TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK WANGUN SESANA PENARUKAN SINGARAJA

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

BENTUK, FUNGSI DAN JENIS TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI SISWA DI KELAS IX UNGGULAN SMP PGRI 3 DENPASAR. Ni Nyoman Ayu Ari Apriastuti

: Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Kata Kunci: direktif, fungsi, bentuk, strategi, kesantunan, retorika.

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAL GURU KETIKA MEMBERIKAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 SINGARAJA

Hidayat. Abstract. Abstrak. SMA Negeri 6 Banjarmasin

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA NOVEL TRILOGI KARYA AGUSTINUS WIBOWO

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

Majidi Rahmi. Abstract. Abstrak. SMPN 6 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

JENIS, BENTUK, DAN FUNGSI TINDAK TUTUR MEME COMIC PADA FACEBOOK

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

PENGGUNAAN TINDAK TUTUR PENOLAKAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA LABORATORIUM UNDIKSHA

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS. Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM

PERILAKU VERBAL DAN NONVERBAL GURU DALAM PENGAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA TUNARUNGU DI SMA LUAR BIASA GOLONGAN B SINGARAJA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

ANALISIS JENIS, BENTUK, DAN FUNGSI TINDAK TUTUR BERITA UTAMA PADA KORAN BALI POST

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KEGIATAN KESAMAPTAAN DI SMK NEGERI 2 REMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) VERBAL DAN NONVERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII MTSN SERIRIT

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

ABSTRAK. Purnami, Ida Ayu Implikatur Percakapan dalam Naskah Drama Gong Gusti Ayu Klatir Karya A.A. Wiyat S.Ardhi

BAB III METODE PENELITIAN

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Diajukan Oleh: SEPTIN ARIYANI A

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Abstract

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

ABSTRAK. Adi Susrawan, I Nyoman Wujud Kesantunan Imperatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI PSIA.1 SMAN 1 Kubu Karangasem.

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lita Luthfiyanti. Abstract. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Disusun oleh: RISKI SEPTIANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

Elok Puji Prayekti, Tindak Tutu Direktif Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Islam Al Hikmah Jember

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS X SLB NEGERI 1 PEMALANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

Transkripsi:

0 ARTIKEL TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK WANGUN SESANA PENARUKAN SINGARAJA Oleh Made Ratminingsih 0712011084 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013 0

1 TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK WANGUN SESANA PENARUKAN SINGARAJA oleh Made Ratminingsih, NIM 0712011084 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan menjelaskan (1) bentuk tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja dan (2) fungsi tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru dalam proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja. Data penelitian ini adalah ujaran yang terjadi pada guru selama proses belajar mengajar di kelas. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif melalui prosedur sebagai berikut (1) reduksi data, (2) klasifikasi dan deskripsi data, dan (3) penyimpulan data. Hasil penelitian ini adalah (1) bentuk tindak tutur yang dinyatakan guru. (1) Bentuk tindak tutur yang dinyatakan oleh guru adalah tuturan bermodus deklaratif (5,4%), interogatif (36%), dan imperatif (58,5%). Bentuk tuturan yang digunakan tersebut sesuai dengan fungsi tuturan yang dinyatakan guru yaitu fungsi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. (2) Fungsi tindak tutur yang digunakan oleh guru adalah 5 fungsi makro dan 13 fungsi mikro yang terdiri atas fungsi asertif yang meliputi menginformasikan (4,5%); fungsi direktif yang meliputi memerintah (24.3%), meminta (27%), bertanya (25,2%), mempersilakan (2,7%), menegur (2,7%), mengingatkan (1,8%), menyuruh (1,8%), dan memberi nasihat (1,8%); fungsi komisif (0%); fungsi ekspresif yang meliputi menyapa (0,9%), mengancam (2,7%), dan memotivasi 1

2 (1,8%); dan fungsi deklaratif yang meliputi melarang (2,7%). Tuturan yang dinyatakan sebagian besar merupakan tuturan langsung dan lugas. Sesuai dengan hasil penelitian ini disarankan kepada sekolah, pendidik, calon pendidik, dan siswa untuk menyeimbangkan proses komunikasi dalam pembelajaran sesuai dengan tuntunan kurikulum. Kata kunci: bentuk dan fungsi tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar 2

