LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanaman modal sebelum suatu perusahaan memperoleh tanah untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya harus memperoleh izin lokasi sebagai penataan ruang dalam aspek pertanahan; b. bahwa pemberian izin sebagaimana dimaksud huruf a tersebut di atas sebagai upaya pembinaan, pengendalian serta pengawasan atas pemanfaatan ruang guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; c. bahwa sehubungan dengan maksud huruf a dan b tersebut di atas dan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna menunjang pembiayaan dalam penyelenggaraan otonomi daerah dipandang perlu melakukan pemungutan retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemberian izin lokasi yang dilakukan Pemerintah Daerah dan menetapkannya dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 ); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 5. Undang...
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II Lampung Timur, Kotamadya Dati II Metro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 12 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu n 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643 ); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593 ); 16. Peraturan...
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 ); 17. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi di Bidang Pertanahan; 18. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; 19. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nomor 2 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi PMA/PMDN; 20. Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 10 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Way Kanan Tahun 2005 2010 ( Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2006 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 106 ); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Way Kanan ( Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2008 nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 122 );. 23. Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Way Kanan ( Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Nomor 123 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN dan BUPATI WAY KANAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN LOKASI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Way Kanan. 2. Bupati adalah Bupati Way Kanan. 3. Daerah...
3. Daerah adalah Daerah Kabupaten Way Kanan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Way Kanan. 5. Bagian Administrasi Pemerintahan dan Pertanahan yang selanjutnya disebut Bagian adalah Bagian Administrasi Pemerintahan dan Pertanahan Sekretariat Daerah Kabupaten Way Kanan, yang melaksanakan kewenangan Kabupaten di Bidang Perizinan Lokasi. 6. Izin lokasi adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka kegiatan usaha dan atau penanaman modal, yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha investasinya. 7. Perusahaan adalah Perusahaan Perseroan atau Badan Hukum yang telah memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha dan atau penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Group perusahaan adalah dua atau lebih Badan Usaha yang sebagian sahamnya dimiliki oleh orang atau Badan hukum yang sama baik secara langsung maupun melalui badan hukum lain, dengan jumlah atau sifat pemilikan sedemikian rupa sehingga pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya badan usaha. 9. Penanaman modal adalah usaha menanamkan modal yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan Penanaman Modal Asing dan atau Penanaman Modal Dalam Negeri maupun yang non fasilitas PMA/PMDN atau swasta murni. 10. Hak atas tanah adalah hak hak atas tanah sebagai mana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria. 11. Rekomendasi adalah persetujuan untuk usaha membuka lahan sesuai dengan peruntukanya. 12. Surat Keterangan Retribusi Daerah yang disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 13. Surat Tagihan Retibusi Daerah yang disingkat STRD adalah surat untuk melakukan kegiatan penagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambah, yang dapat disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan tambahan atas sejumlah retribusi yang telah ditetapkan. 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang disingkat SKRDLB adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Izin Lokasi dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas Pemberian Izin Lokasi sesuai dengan rencana tata ruang daerah. Pasal 3 (1) Obyek Retribusi adalah setiap Pemberian Izin Lokasi. (2) Subyek Retribusi adalah Perusahaan Perseroan atau Badan Hukum yang memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha dan atau penanaman modal di daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB III...
BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4 Retribusi Pemberian Izin Lokasi digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA. Pasal 5 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis usaha dan luas tanah yang dimanfaatkan dan oleh badan hukum. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF. Pasal 6 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. (2) Bagi perusahaan yang diberikan Izin Lokasi berkewajiban membayar retribusi yang nilainya didasarkan atas jenis usaha, luas tanah yang dimohonkan dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang berlaku di daerah setempat. (3) Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a. industri, Pertokoan Perdagangan dan Jasa = 0,8 % X luas tanah X NJOP b. perumahan. 1. Perumahan sederhana = 0,5 % X luas tanah X NJOP 2. Perumahan mewah/ real estate = 0,7 %X luas tanah X NJOP c. kawasan Resort, perhotelan dan Pariwisata. = 0,5 % X luas tanah X NJOP d. pertanian, perkebunan, perikanan dan peternaka = 0,5 % X luas tanah X NJOP (4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya survey lapangan pengukuran, pematokan dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian. BAB VI MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 7 Masa Retribusi adalah sama dengan masa berlakunya Izin Lokasi Pasal 8 Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah tempat Izin Lokasi diberikan. BAB VIII...
