BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
A. Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. sangat susah, sehingga pemerintah harus melakukan pengadaan impor beras.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Oleh : Slamet Heri Winarno

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

KAWASAN AGROWISATA DI KOPENG

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, akan tetapi lebih jauh diharapkan pariwisata dapat berperan sebagai katalisator pembangunan (agent of development). Dilihat dari sudut ekonomi, sedikitnya ada delapan keuntungan pengembangan pariwisata di Indonesia: Pertama, peningkatan kesempatan berusaha. Kedua, kesempatan kerja. Ketiga, peningkatan penerimaan pajak. Keempat, peningkatan pendapatan nasional. Kelima, percepatan proses pemerataan pendapatan. Keenam, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan. Ketujuh, memperluas pasar produk dalam negeri. Dan kedelapan, memberikan dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran wisatawan, para investor, maupun perdangangan luar negeri (Yoeti. A, 2008:XIX). Begitu banyak keuntungan yang bakal dapat diraih, maka pengembangan pariwisata sebagai suatu industri tidak dapat dilakukan sebagai pekerjaan sambilan, akan tetapi hendaknya diperlakukan sebagai suatu bisnis yang harus dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, hukum permintaan dan penawaran, serta strategi perdagangan yang harus dikelola secara professional (Yoeti. A, 2008:XIX). Khusus pada negara-negara berkembang, pengaruh pariwisata sebagai suatu industri jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari selama dua dekade terakhir, seperti misalnya: a) Tumbuh dan berkembangnya usaha makanan dan minuman yang bersifat lokal yang banyak diminati wisatawan. b) Tumbuh dan berkembangnya industri kecil yang menghasilkan produk cenderamata khas daerah yang juga sekaligus telah meningkatkan pangsa pasar ekspor Indonesia. c) Tumbuh dan berkembangnya restoran, kafe, dan bar yang bersifat lokal, tetapi diminati wisatawan.

2 d) Munculnya grup yang memberikan pelayanan untuk guides and interpreters yang sekaligus telah menyuburkan tumbuhnya kursus-kursus bahasa asing di Indonesia. e) Tumbuh dan berkembangnya usaha agen perjalanan dan BPW (Biro Perjalanan Wisata) lokal untuk melayani wisatawan pada hampir semua DTW (Daerah Tujuan Wisata) di Indonesia. f) Banyaknya perusahaan lokal yang menyelenggakan cultural events untuk konsumsi wisatawan maupun masyarakat lokal pada masing-masing DTW. g) Tumbuh dan berkembangnya restoran cepat saji (fast foods) pada hampir setiap kota-bahkan desa-desa di Indonesia. h) Tumbuh dan berkembangnya lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata, mulai dari SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata, 124), akademi dan sekolah tinggi (83) dan kursus-kursus yang tidak tercatat serta balai latihan. i) Tumbuh dan berkembangnya took-toko yang biasa disebut istilah Shop for Tourist Needs, yang menual: film, tissue, majalah, koran, drugstore, baju renang, perangko dan kartu pos. j) Banyaknya usaha-usaha penginapan (specialized local housing) yang penuh sesak oleh wisatawan seperti di Yogyakarta dan Kuta berupa homestay, pension, losmen, bungalow maupun small inns. k) Tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha yang disebut sebagai decorative materials for hotel and resorts dengan memunculkan berbagai benda-benda seni tradisional etnis lokal. Mewujudkan pariwisata yang berkesinambungan merupakan sebuah usaha yang tidak hanya dilakukan oleh satu unsur, melainkan gabungan dari semua unsur-unsur yang terkait, baik dari pemerintah, masyarakat hingga instansi-instansi pendukung pariwisata. Menurut World Economic Forum, pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke 74 untuk tujuan pariwisata dari 133 tujuan pariwisata di seluruh negara di dunia dan menempati urutan ke 13 dalam urutan Asia Pasifik. Tujuan utama yang dituju pertama oleh para wisatawan asing maupun lokal di Indonesia adalah Bali, urutan ke dua ditempati kota-kota di Jawa Barat sedangkan sisanya adalah kota-kota lainnya di luar Pulau Jawa.

