dan mampu dalam melaksanakan tugas; c. memiliki penilaian prestasi kerja selama 1 (satu) tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik; dan

[6] d. tidak sedang dalam proses penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan peraturan perundang-undangan. (2) Eselon dan jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 3. Ketentuan Pasal 6 dihapuskan seluruhnya. 4. Mengubah ketentuan Pasal 7 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 6 baru sehingga berbunyi Atasan langsung dari jabatan yang akan diduduki mengusulkan pejabat untuk ditetapkan sebagai Plt. kepada pejabat yang berwenang, dengan melampirkan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d. 5. Mengubah ketentuan ayat (1) Pasal 8, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 7 baru, sehingga berbunyi (1) Pejabat yang akan diangkat sebagai Plt. dalam jabatan struktural eselon II ke bawah diusulkan secara berjenjang oleh: a. Kepala Biro Kepegawaian/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Badan kepada Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal/Kepala Badan untuk Plt. jabatan pimpinan tinggi pratama atau setingkat eselon II dan Kepala UPT di lingkungan unit kerja masing-masing;

[7] b. Direktur/Kepala Pusat kepada Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan untuk Plt. jabatan administrator atau setingkat eselon III dan jabatan pengawas atau setingkat eselon IV di lingkungan unit kerja masing-masing; c. Kepala Biro/Kepala Pusat kepada Kepala Biro Kepegawaian untuk Plt. jabatan administrator atau setingkat eselon III dan jabatan pengawas atau setingkat eselon IV di lingkungan Sekretariat Jenderal; d. Kepala UPT kepada Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Badan untuk Plt. jabatan administrator atau setingkat eselon III dan jabatan pengawas atau setingkat eselon IV dan eselon V, di lingkungan unit kerja masing-masing. (2) Pengusulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah pejabat definitif dinyatakan berhalangan tetap. (3) Apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum diusulkan oleh pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan Plt. ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal setelah berkoordinasi dengan pimpinan unit kerja eselon I yang bersangkutan. 6. Mengubah ketentuan Pasal 9, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 8 baru, sehingga berbunyi (1) Pejabat hanya dapat diangkat sebagai Plt. sepanjang eselonnya sama atau setingkat lebih tinggi di lingkungan unit kerja masing-masing.

[8] (2) Pejabat fungsional dapat diangkat sebagai Plt. dalam jabatan pimpinan tinggi atau jabatan administrasi sepanjang jenjangnya sama atau setingkat lebih rendah. (3) Pelaksana hanya dapat diangkat sebagai Plt. jabatan administrasi. (4) Pejabat yang diangkat sebagai Plt.: a. tidak dilantik dan diambil sumpah jabatan; dan b. tidak dibebaskan dari jabatan struktural dan jabatan fungsional. (5) Pengangkatan sebagai Plt. ditetapkan dengan surat perintah. (6) Surat perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku sampai dengan ditetapkannya pejabat definitif. 7. Mengubah ketentuan Pasal 10, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 9 baru, sehingga berbunyi Pejabat yang berwenang mengangkat Plt. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 adalah a. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk Plt. jabatan pimpinan tinggi madya atau setara eselon I; b. Pejabat pimpinan tinggi madya atau setara eselon I untuk Plt. jabatan pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II dan Kepala UPT di lingkungan unit kerja masing-masing; c. Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Badan untuk Plt. jabatan administrasi atau setara jabatan administrator atau jabatan pengawas di lingkungan unit kerja masing-masing;

[9] d. Kepala Biro Kepegawaian untuk Plt. jabatan jabatan administrasi atau setara jabatan administrator atau jabatan pengawas di lingkungan Sekretariat Jenderal. 8. Mengubah Pasal 11, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 10 baru, sehingga berbunyi sebagai berikut: (1) Plt. memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk merencanakan, mengoordinir, mengarahkan, memantau, menunjuk Plh. dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi pada jabatan dimana yang bersangkutan ditugaskan sebagai Plt. (2) Kewenangan dan tanggung jawab Plt. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain sekurang-kurangnya meliputi: 1. menetapkan sasaran kerja pegawai dan penilaian prestasi kerja; 2. menetapkan kenaikan gaji berkala; 3. menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN); 4. menetapkan surat penugasan pegawai; 5. menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; dan 6. memberikan izin belajar; 7. memberikan izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi; dan 8. memberikan izin tidak masuk kerja. (3) Plt. tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang bersifat mengikat dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek kepegawaian.

