BAB I PENDAHULUAN. Penilaian perusahaan ini melibatkan peranan manajer keuangan, dimana. mengambil keputusan merupakan kegiatan para manajer.

dokumen-dokumen yang mirip
DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

2013, No.1531

2012, No

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

Figur Data Kota Surakarta Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel/Table Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Tahun 2017

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

B. PASAR NON TRADISIONAL Negara tujuan / mitra dagang yang ekonominya kuat atau menengah yang berpotensi menjadi mitra dagang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan

BERITA RESMI STATISTIK

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut Husnan (2004) nilai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Dalam upaya untuk menghasilkan laba, tentu perusahaan harus

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang tercatat resmi pada BEI bergerak pada industri yang sama yaitu manufaktur.

BERITA RESMI STATISTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang

BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME

BAB I PENDAHULUAN. dari pemegang saham dan hutang. Menurut sifatnya ada dua macam tipe

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar. Pertumbuhan menggambarkan sesuatu yang hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaannya. Modal tersebut berasal dari dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional adalah sektor konstruksi. Sektor ini, berkontribusi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham/pemilik. Nilai perusahaan yang sudah go public tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipakai oleh perusahaan untuk memperluas jangkauan. perusahaannya. Dana tersebut dapat diperolah melalui sumber sumber

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat ini tantangan dalam dunia usaha semakin dirasakan oleh para pengusaha

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena jika tidak tepat, investor tidak hanya kehilangan return tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan pasti dibutuhkan dana yang dimana dana tersebut dimiliki oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan menurut pandangan manajemen keuangan, pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan adalah mendapat keuntungan dari operasi return saham (capital gain)

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Nugroho, 2014). bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal dengan menggunakan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan tentunya ingin terus berkembang dan tujuannya dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. baik. Kinerja perusahaan tersebut dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dibuat oleh UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dalam menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Prapaska

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah gedung, perkantoran, mall, hotel,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

I.9 POSISI PINJAMAN MODAL KERJA RUPIAH YANG DIBERIKAN BANK UMUM DAN BPR MENURUT KELOMPOK BANK & LAPANGAN USAHA (Miliar Rp)

BAB 1 PENDAHULUAN. tepat, investor akan memperoleh return yang tinggi. Apabila investor ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. berbentuk saham biasa, saham preferen serta bukti right dan waran.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Saham dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OVERVIEW 1/29

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian perusahaan merupakan suatu hal yang paling penting bagi perusahaan yang sudah go public karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi investor dalam berinvestasi pada perusahaan. Penilaian perusahaan ini melibatkan peranan manajer keuangan, dimana pengalokasian dana perusahaan serta kebijakan yang dibuat dalam mengambil keputusan merupakan kegiatan para manajer. Semua perusahaan go public pasti memiliki berbagai macam tujuan, akan tetapi tujuan utama dari perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan bagi investor. Investor akan lebih memaksimalkan nilai saham dan memaksa manajer untuk melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan mereka melalui pengawasan yang dilakukan. Para investor mengawasi kinerja perusahaan melalui data akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan terdapat laporan mengenai laba yang diperoleh perusahaan. Laba setelah dipotong bunga dan pajak atau Earning After Tax (EAT) yang terdapat di laporan laba rugi merupakan laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para investor. EAT ini merupakan hak bagi investor atas investasi yang ditanamkan pada suatu perusahaan. Disini dapat 1

2 kita simpulkan bahwa semakin tingginya laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga akan meningkat, sehingga diperlukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang membagikan dividennya akan semakin meningkatkan nilai perusahaan, karena para investor akan berpikir bahwa mereka tepat dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi. Beberapa perusahaan setelah membagikan dividen kepada para investor ada yang mengalami kesulitan dan terpaksa menghemat sebagian kas. Hal ini merupakan tuntutan perusahaan atau khususnya manajer keuangan untuk membuat keputusan yang tepat demi keberlangsungan perusahaannya, baik secara internal maupun eksternal. Kebijakan dividen ini harus benar benar dioptimalkan, karena para investor mengharapkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan sedangkan perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan yang terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya serta memberikan kesejahteraan bagi investor. Kebijakan yang dibuat harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Nurmala (2006) menyatakan bahwa kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Waktu perusahaan mengumumkan dividen atau memutuskan untuk membeli kembali saham. Manajer harus mempertimbangkan baik buruknya dalam keputusan tersebut,