BAB VIII PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 10 (1) Berdasarkan SPdORD ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT. (3) Bentuk isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 11 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lainnnya yang dipersamakan. BAB X TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12 (1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN Pasal 13 (1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain dipersamakan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah atau kurang dibayar oleh wajib Retribusi dapat ditagih melalui BUPLN. (2) Penagihan Retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku BAB XII PENGURANGAN,KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI. Pasal 14 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian...
(2) Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain untuk mengangsur. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIII KEWAJIBAN PERUSAHAAN UNTUK MEMILIKI IZIN LOKASI Pasal 15 (1) Setiap Perusahaan baik yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal PMA/PMDN wajib mempunyai Izin lokasi untuk memperoleh tanah yang diperlukan oleh perusahaan yang bersangkutan. (2) Izin lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah dipunyai oleh perusahaan yang bersangkutan dalam hal : a. tanah yang diperoleh merupakan pemasukan ( imbreng ) dari para pemegang saham; b. tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh rencana penanaman modal perusahaan lain tersebut dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang; c. tanah yang akan di peroleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha bersama dalam suatu kawasan industri; d. tanah yang akan di peroleh diperlukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai dengan ketentuan berlaku, sedangkan letak tanah tersebut berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan; dan e. tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana penanaman modal tidak lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha pertanian, atau tidak lebih dari 10.000 m2 (sep uluh ribu meter persegi) untuk usaha bukan pertanian. f. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan penyelenggara pengembangan statu kawasan sesuai dengan tata ruang kawasan pengembangan tersebut. (3) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perusahaan diwajibkan memiliki surat keterangan lokasi dan Aspek Tata Guna Tanah dari Bupati. BAB XIV TANAH YANG DAPAT DITUNJUK DENGAN IZIN LOKASI Pasal 16 (1) Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tanah yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku serta dengan memperhatikan aspek tata guna tanah dan aspek kelestarian lingkungan hidup. (2) Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan tanah dan tehnis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah serta kemampuan tanah. (3) Keputusan
(3) Keputusan pemberian Izin Lokasi ditandatangani oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 17 (1) Izin lokasi dapat diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapat persetujuan penanaman modal dan swasta murni sesuai peraturan perundang-undangan untuk memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga perusahaan tersebut berhasil membebaskan seluruh areal yang ditunjuk, maka luas penguasaan tanah oleh perusahaan tersebut dan perusahaan lain yang merupakan satu grup dengannya tidak lebih dari luasan sebagai berikut : a. untuk usaha pengembangan perumahan dan pemukiman : 1. Kawasan perumahan pemukiman : 100 Ha. 2. Kawasan resort Perhotelan : 50 Ha b. untuk usaha kawasan Industri : 100 Ha c. untuk usaha perkebunan yang diusahakan dalam bentuk perkebunan besar dengan Hak guna Usaha 1. Komoditas Tebu : 15.000 Ha 2. Komoditas lainnya : 5.000 Ha d. untuk usaha tambak : 50 Ha. (2) Untuk keperluan menentukan areal yang ditunjuk dalam izin lokasi perusahaan pemohon wajib menyampaikan pernyataan tertulis mengenai luas tanah yang sudah dikuasai olehnya dan perusahaan- perusahaan lain yang merupkan satu group denganya. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan tidak berlaku untuk : a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum ( PERUM) dan Badan Usaha milik Daerah (BUMD); dan b. Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka Go Public BAB XV JANGKA WAKTU IZIN LOKASI Pasal 18 (1) Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu : a. Izin lokasi seluas sampai dengan 25 Ha : 1 ( satu ) tahun; b. Izin lokasi seluas lebih dari 25 s/d 50 Ha : 2 ( dua ) tahun; dan c. Izin lokasi seluas lebih dari 50 ha : 3 ( tiga ) tahun. (2) Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu Izin Lokasi. (3) Apabila dalam jangka waktu Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perolehan tanah belum selesai, maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya selama 1 ( satu ) tahun apabila tanah yang diperoleh mencapai lebih dari 50 % ( lima puluh persen )dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi. (4) Apabila perolehan tanah tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu izin lokasi termasuk perpanjanganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), maka perolehan tanah tidak dapat dilakukan oleh pemegang Izin Lokasi dan terhadap bidang bidang tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan sebagai berikut : a. dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman modal dengan penyesuaian mengenai luas pembangunan, dengan ketentuan bahwa apabila diperlukan...