[10] (4) Plt. tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam aspek kepegawaian yang meliputi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. (5) Keputusan yang bersifat mengikat dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya meliputi: a. penetapan keputusan penjatuhan hukuman disiplin; b. persetujuan pindah antar instansi; c. kenaikan pangkat; d. penyesuaian gaji pokok; e. pembebasan dari jabatan; f. pemberian izin perkawinan dan perceraian. 9. Mengubah Pasal 12, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 11 baru, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pejabat yang diangkat sebagai Plt. tidak mendapat tunjangan jabatan struktural dalam kedudukannya sebagai Plt. 10. Ketentuan Pasal 13 lama dijadikan ketentuan Pasal 12 baru. 11. Mengubah ketentuan Pasal 14 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 13 baru, sehingga berbunyi (1) Pejabat dapat ditunjuk sebagai Plh. apabila memenuhi persyaratan a. menduduki jabatan pimpinan tinggi atau jabatan administrasi dengan eselon sama atau setingkat lebih rendah, atau menduduki jabatan fungsional dengan jenjang sekurangkurangnya sama dengan jenjang minimal yang

[11] dipersyaratkan untuk jabatan yang akan diduduki;; b. cakap dan mampu dalam melaksanakan tugas; c. memiliki penilaian prestasi kerja selama 1 (satu) tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik; dan d. tidak sedang dalam proses penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan peraturan perundang-undangan. (2) Eselon dan jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 12. Ketentuan Pasal 15 dihapuskan seluruhnya. 13. Mengubah ketentuan Pasal 16 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 14 baru, sehingga berbunyi (1) Pejabat yang berhalangan sementara mengusulkan pejabat untuk ditetapkan sebagai Plh. kepada pejabat yang berwenang, dengan mempertimbangkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d. (2) Dalam hal berhalangan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mendadak/tidak direncanakan, atasan langsung dapat menunjuk Plh. pejabat yang berhalangan sementara tersebut secara langsung. 14. Mengubah ketentuan Pasal 17 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 15 baru, sehingga berbunyi

[12] (1) Penunjukan Plh. dilakukan dalam hal pejabat pimpinan tinggi dan administrasi berhalangan sementara. (2) Berhalangan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya 1 (satu) hari kerja. (3) Penunjukan Plh. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Menteri Kelautan dan Perikanan menunjuk pejabat pimpinan tinggi madya atau setara eselon I lain atau pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II di lingkungan unit kerja pejabat pimpinan tinggi madya yang berhalangan sementara, untuk menjadi Plh. pejabat pimpinan tinggi madya. b. Pejabat pimpinan tinggi madya atau setara eselon I menunjuk pejabat pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II lain pejabat administrator atau setara eselon III di lingkungan unit kerja pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II yang berhalangan sementara, untuk menjadi Plh. pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II. c. Pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara eselon II menunjuk pejabat administrator atau setara eselon III lain atau pejabat pengawas atau setara eselon IV di lingkungan unit kerja pejabat administrator atau setara eselon III yang berhalangan sementara, untuk menjadi Plh. pejabat administrator atau setara eselon III. d. Pejabat administrator atau setara eselon III menunjuk pejabat pengawas atau setara eselon IV atau eselon V lain atau pelaksana di lingkungan unit kerja pejabat pengawas atau

[13] setara eselon IV yang berhalangan sementara, untuk menjadi Plh. pejabat pengawas atau setara eselon IV atau eselon V. (4) Penunjukan Plh. pada tingkat UPT, untuk pejabat yang berhalangan sementara tidak lebih dari 2 (dua) hari ditetapkan oleh Kepala UPT. (5) Penunjukan Plh. pada tingkat UPT, untuk pejabat yang berhalangan sementara yang berhalangan sementara lebih dari 2 (dua) hari ditetapkan oleh Sekretaris unit kerja eselon I yang bersangkutan atas usul dari Kepala UPT. 15. Mengubah ketentuan Pasal 18 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 16 baru, sehingga berbunyi (1) Plh. memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk merencanakan, mengoordinir, mengarahkan, dan memantau pelaksanaan tugas dan fungsi pada jabatan dimana yang bersangkutan ditugaskan sebagai Plh. (2) Kewenangan dan tanggung jawab Plt. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain sekurang-kurangnya meliputi: 1. menetapkan sasaran kerja pegawai dan penilaian prestasi kerja; 2. menetapkan kenaikan gaji berkala; 3. menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN); 4. menetapkan surat penugasan pegawai; 5. menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; 6. memberikan izin belajar; 7. memberikan izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi; dan 8. memberikan izin tidak masuk kerja.