3 Teacher Speech Acts and Learning Process in the TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja Oleh Made Ratminingsih, NIM 0712011084 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni ABSTRACT This study aimed to describe and explain (1) the form of speech acts in the teaching and learning process in kindergarten Wangun Sesana Penarukan Singaraja, (2) the function of speech acts teacher in teaching and learning in kindergarten Wangun Sesana Penarukan Singaraja.To achieve these objectives the reserarher used descriptive research design. The subjects were teachers in teaching and learning in kindergarten. The data this research is ultterances wich accurred on teacher during learning process teaching in the classroom. The data collection in this study was using observasion and interviews. Data were analyzed by using descriptive analysis techni ques through the following procedures : (1) data reduction, (2) data and descriptive classification of data, (3) inference of data. Results of this study were 1) the form of speech acts specified teacher. (1) The form of speech act expressed by the teachers was in the form of declarative speech (5,4%), interrogative (36%), and imperative (58,5%), form of speech used is appropriate to the function of speech that is the function of the teacher stated assertive (4,5%), directive (87,3%), komisif (0%), expressive (5,4%), and declarative (2,7%). 2) The functions of speech acts used by the teacher were 5 and 13 macro functions whih consist of micro functions; the assertive function covering inform (4,5%), directive functions covering rule (24,3%), ask (27%), beg (2,7%), question ( 25,2%), reprimand (2,7%), warn (1,8%), advise (1,8%), and command (1,8%); expressive functions whih include greeting (0,9%), threatening (2,7%), and motivating (1,8%); declarative functionality whih includes banning (2,7%). The largest part of speech act exspressed by the teacher was direct and strought. Teacher prospective teacher and students to make it balance the communication process in the teaching and learning which is according to the curriculum. Key words : the form and the function of speech acts teacher in teaching and learning in kindergarten 3

4 PENDAHULUAN Fungsi bahasa dalam masyarakat sama halnya dengan fungsi bahasa yang digunakan dalam lingkungan sekolah, khususnya di kelas. Bahasa digunakan untuk menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa. Cara guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa bergantung pada kewenangan dan peran guru di kelas. Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana kelas agar terjadi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogianya memiliki kemampuan melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, seperti kemampuan mengorganisasikan kelas, menggunakan berbagai metode(cara) mengajar, berkomunikasi dengan siswa, dan bersikap baik di dalam kelas (Luwarsih, 1994:10). Pada saat proses belajar mengajar, terjadi adanya hubungan positif antara perilaku produktif siswa dan perilaku gurunya. Perilaku produktif siswa dapat dibentuk oleh sikap dan perilaku guru yang menunjukkan kehangatan, pengertian, persahabatan, serta mampu simpati terhadap perilaku anak. Dalam interaksi belajar-mengajar, bahasa memegang peranan yang sangat penting, karena bahasa merupakan salah satu alat dalam interaksi belajarmengajar. Bahasa merupakan wahana yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pelajaran. Melalui bahasa juga, siswa dapat memahami penjelasan guru. Namun, cara guru mengungkapkan sesuatu seperti memberikan perintah, menyuruh, memberikan instruksi yang memiliki nilai rasa tidak hanya sekadar kata-kata yang diucapkan guru. Contohnya, bila seorang guru ingin menyuruh siswa melakukan sesuatu, guru tidak hanya dapat menyuruh secara langsung, namun dapat menggunakan pertanyaan, saran, atau pernyataan yang bermakna menyuruh. Jadi, guru dapat menyuruh atau mengarahkan siswa secara langsung ataupun secara tidak langsung dengan menggunakan tindak tutur berbeda. Berkenaan dengan fungsi bahasa tersebut, Austin & Searle (dalam Pranowo, 1996:92; dalam Sudiara, 1999:6) mengklasifikasikan tindak bahasa menjadi 5, yaitu direktif, komisif, representatif, dekalratif atau performatif, dan 4