3 karena banyak juga investor yang akan berpikir apakah keputusan yang diambil itu menyediakan profitabilitas perusahaan. Pertimbangan dalam menentukan kebijakan menjadi semakin rumit, apabila kepentingan berbagai pihak diakomodasi. Di satu sisi pemegang saham mengharapkan pembagian dividen yang tinggi sebagai hasil dari investasi dalam perusahaan, di sisi lain manajer harus menahan kas untuk melunasi hutang dan meningkatkan investasi dengan menahan laba setelah pajak (EAT) yang kemudian diinvestasikan kembali ke saham perusahaan. Kebijakan yang dibuat oleh masing masing perusahaan berbeda beda tergantung dari kemampuan perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen yaitu likuiditas. Menurut Sartono (2010:489) likuiditas pada perusahaan menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Waktu perusahaan akan mengambil keputusan dalam membayarkan dividen perlu memperhatikan kewajiban kewajiban yang harus dibayar, ketika perusahaan memutuskan untuk membayarkan dividen kepada para investor berarti manajer harus yakin bahwa perusahaan tidak akan kekurangan kas dan perusahaan tetap dapat memenuhi kewajibannya. Penilaian perusahaan juga mengacu pada likuiditas, karena untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan kreditur harus melihat perkembangan likuiditas perusahaan. Tingkat likuiditas perusahaan tinggi

4 berarti kinerja perusahaan baik maka kreditur tidak ragu dalam memberikan pinjamannya, sedangkan jika tingkat likuiditasnya rendah maka kreditur perlu mempertimbangkan dalam memberikan pinjaman. Melihat dari likuiditas perusahaan kreditur tahu bahwa aset yang dimiliki perusahaan mampu memenuhi hutang jangka pendeknya. Kreditur harus benar benar memperhatikan perkembangan keuangan pada setiap perusahaan yang akan dipinjaminya, agar dana yang dipinjamkannya dapat kembali tepat waktu. Banyak perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang rendah, karena biasanya perusahaan tidak hanya berfokus pada likuiditas melainkan juga berfokus pada tingkat pengembalian profitabilitasnya. Di Indonesia ini banyak perusahaan yang sudah go public, seperti halnya perusahaan pada sektor pertambangan. Perusahaan pertambangan di Indonesia ini memiliki prospek yang sangat menggairahkan karena banyak diminati oleh para investor. Khususnya para investor asing sangat berminat pada bisnis yang ada di Indonesia ini. Investasi modal asing yang ditanamkan lebih dari 70% pada sektor bisnis sekunder maupun tersier. Pada sektor bisnis primer di Indonesia investor asing menanamkan lebih dari lima belas ribu juta US$ dan lebih dari 50% dana tersebut ditanamkan di sektor pertambangan. Hal tersebut membuktikan bahwa sumber daya alam yang melimpah di Indonesia sukses menarik para investor asing untuk ikut serta mengeksploitasi SDA yang ada di nusantara ini.