3 Walaupun Indonesia pada tahun 2011 menempati urutan ke 74 dari 133 tujuan pariwisata di seluruh negara di dunia, terlihat jelas dari data tersebut bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lainnya. Oleh karena itu, Indonesia dapat meningkatkan terus posisinya dengan membenahi banyak hal baik berupa SDM manusia, keamanan, kenyamanan, kebersihan, sarana dan prasarana yang menunjang untuk pariwisata. Secara traditional, pertanian dan pedesaan dalam pembangunan ekonomi dipandang memiliki peranan sebagai pendukung pembangunan. Pembangunan dalam hal ini dilihat sebagai suatu proses perubahan struktural dari perekonomian yang pada awalnya fokus pada aktivitas-aktivitas di pertanian menuju pada masyarakat industrial dan jasa yang modern. Pemerintahan juga mengambil alih kekuasaan desa dalam tata kehidupannya sendiri. Proses dimulai oleh Undang-undang (UU) No.5 Tahun 1979 yang mengubah arah kebijakan pengelolaan desa agar tetap dapat menjalankan pemerintahannya sendiri (self governing community) menjadi penyeragaman dan sentralisasi pengelolaan desa. Sistem pemerintahan yang sentralis dan pendekatan local state government yang menempatkan desa hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah telah mengabaikan keragaman yang dimiliki desa-desa. Berdasarkan data, 69.957 desa di Indonesia mengenal keragaman keragaman dan 59,5% memiliki komposisi penduduk lebih dari dua etnis (Podes, 2006). Dari seluruh desa yang memiliki keragaman, 45,2% diantaranya termasuk desa miskin. Ini menunjukkan pendekatan yang keliru dalam menangani desa yang memiliki keragaman. Di sisi lain, peran serta pemerintah dapat menimbulkan ketergantungan pada bantuan pemerintah. Pemerintah telah banyak meluncurkan program pembangunan desa, namun angka kemiskinan di desa tetap tinggi. Seringkali program pembangunan bertumpuk dan tidak dirancang untuk berkelanjutan. Masyarakat desa menjadi tergantung pada program dan tidak berusaha membangun desanya sendiri. Pengembangan desa dari segi pemanfaatan alam adalah bagian yang harus dilakukan untuk menjamin keadilan dan keberpihakan negara kepada rakyat miskin yang banyak tinggal di desa dan upaya revitalisasi pertanian dan pedesaan dan mendorong ekonomi berbasis kekuatan lokal yang dapat mewujudkan kemakmuran masyarakat desa. Oleh karena itu, agrowisata dapat menyediakan alternatif perbaikan