5 expressif. Tindak bahasa direktif berupa penggunaan bahasa dalam bentuk perintah halus (biasanya dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan). Tindak bahasa komisif merupakan penggunaan bahasa sebagai janji atau penolakan untuk berbuat sesuatu ( seperti kalimat Mungkin saya bisa datang besok pagi atau Jangan khawatir, saya akan ada di sana! ). Tindak bahasa representatif merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan kebenaran (seperti dalam kalimat Sebagian pendapat Surya itu benar), sedangkan tindak bahasa deklaratif atau performatif berkenaan dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terkandung pernyataaan baru atau mendeklarasikan sesuatu (seperti dalam kalimat Saya nyatakan Anda sah menjadi suami istri ). Tindak tutur bahasa ekspresif berkaitan dengan penggunaan bahasa yang berupa pengungkapan perasaan (rasa senang atau tidak senang, kecewa atau rasa tidak puas) secara spontan. Menurut Ibrahim (1993:212), wacana guru di kelas dicirikan oleh tindak tutur yang mencakup memberikan informasi, memberi penjelasan, memberikan definisi, bertanya, memberikan perintah, dan memberikan koreksi. Hal ini sesuai dengan tugas seorang guru dalam mengelola kelas yaitu mengarahkan atau menugasi siswa untuk melakukan tugas tertentu dalam aktivitas belajar-mengajar. Berkaitan dengan hal ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui jenis tindak tutur yang digunakan oleh Guru di TK Wangun Sesana dalam ujaran langsung dan tak langsung di kelas dalam proses belajar-mengajar. Peneliti memilih TK Wangun Sesana, karena data awal yang ditemukan berupa fenomena kebahasaan, yaitu penggunaan beranekaragam bentuk tindak tutur dan fungsi tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Berikut beberapa data yang dapat dijadikan acuan awal dalam penelitian ini. Guru : Anak-anak sudah membawa alat-alat menggambar? Siswa : Sudah, Ibu guru Konteks tuturan : Guru baru saja memasuki kelas dan menanyakan perlengkapan menggambar. Berdasarkan percakapan di atas dapat dilihat bahwa guru telah melakukan tuturan yang berfungsi direktif yaitu untuk menyuruh siswa mengeluarkan perlengkapan menggambarnya. Sebagai pengejewantahannya, siswa dengan 5

6 segera mengeluarkan perlengkapan menggambarnya. Dari data awal inilah peneliti ingin meneliti di sekolah ini. Penelitian tentang tindak tutur juga pernah dilakukan oleh Bayu Ariasa. Bayu (2007) meneliti tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia di SMP Negeri di Kota Singaraja dalam interaksi belajar-mengajar di kelas. Penelitian tersebut membahas tentang jenis tindak tutur direktif yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia, fungsi tindak tutur direktif yang dilakukan guru selama pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dan respons siswa terhadap tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia dalam ujaran lisan saat proses belajar-mengajar berlangsung. Objek dalam penelitian ini adalah tindak direktif. Situs penelitiannya adalah SMP Negeri Kota Singaraja serta subjeknya adalah guru bahasa Indonesia SMP Negeri di Kota Singaraja. Terkait dengan penelitian tersebut, terdapat persamaan yakni dalam hal kajian tindak tutur, metode pengumpulan data yang digunakan dan subjeknya sama-sama guru. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Guru dalam Proses Belajar Mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja perlu dilakukan karena dapat berguna untuk memperluas wawasan penelitian yang telah ada. METODE PENELITIAN Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Rancangan penelitian ini dipilih karena rancangan penelitian ini mampu menggambarkan secara utuh tindak tutur dalam ujaran yang terjadi pada guru selama pembelajaran berlangsung. Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan bentuk tindak tutur yang terjadi dan fungsi tindak tutur yang ada. Selain itu, maksud tuturan yang berlangsung akan tergambar dengan tepat. Subjek dalam penelitian ini adalah guru TK kelas Nol Besar dan guru TK kelas Nol Kecil di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja. Sebaran populasi penelitian adalah kelas Nol Besar (B1, B2, dan B3) dan kelas Nol Kecil (A1 dan A2). Setiap kelas dipilih masing-masing satu guru yang mengajar di kelas Nol Besar dan Nol Kecil. Pemilihan satu guru di setiap kelas Nol Besar dan kelas Nol Kecil ini bertujuan melihat kecenderungan umum tuturan yang diucapkan oleh guru selama pembelajaran. Guru yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 6

7 sebanyak dua orang yaitu Ni Kadek Tirta Arini, S.Pd mengajar di kelas A1 dan Yuniari, A.ma mengajar di kelas B1. Sementara itu, objek penelitian adalah tindak tutur dalam ujaran yang terjadi selama pembelajaran di dalam kelas. Sejalan dengan rumusan masalah, objek penelitian secara khusus adalah bentuk dan fungsi tindak tutur yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) metode observasi, dan (2) metode wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi nonpartisipatif. Metode ini dipilih karena penulis ingin melihat situasi pembelajaran alami yang dilakukan oleh guru tanpa ada intervensi dari penulis. Untuk mendapatkan situasi pembelajaran yang alami tentu peneliti harus mengambil jarak dengan subjek penelitian sehingga tercipta situasi yang diinginkan. Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi. Metode observasi digunakan untuk melihat langsung tuturan yang diungkapkan oleh guru. Selain mengamati tuturan secara langsung, metode observasi dilakukan untuk melihat situasi percakapan sehingga penulis dapat menentukan maksud yang terkandung di dalam tuturan guru. Situasi yang alami dan sebenarnya hanya akan dapat diketahui dengan melihat langsung ketika proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas. Metode observasi ini dibarengi dengan melakukan perekaman terhadap tuturan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran. Penggunaan teknik perekaman ini juga dilakukan untuk mencegah kelalaian penulis dalam mencatat percakapan yang terjadi. Selain itu, teknik ini juga membantu ketika analisis data dilakukan. Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan ujaran-ujaran yang berlangsung adalah tape recorder standar yang biasa digunakan untuk merekam suara. Proses perekaman yang dilakukan tidak mengganggu pembelajaran ataupun tidak merekayasa kondisi pembelajaran agar penulis mendapatkan data yang diinginkan. Data yang dikumpulkan dari teknik perekaman ini adalah data percakapan yang terjadi selama pembelajaran. Data percakapan ini merupakan sumber data 7