diperlukan tanah dapat dilaksanakan perolehan tanah sehingga diperoleh bidang tanah yang merupakan satu kesatuan bidang. b. dilepaskan kepada perusahaan atau pihak lain yang memenuhi syarat. BAB XVI HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LOKASI Pasal 19 (1) Pemegang Izin Lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal Izin Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara jual beli, pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah, atau cara lain sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Sebelum tanah yang bersangkutan dibebaskan oleh pemegang Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka semua hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah yang bersangkutan tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah untuk perolehan tanda bukti hak (sertifikat) dan kewenangan untuk menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi atau usahanya sesuai rencana tata ruang yang berlaku, serta kewenangan untuk mengalihkannya pada orang lain. (3) Pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain atas tanah yang akan dibebaskan sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak menutup atau mengurangi aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi dan menjaga serta melindungi kepentingan umum. (4) Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan dari kepentingan pihak lain, maka kepada pemegang Izin Lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya. Pasal 20 Pemegang Izin Lokasi berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap tiga bulan kepada Kantor Pertanahan mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakannya berdasarkan izin lokasi dan pelaksanaan penggunaan tanah tersebut. Pasal 21 Pemegang Izin Lokasi dilarang memperjualbelikan atau memindahtangankan Izin Lokasi kepada pihak lain tanpa izin Bupati. BAB XVII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 22 Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap perusahaan yang sudah mendapat Izin Lokasi sebagai dasar untuk pembebasan tanah dilaksanakan oleh Tim Pengawasan dan Pengendalian Pengadaan Tanah Yang Bukan Untuk Kepentingan Umum dan atau Instansi terkait serta ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB XVIII
BAB XVIII PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; b. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; c. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; d. melakukan penggledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; e. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; f. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; g. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; h. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i. menghentikan penyidikan; dan j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. k. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini mengenai kewajiban dan larangan dipenjara dengan kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi -tingginya Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ádalah pelanggaran. BAB XX
BAB XX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini Izin Lokasi yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktunya berakhir. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan. Ditetapkan di Pada Tanggal : : Blambangan Umpu 29 Juli 2009 Diundangkan di Pada Tanggal : : Blambangan Umpu 29 Juli 2009 BUPATI WAY KANAN, Dto, TAMANURI SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN, Dto, HERWAN SAHRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 8 Disalin sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM Drs. RUDI JOKO. K, SH Pembina Tk. I NIP 19610521 198903 1 004
1. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN LOKASI Peraturan Daerah ini disusun guna melaksanakan salah satu kewenangan Pemerintah Kabupaten Way Kanan di bidang Pertanahan yaitu pemberian Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (2) hurup a Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Dengan Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, memberikan peluang kepada Pemerintah Kabupaten Way Kanan untuk menyusun Peraturan Daerah tentang Izin Lokasi dengan berpedoman secara teknis pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Pemberian Izin Lokasi merupakan landasan hukum bagi pemilik modal yang akan menginvestasikan modalnya dalam rangka memperoleh tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana penanaman modal. Pemberian Izin Lokasi diarahkan pada lokasi penanaman modal yang mana dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan, sehingga penanaman modal yang dilakukan dapat mendukung pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Pasal 4 Pasl 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11
Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 134