4 ekonomi kreatif ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal (U.S. Konggres OTA, 1992). Faktor pendorong wisatawan mengunjungi daya tarik wisata bertipe Agrowisata adalah dominan dipengaruhi oleh faktor relaxation, escape, strenghthing family bond dan play. Kunjunganya untuk memenuhi tujuan penyegaran tubuh, menghilangkan kejenuhan, ajakan teman atau keluarga, dan mencari hiburan atau bermain (Utama, 2005). Pengembangan agrowisata sudah banyak dilakukan dikawasan pertanian dan perkebunan sebagai contoh yang ada di kawasan Bandung utara dan sudah banyak berkembang sebagai lahan pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya. Menilik dari pembangunan pariwisata yang berbasis alam, Kabupaten Sumedang memiliki banyak potensi alam yang masih harus dikembangkan. Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44-70º83 Lintang Selatan dan 107º21-108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Luas lahan yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki sumber daya alam memadai yang siap diolah. Luas lahan yang berupa sawah sebanyak 21,95%, luas lahan berupa Hutan Negara sebanyak 29,78%, luas lahan berupa tegal / kebun sebanyak 23,04% dan hutan rakyat sebesar 8,96%. Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah Kabupaten Sumedang untuk kehutanan dan pertanian ternyata lebih dari 50% dari luas wilayah Kabupaten Sumedang. Dengan luas wilayah kehutanan dan pertanian yang mencakup 50% dari luas Kabupaten Sumedang tersebut, penulis tertarik lebih dalam untuk meneliti lebih jauh mengenai pengembangan agrowisata di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang dengan judul Strategi Pengembangan Desa Cilembu Sebagai Kawasan Agrowisata Dalam Upaya Mengangkat Potensi Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Sumedang.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Potensi apa saja yang dapat dikembangkan di Desa Cilembu? 2. Hambatan yang timbul dalam pengembangan Desa Cilembu? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan agrowisata yang melibatkan masyarakat Desa Cilembu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan ruang lingkup permasalahan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis potensi yang dapat dikembangkan di Desa Cilembu 2. Bagaimana hambatan yang timbul dalam pengembangan agrowisata di Desa Cilembu. 3. Bagaimana strategi pengembangan yang cocok untuk masyarakat Desa Cilembu. D. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Kegunaan akademis, mengetahui secara langsung potensi yang dapat di kembangkan di Desa Cilembu sebagai kawasan alternatif agrowisata sehingga dapat memberi manfaat pengetahuan yang lebih luas mengenai pariwisata. 2. Kegunaan praktis yaitu sebagai berikut: A. Bagi peneliti, sebagai bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian kepariwisataan yang berbasis alam di kabupaten Sumedang dan menambah melatih penulis untuk bisa menjadi pengembang di suatu kawasan yang mempunyai potensi pariwisata. B. Bagi pemerintah daerah setempat, terutama bagi daerah Kabupaten Sumedang dalam mengembangkan dan mengelola kawasan agrowisata Kabupaten Sumedang.

6 C. Bagi masyarakat, yaitu sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kawasan agrowisata yang ada sehingga meningkatkan kesadaran dan dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar. E. Definisi Operasional 1. Pengertian Pengembangan Pengembangan adalah suatu pedoman perubahan dalam keadaan yang berbeda dari kedaan sebelumnya dengan adanya acuan-acuan yang pasti untuk mencapai tujuan tertentu.(sumarwoto, 1999). Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensian dan untuk menentukan pengembanga yang tepat dan sesuai. (Marpaung.2000: 79). Tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai suatu industri. Ketiga faktor tersebut diantaranya: tersedianya objek dan atraksi wisata, adanya aksesibilitas, dan adanya amenitas. (A. Yoeti.1990: 285). Atraksi adalah segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi, dilihat dan tersedianya fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian ditempat-tempat tersebut serta alat komunikasi. Tujuan wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksesibilitas, artinya tujuan wisata harus mudah tercapai.

7 2. Pengertian Agrowisata Agrowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Agrowisata mencakup program-program wisata yang meminimalkan aspek-aspek negatif dari pariwisata konvensional terhadap lingkungan dan meningkatkan integritas budaya masyarakat setempat. Agrowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan Agrowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal.(khan.2003). Daya dukung agrowisata dipengaruhi faktor motivasi wisatawan dan faktor lingkungan hayati lokasi agrowisata. Pengembangan agrowisata di Desa Cilembu merupakan upaya agar lahan pertanian dan perhutanan yang masih ada dapat dikelola dengan baik sebagai alternatif kawasan wisata. Upaya yang dilakukan dalam menjadikan Desa Cilembu sebagai agrowisata adalah dengan meningkatkan potensi dan mengemas produk yang dimiliki oleh Desa Cilembu dengan salah satu contoh yaitu, mengembangkan jenis-jenis tanaman yang dapat di unggulkan dan dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitar, seperti Ubi Cilembu. Selain itu, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pariwisata agar wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah mengakses dan merasa nyaman.