8 utama yang dianalisis oleh penulis untuk menemukan tindak tutur yang terjadi dalam ujaran guru. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dengan metode analisis data yang telah disiapkan oleh penulis sehingga jawaban yang muncul dapat sesuai dengan yang diharapkan. Metode wawancara ini digunakan untuk mencari data mengenai maksud yang disampaikan penutur kepada mitra tutur. Metode ini hanya akan digunakan apabila ada sebuah kasus ketika observasi yang tidak dapat dipecahkan secara ilmiah dan memerlukan jawaban yang sebenarnya dari penutur itu sendiri. Dengan menggunakan metode ini, penulis mampu menemukan jawaban yang sebenarnya dari tuturan yang berlangsung dan tidak mengalami pemaknaan yang berbeda. Data-data yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara akan dianalisis melalui langkah-langkah, seperti (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penyimpulan. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti pada tahap klasifikasi data. Data berupa tindak tutur dalam percakapan selama pembelajaran dan hasil wawancara diidentifikasi, dipahami, dan diklasifikasi. Data-data yang dianggap relevan diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan dan data yang tidak relevan dapat disisihkan. Datadata yang telah terkumpul kemudian diberikan kode. Dalam hal ini data tindak tutur dalam percakapan yang terjadi selama pembelajaran diberi kode TT/G/B1/Dek/Aser/Jelas/03/2011 untuk tindak tutur yang diucapkan oleh guru. Kode ini dibaca Tindak Tutur (TT); dilakukan oleh guru (G); di kelas Nol Besar (B1); berbentuk kalimat deklaratif (Dek); berfungsi makro asertif (Aser); fungsi mikro menjelaskan (Jelas); bulan Maret (03); tahun 2011 (2011). Dengan melakukan pengodean, penulis dapat melihat penyimpanan data awal. Penyimpanan ini diperlukan untuk melihat data bila sesekali diperlukan lagi untuk melengkapi data yang ada atau untuk konfirmasi. Dengan demikian, data dapat dianalisis, diklasifikasikan lebih lanjut, dan siap untuk dideskripsikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk tindak tutur yang digunakan guru dalam percakapan selama pembelajaran diwujudkan dalam tindak tutur bermodus deklaratif, imperatif, dan interogatif. 8

9 Fungsi asertif yang dinyatakan oleh guru meliputi menginformasikan berbentuk deklaratif. Fungsi direktif yang dinyatakan guru meliputi bertanya, memerintah, meminta, menegur, mengingatkan, memberi nasihat, dan mempersilakan yang dinyatakan guru berbentuk imperatif ; fungsi ekspresif meliputi mengancam, memotivasi, dan menyapa yang dinyatakan guru pada umumnya berupa tuturan berbentuk imperatif dan interogatif ; dan fungsi deklaratif meliputi melarang yang dinyatakan guru pada umumnya berupa tuturan berbentuk imperatif. Bentuk tindak tutur yang paling dominan yaitu bentuk imperatif. Berbagai bentuk tindak tutur guru yang dinyatakan dengan tuturan dalam berbagai bentuk tersebut pada umumnya menggunakan pilihan bahasa yang lugas dan langsung, dan terkesan halus. Hasil penelitian ini menunjukkan fungsi tindak tutur yang dinyatakan guru terhadap siswa dalam pembelajaran di dalam kelas adalah fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi ekspresif dan fungsi deklaratif. Fungsi asertif yang dinyatakan oleh guru meliputi menginformasikan. Fungsi direktif yang dinyatakan guru meliputi bertanya, memerintah, meminta, mempersilakan, menegur, mengingatkan, menyuruh, dan memberi nasihat. Fungsi ekspresif yang dinyatakan guru meliputi menyapa, mengancam, dan memotivasi. Fungsi deklaratif meliputi melarang. Dilihat dari jumlah kemunculannya pada tuturan dalam percakapan saat pembelajaran di kelas, fungsi tindak tutur makro guru jika diurut dari yang terkecil meliputi fungsi tindak tutur asertif, fungsi tindak tutur ekspresif, dan fungsi tindak tutur direktif. Jika diurut jumlah kemunculan fungsi mikro pada tuturan guru dalam percakapan saat pembelajaran di kelas, yang paling dominan adalah meminta, bertanya, dan memerintah rata-rata dua puluh delapan kemunculan. Kemudian diikuti oleh, menegur, menginformasikan, menyuruh, melarang, mengingatkan, dan mempersilakan rata-rata tiga kemunculan. Sementara itu, memotivasi, mengancam, memberi nasihat, dan menyapa rata-rata satu kemunculan. Temuan penelitian sebagaimana diurakan di atas, memperlihatkan bahwa fungsi tindak tutur guru pada umumnya berupa tindak tutur bermakna langsung yang disertai tindak tutur makna tidak langsung. Adanya fungsi tindak tutur tersebut 9