5 Di bawah ini adalah tabel 1.1 yang memberikan gambaran mengenai perkembangan investor dari tahun 2010 2013 khususnya pada investor asing yang membidik sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1: Perkembangan Realisasi Investasi PMA (juta US$) NO. S E K T O R / S e c t o r 2010 2011 2012 2013 I SEKTOR PRIMER / Primary Sector 3,033.9 4,883.2 5,933.1 6,471.84 1 Tanaman Pangan & Perkebunan / Food Crops & Plantation 751.0 1,222.5 1,601.9 1,605.34 2 Peternakan / Livestock 25.0 21.1 19.8 11.30 3 Kehutanan / Forestry 39.4 10.3 26.9 28.83 4 Perikanan / Fishery 18.0 10.0 29.0 10.01 5 Pertambangan / Mining 2,200.5 3,619.2 4,255.4 4,816.36 II SEKTOR SEKUNDER / Secondary Sector 3,337.3 6,789.6 11,770.0 15,858.78 6 Industri Makanan / Food Industry 1,025.7 1,104.6 1,782.9 2,117.74 7 Industri Tekstil / Textile Industry 154.8 497.3 473.1 750.70 8 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki / Leather Goods & Footwear Industry 130.4 255.0 158.9 96.19 9 Industri Kayu / Wood Industry 43.1 51.1 76.3 39.50 10 Ind. Kertas dan Percetakan/Paper and Printing Industry 46.4 257.5 1,306.6 1,168.88 11 Ind. Kimia dan Farmasi / Chemical and Pharmaceutical 793.4 1,467.4 2,769.8 3,142.31 Industry 12 Ind. Karet dan Plastik / Rubber and Plastic Industry 104.3 370.0 660.3 472.22 13 Ind. Mineral Non Logam / Non Metallic Mineral Industry 14 Ind. Logam, Mesin & Elektronik / Metal, Machinery & Electronic Industry 15 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam/Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock Industry 28.4 137.1 145.8 874.13 589.5 1,772.8 2,452.6 3,327.09-41.9 3.4 26.08 16 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi 393.8 770.1 1,840.0 3,732.24 Lain/Motor Vehicles & Other Transport Equip. Industry 17 Industri Lainnya / Other Industry 27.6 64.7 100.2 111.70 III SEKTOR TERSIER / Tertiary Sector 9,843.6 7,801.7 6,861.7 6,286.91 18 Listrik, Gas dan Air / Electricity, Gas & Water Supply 1,428.6 1,864.9 1,514.6 2,221.75 19 Konstruksi / Construction 618.4 353.7 239.6 526.81 20 Perdagangan & Reparasi / Trade & Repair 773.6 826.0 483.6 606.50 21 Hotel & Restoran / Hotel & Restaurant 346.6 242.2 768.2 462.52 22 Transportasi, Gudang & Komunikasi/Transport, Storage & Communication 5,072.1 3,798.9 2,808.2 1,449.87 23 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran/Real Estate, Ind. Estate & Business Activities 1,050.4 198.7 401.8 677.72 24 Jasa Lainnya / Other Services 553.9 517.3 645.8 341.74 JUMLAH / Total 16,214.8 19,474.5 24,564.7 28,617.54 Sumber : www.bkpm.go.id

6 Tabel di atas menunjukkan perkembangan investasi penanaman modal asing pada seluruh sektor dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Pada sektor pertambangan mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2010 mendapatkan nilai investasi sebesar US$ 2,200.5, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi US$ 3,619.2 dan pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi US$ 4,255.4 sampai pada tahun 2013 masih mengalami peningkatan sebesar US$ 4,816.36. Menurut Mahendra, investor tetap tertarik menggarap sektor tambang meski ada kebijakan pemerintah soal pemurnian mineral di dalam negeri. "Iklim investasi di sektor tambang harus tetap terjaga untuk terus mengawal sentimen positif investor di tengah kebijakan pemurnian mineral yang ditetapkan pemerintah," ujarnya. (www.tempo.co). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan benar benar menarik perhatian para investor. Pada akhirnya jika banyak investor yang akan menanamkan modalnya pada sektor pertambangan, perusahaan harus benar benar memanfaatkan moment tersebut dalam membuat sebuah keputusan yang tepat khususnya pada kebijakan dividen. Pembagian dividen akan meyakinkan investor bahwa perusahaan memberikan return yang menguntungkan dari modal yang ditanamkannya. Para calon investor sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya agar modal yang akan diinvestasikan cukup aman serta memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. Investor perlu

7 melihat laporan keuangan pada perusahaan demi keamananya dalam berinvestasi. Kebijakan dividen pada sektor pertambangan ini harus benar benar dipertimbangkan karena perusahaan harus menentukan besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaannya dengan laba yang akan dibagikan kepada investor. Perusahaan perlu mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, sehingga pada saat perusahaan tidak membagikan dividennya manajer tidak perlu khawatir dan dapat fokus pada suatu hal yang lebih menguntungkan perusahaan. Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan, dan Likuiditas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah likuiditas memoderasi hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan? C. Batasan Masalah Penentuan batasan penelitian dilakukan dengan tujuan agar permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan. Peneliti membatasi penelitian dengan menggunakan data

8 laporan keuangan tahunan yang membahas mengenai dividen, likuiditas dan price book value pada sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2010 2013 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan di atas adalah : a. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan b. Mengetahui bahwa likuiditas memoderasi hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan bagi perusahaan khususnya bagi manajer keuangan dalam memberikan keputusan mengenai kebijakan dividen secara tepat, agar dapat memberikan keuntungan baik bagi perusahaan maupun bagi investor di masa yang akan datang. b. Bagi para investor Penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan para investor dalam mengambil keputusan berinvestasi pada perusahaan yang memberikan return lebih besar terutama dalam pembagian dividen. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini sebagai sarana pengembangan dan pengaplikasian ilmu yang sudah di dapatkan. Hasil dari penelitian ini

9 diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran pada penelitian selanjutnya terutama dalam kebijakan dividen pada perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di BEI.