BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Efektivitas, Penadahan, Hakim

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena di Indonesia, segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. gelombang kejahatan yang cukup terasa dan menarik perhatian, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang di dunia telah melakukan pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta tak kalah pentingnya pembangunan di bidang hukum yang dari tahun ke tahun mengalami pembaharuan agar sistem hukum di Indonesia lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembangunan hukum sendiri diarahkan pada makin terwujudnya sistem hukum lebih baik mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum termasuk aparat hukum, sarana dan prasarana hukum, perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya hukum yang tinggi dalam rangka mewujudkan negara hukum. 1 Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Adapun yang dimaksud dengan sumber dari segala sumber hukum adalah pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari budi nurani manusia. 2 1 Fence M. Wantu, Kepastian Hukum, Keadilan, Dan Kemamfaatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011,Hlm. 1 2 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Surabaya, 1993, Hlm. 52-53 1

Hukum adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan barangsiapa yang melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntut oleh pihak yang berwenang atau oleh pihak yang hak-haknya dirugikan. Peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah haruslah ditaati oleh masyarakat tanpa terkecuali, agar terjadi keseimbangan dalam tiap-tiap anggota masyarakat. Kurangnya kesadaran hukum menyebabkan konflik dan ketidakpercayaan terhadap tiap-tiap anggota masyarakat, aparat penegak hukum, dan pemerintah. Berdasarkan definisi ini hukum tidak ada tanpa adanya masyarakat. 3 Hukum memiliki fungsi-fungsi yang sedemikian rupa sehingga di dalam suatu kehidupan bermasyarakat diharapkan terwujudnya ketertiban, keteraturan, keadilan, dan perkembangan, sehingga dapat dijumpai masyarakat yang senantiasa berkembang. Agar hukum melaksanakan fungsinya dengan baik dan seyogya maka bagi pelaksana penegak hukum dituntut kemampuan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dengan seni yang dimiliki masing-masing antara lain dengan menafsirkan hukum sesuai keadaan dan posisi pihak-pihak sedemikian rupa. 4 Pengaruh dari kurangnya kesadaran hukum berakibat pada kasus kriminalitas dan tindak pidana kejahatan lainnya, seperti penjambretan, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, penganiyayaan, dan lain 3 Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, 2013, Jakarta, Hlm. 9 4 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, 1983, Bandung, Hlm. 156 2

sebagainya.selain kejahatan pelanggaran kaidah atau norma-norma dalam masyarakat pun adalah melanggar hukum dan merupakan suatu tindak pidana. Hal ini telah dinyatakan secara tegas karena sistem hukum pidana di negara Indonesia menganut azas legalitas yang dicantumkan dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : 5 Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada Unsur perbuatan merupakan salah satu unsur pokok tindak pidana disamping unsur kesalahan. Asas legalitas yang merupakan pembatasan kewenangan hakim dalam menentukan perbuatan-perbuatan yang pelakunya dapat dipidana, kausalitas yaitu hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan akibat yang terjadi, dan sifat melawan hukum suatu perbuatan. 6 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya seharusnya dipidana. Tindak pidana dirumuskan dalam undang-undang, antara lain KUHPid. Beberapa definisi lainnya tentang tindak pidana, antara lain: Menurut wirjono Prodjodioro, tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana, sedangkan menurut D. Simons, tindak pidana (strafbaar feit) adalah kelakuan (hendeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan 5 Fokus Media, KUHAP & KUHP, Bandung, 2012, Hlm. 233 6 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Raja Grafindo Persada, manado, 2012, Hlm. 87 3

dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. 7 Hukum pidana sebagai salah satu bagian dari hukum publik merupakan salah satu instrument yang sangat urgen sejak zaman dahulu. Hukum ini sangat penting dalam menjamin keamanan masyarakat dari bahaya tindak pidana, menjaga stabilitas negara, bahkan yang berperan merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana di setiap masanya. Menurut D. Simons hukum pidana adalah keseluruhan perintah dan larangan, yang pelanggarannya diancam dengan suatu nestapa khusus berupa pidana oleh negara atau suatu masyarakat hukum publik lain, keseluruhan peraturan yang menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu, dan keseluruhan ketentuan untuk mengenakan dan menjalankan pidana tersebut. 8 Tujuan hukum pidana ini sebenarnya untuk mencegah gejala-gejala sosial yang kurang sehat disamping pemulihan bagi yang sudah terlanjur berbuat yang tidak baik. Jadi hukum pidana adalah ketentuan-ketentuan yang membatasi dan mengatur tingkah laku masyarakat dalam meniadakan pelanggaran.jika dalam kehidupan masyarakat masih banyak pelanggaran atau kejahatan itu disebabkan oleh moralitas individu seseorang.untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya pelanggaran tindak pidana maka dipelajarilah kriminologi. Dalam kriminologi sesorang akan diteliti dan dipelajari mengapa sampai melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan 7 Frans Maramis, Ibid, Hlm. 6 8 Frans Maramis, Ibid. Hlm. 6 4

kebutuhan hidup sosial. Jadi kriminologi yang bertugas membantu hukum pidana dalam mempelajari sebab-sebab orang melakukan tindak pidana, bagaimana akibatnya, dan cara menghilangkan perbuatan pidana tersebut. 9 Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi maka kejahatan khusunya tindak pidana semakin tinggi, bukan hanya di negara berkembang tapi di setiap negara maju pun mengalami kejahatan yang dapat mengganggu keamanan dan stabilitas negara, sehingga itu hukum yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah-masalah kejahatan yang di jalankan oleh aparat hukum dan dapat mengatasinya dengan berupa sanksi yang ada. Suatu tindak pidana berupa pencurian barang kerap kali kita temukan di wilayah. Wilayah yang padat akan penduduknya, sekilas kita lihat baik di media cetak maupun di media elektronik, sering diberitakan adanya perampokan, pencurian, penjambretan yang sangat tidak terkendali. Hasil dari perbuatan ini ternyata tidak berhenti sampai disitu, namun hal ini berlanjut kepada pidana penadahan, karena barang hasil curian tersebut dijual kepada penadah. Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di Polres Gorontalo Kota, untuk tindak pidana penadahan dijelaskan oleh Kanit III TIPITER (Tindak Pidana Tertentu) atas nama AIPTU Vendry Utiarahman S.Ag, bahwa tindak pidana setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya tindak pelaku pencurian yang menjual barang tersebut dengan harga murah sehingga menarik minat dari calon penadah. 9 Frans Maramis, Ibid, Hlm. 12 5

Jika dengan seksama kita tinjau bahwa dalam KUHP Pasal 480 telah mengatur kejahatan pidana penadahan namun kenyataannya kejahatan ini selalu meningkat padahal hukuman yang dijelaskan dalam pasal 480 tersebut sangatlah berat yakni diancam dengan 4 tahun penjara. Apakah hukuman ini terlalu ringan ataukah dalam pasal 480 belum mengatur tindak pidana penadahan secara menyeluruh sehingga para penegak hukum sulit menjerat para pelaku tindak pidana penadahan. Menurut Kanit III TIPITER Polres Gorontalo Kota bahwa sanksi hukum yang diberikan untuk pelaku untuk pelaku tindak pidana penadahan belum maksimal, sebab kadang putusan hakim yang hanya menjatuhkan putusan di bawah dari 1 tahun, yang seharusnya putusan yang diberikan setengah dari hukuman yang di ajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yakni sekurang-kurangya 2 tahun sehingga menurut hemat penulis jika hal itu dilaksanakan akan ada kemungkinan kejahatan tindak pidana ini akan berkurang. Berdasarkan data tersebut di Pengadilan Negeri Gorontalo penulis menemukan beberapa putusan yakni dengan Perkara Nomor:04/Pid.B/2014/PN.GTLO, Nomor:05/Pid.B/2014/PN.GTLO, Nomor:37/Pid.B/2014/PN.GTLO. Ketiga putusan tersebut adalah tindak pidana penadahan yang hukumnnya rata-rata dibawah dari satu tahun, padahal dalam pasal 480 KUHP ancaman hukuman yang diberikan adalah 4 tahun.berdasarkan permasalahan yang penulis lihat bahwa untuk kejahatan pidana penadahan sudah semakin bertambah dan untuk mengatasinya sering mendapat hambatan, maka dalam hal ini penulis termotivasi untuk 6

melakukan suatu penelitian yang berjudul : EFEKTIVITAS PASAL 480 KUHP DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana efektivitas Pasal 480 KUHP dalam putusan pengadilan terhadap tindak pidana penadahan? 2. Apa pertimbangan hakim dalam memberikan putusan tindak pidana penadahan di bawah 1 (satu) tahun? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas Pasal 480 terhadap putusan pengadilan tindak pidana penadahan 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya hukuman bagi pelaku tindak pidana penadahan. D. Manfaat Penelitian Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti mempunyai manfaat penelitian. 1. Memberikan manfaat kepada penulis sebagai pendalaman dan penambahan pengetahuan hukum pidana khusunya tindak pidana penadahan. 2. Dapat memberikan solusi atau pemecahan terhadap kendala atau hambatan dalam menanggulangi tindak pidana penadahan. 3. Sebagai tambahan bacaan dan acuan untuk mahasiswa yang tertarik untuk penelitian mengenai masalah yang sama khususnya tindak pidana penadahan. 7

4. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan atau diterapkan oleh para pelaksana hukum agar dapat mengambil langkah penanggulangan yang tepat untuk menangani apabila timbul suatu tindak pidana penadahan. 8