10 menunjukkan bahwa guru cenderung menyatakan maksud berdasarkan pemahaman bersama terhadap konteks pembicaraan. Selanjutnya, fungsi tindak tutur guru yang paling dominan muncul dalam pembelajaran di kelas berupa fungsi direktif yang meliputi, meminta, bertanya, dan memerintah diikuti oleh fungsi asertif yang meliputi, menginformasikan, fungsi ekspresif mengancam dan memotivasi, serta fungsi deklaratif melarang. Keberadaan fungsi direktif dan asertif yang lebih dominan dalam tuturan guru menunjukkan bahwa pembelajaran, fungsi direktif dan asertif yang paling umum digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Holmes (dalam Arifin,2008:13), bahwa tindak tutur direktif dan asertif merupakan tindak tuturan yang rutin digunakan dalam percakapan di kelas dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Temuan penelitian sebagaimana diurakan di atas, memperlihatkan bahwa fungsi tindak tutur guru pada umumnya berupa tindak tutur bermakna langsung yang disertai tindak tutur makna tidak langsung. Adanya fungsi tindak tutur tersebut menunjukkan bahwa guru cenderung menyatakan maksud berdasarkan pemahaman bersama terhadap konteks pembicaraan. SIMPULAN Berdasarkan masalah yang yang diajukan, hasil kajian terhadap ujaran guru selama proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja sebagai berikut. (1) Bentuk tindak tutur yang digunakan guru selama proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja diwujudkan dalam tindak tutur berbentuk deklaratif, imperatif, dan interogatif. Bentuk tindak tutur imperatif paling dominan digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja. (2) Fungsi tindak tutur yang dinyatakan guru dalam proses belajar mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja adalah fungsi asertif, fungsi direktif, fungsi komisif, dan fungsi ekspresif. Fungsi asertif dinyatakan oleh guru meliputi menginformasikan. Fungsi direktif dinyatakan guru meliputi meminta, bertanya, memerintah, menegur, mengingatkan, memberi nasihat, menyuruh, dan mempersilakan. Fungsi ekspresif 10

11 dinyatakan guru meliputi menyapa, mengancam, dan memotivasi. Fungsi deklaratif dinyatakan guru meliputi melarang. Berdasarkan simpulan-simpulan di atas, peneliti perlu menyampaikan beberapa saran yang disampaikan di bawah ini. (1) Dengan hasil penelitian ini diharapkan guru mempertahankan tindak tutur yang telah digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas kaerena siswa dituntut untuk lebih aktif. (2) Dengan hasil penelitian ini diharapkan guru dapat terus menggunakan fungsi direktif karena kurikulum sekarang menuntut siswa untuk aktif. (3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh peneliti berikutnya yang ingin mengkaji tindak tutur. Dalam hal ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan, pedoman, informasi, atau bahan bandingan terhadap penelitian yang mereka lakukan. DAFTAR PUSTAKA Ariasa, Gede Agus Bayu. 2007. Tindak Tutur Direktif yang Digunakan Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri Kota Singaraja dalam Interaksi Belajar- Mengajar di Kelas. Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Singaraja. Arifin. 2008. Penggunaan Tindak Tutur dalam Percakapan Kelas. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang. Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional Luwarsih. 1994. Keterampilan Belajar, dalam Media Pendidikan Gelora Penunjang Belajar Aktif. No.4 Th. IV Januari 1994. Sudiara,I Nyoman Seloka. 1999. Implikatur Percakapan Novel-Novel Anak Agung Pandji Tisna. Tesis (Tidak Diterbitkan) Malang: IKIP Malang. 11