[14] (3) Plh. tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang bersifat mengikat. dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek kepegawaian. (4) Plh. tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam aspek kepegawaian yang meliputi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. (5) Keputusan yang bersifat mengikat dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya meliputi: a. penetapan keputusan penjatuhan hukuman disiplin; b. persetujuan pindah antar instansi; c. kenaikan pangkat d. penyesuaian gaji pokok; e. pembebasan dari jabatan; f. pemberian izin perkawinan dan perceraian; (6) Plh. tidak dapat menunjuk Plh. Untuk jabatan yang sedang diduduki maupun melimpahkan jabatan sebagai Plh. 16. Mengubah ketentuan Pasal 19 lama, dan selanjutnya dijadikan ketentuan Pasal 17 baru, sehingga berbunyi Pejabat yang ditunjuk sebagai Plh. tidak mendapat tunjangan jabatan struktural dalam kedudukannya sebagai Plh. 17. Ketentuan Pasal 20 lama dijadikan ketentuan Pasal 18 baru.

[15] 18. Ketentuan Pasal 21 lama dijadikan ketentuan Pasal 19 baru. 17. Sesudah Pasal 19 baru, ditambah satu ketentuan baru yang dijadikan Pasal 20 baru, yang berbunyi sebagai berikut: BAB V PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA Pasal 20 (1) Pejabat yang diangkat sebagai Plt. atau Plh. diberikan tunjangan kinerja. (2) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada pejabat yang menjabat sebagai Plt. atau Plh. dengan jangka waktu sekurang-kurangnya selama 1 (satu) bulan kalender. (3) Pemberian tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan dengan ketentuan a. pejabat yang merangkap Plt. atau Plh. setingkat dengan jabatan definitifnya, menerima tunjangan kinerja jabatan definitifnya ditambah 20% (dua puluh perseratus) dari tunjangan kinerja dalam jabatan yang dirangkapnya; b. pejabat yang merangkap Plt. atau Plh. jabatan satu tingkat di atas jabatan definitifnya, menerima tunjangan kinerja pada jabatan yang dirangkapnya dan tidak menerima tunjangan kinerja dalam jabatan definitifnya; c. pelaksana yang merangkap sebagai Plt. atau Plh. jabatan pengawas menerima tunjangan kinerja pada jabatan yang dirangkapnya dan

[16] tidak menerima tunjangan kinerja dalam jabatan pelaksana definitifnya; d. Pejabat Fungsional yang merangkap sebagai Plt. jabatan pengawas menerima tunjangan kinerja pada jabatan yang dirangkapnya jika tunjangan kinerja fungsional definitifnya lebih kecil dari tunjangan kinerja jabatan pengawas; dan e. Pejabat fungsional yang merangkap sebagai Plt. jika tunjangan kinerja jabatan fungsional tertentunya lebih besar, menerima tunjangan kinerja fungsional ditambah 20% (dua puluh perseratus) dari tunjangan kinerja dalam jabatan sebagai Plt. atau Plh. pada jabatan yang dirangkapnya. (4) Pemberian tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibayarkan pada bulan pembayaran tunjangan kinerja berikutnya. (5) Pejabat yang merangkap sebagai Plt. atau Plh. dengan jangka waktu menjabat kurang dari 1 (satu) bulan kalender, tidak berhak mendapatkan pembayaran tunjangan kinerja dari jabatan yang dirangkapnya. 18. Sesudah Pasal 20 baru, ditambah satu ketentuan baru yang dijadikan Pasal 21 baru, yang berbunyi sebagai berikut: PAKTA INTEGRITAS PASAL 21 Pejabat yang diangkat sebagai Plt. atau Plh., wajib menandatangani Pakta Integritas, dibuat menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

[17] Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI