KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI BUNGA PADA Chrysanthemum morifolium Ramat DAN VARIETASNYA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Variasi Morfologi Bunga pada Beberapa Varietas Chrysanthemum morifolium Ramat.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

Vegetalika (3): Program Studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada 2)

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

PENGARUH WARNA CAHAYA TAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN TIGA VARIETAS TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium) POTONG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Crhysantemum) DENGAN BERBAGAI PENAMBAHAN WARNA CAHAYA LAMPU LED SELAMA 30 HARI PADA FASE VEGETATIF

PENGARUH PENAMBAHAN CAHAYA PADA 3 VARIETAS KRISAN (Chrysanthemum morifolium) TIPE SPRAY

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016 (p-issn ; e-issn )

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI AGROWISATA BHAKTI ALAM NONGKOJAJAR, PASURUAN

KAJIAN FREKUENSI DAN LAMA PEMAPARAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA FASE GENERATIF TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS BUNGA KRISAN (Crhysantemum)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

THE EFFECT OF SEEDS GENERATION ON GROWTH AND FLOWERING OF CHRYSANTHEMUM (Chrysanthemum) RHINO VARIETIES

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

III. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di Dataran Tinggi Sleman

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 515/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELATI RATOH EBUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 165/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING NORTH RED STAR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

POLA PERBUNGAAN PADA JARAK (Ricinus communis Linn.)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Kpts/SR. 120/1/2007 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA HOT GEISHA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Wawan Haryudin dan Otih Rostiana Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

III. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 222/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA KY KERITING SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 1, Februari 2014, 44-52

A. Struktur Akar dan Fungsinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

BAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 163/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA HOT BEAUTY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI SERBUK SARI PADA 5 SPECIES Bougainvillea

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI BUNGA PADA Chrysanthemum morifolium Ramat DAN VARIETASNYA Anika Sindhya Dewi, Hery Purnobasuki, Dwi Kusuma Wahyuni Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman morfologi pada Chrysanthemum morifolium Ramat, melalui pengamatan visual dengan menggunakan kamera digital yang dianalisis secara deskriptif. Varietas Chrysanthemum morifolium Ramat yang diteliti yaitu var reagen pink, var puma purple, var evergreen, var boris becker, var stroika, var tiger, var remix purple, var jaguar red, var rhino white, C. morifolium var pasopati, var towntalk. Dari 11 varietas yang diteliti menunjukkan perbedaan morfologi, yaitu warna pita, jumlah helaian pita, jumlah lapisan pita, bentuk pita, ujung pita, jumlah tabung, posisi tabung, diameter kuntum, panjang pita, lebar pita, diameter piringan dasar / daun pembalut, bentuk cakram dan diameter pangkal cakram. Namun terdapat pula kesamaan pada varietas varietas Chrysanthemum morifolium Ramat yang diteliti yaitu pada karakter tepi pita, warna daun pembalut, perlekatan antar daun pembalut, ujung daun pembalut, daun pembalut memiliki selaput bening, jumlah lapisan daun pembalut, warna mahkota tabung, putik yang bercabang menjadi dua dan berwarna kuning, serta kepala sari berwarna kuning. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Chrysanthemum morifolium Ramat memiliki perbedaan dan persamaan morfologi. Kata kunci :, Chrysanthemum morifolium Ramat, morfologi, varietas ABSTRACT The aim of this research is to know the morphological variety of flower in Chrysanthemum morifolium Ramat through visual observation which use digital camera and then was analyzed descriptively. Varieties of Chrysanthemum morifolium Ramat in this research are var reagen pink, C. morifolium var puma purple, var evergreen, var boris becker, var stroika, var tiger, var remix purple, var jaguar red, var rhino white, C. morifolium var pasopati, var towntalk. From those 11 varieties show the morphological differences of the flowers, which are the color of ray floret, the quantity of ray floret, the quantity of ray floret layers, the shape of ray floret, the tip of ray floret, the quantity of disk floret, the position of disk floret,

2 the diameter of flower, the length of ray floret, the width of ray floret, the diameter of involucrum and the disk shape. However, this research also look the similarities between the varieties, which are the edge of ray floret, the color of involucrum, the adhering of inter-involucrum, the tip of involucrum, transparent coating involucrum, the quantity of involucrum layers, the color of the corolla, the branched and yellow pistil, and yellow anther. From the result of the research can be concluded that Chrysanthemum morifolium Ramat has the morphological differences and similarities of the flower morphology between the varieties. Key words : flower, Chrysanthemum morifolium Ramat, morphology, varieties. PENDAHULUAN Salah satu bagian yang menarik dari tumbuhan adalah. Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif, tempat terjadinya peristiwa penyerbukan dan pembuahan yang nantinya akan menghasilkan buah yang di dalamnya terdapat biji. Biji inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru (Machin dan Scopes, 2005). Selain berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, juga memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai sumber makanan, minuman, penghias, bahan parfum, bahan obat, untuk keperluan budaya, dan lain-lain (Harry, 1994). Salah satu tanaman yang memiliki dengan bentuk indah dan digunakan sebagai tanaman hias adalah Chrysanthemum morifolium, merupakan tanaman berupa perdu dengan sebutan lain seruni. Chrysanthemum morifolium termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang), yang berasal dari daerah sub tropis. Chrysanthymum morifolium sebagai potong disenangi konsumen di Indonesia, karena memiliki keistimewaan keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias (Rukmana dan Mulyana, 1997). Genus Chrysanthemum terdiri atas lebih dari 100 spesies yang tersebar di belahan bumi utara (Wodehouse, 1935). Sementara Chrysanthemum morifolium memiliki 1000 varietas yang tersebar di seluruh dunia (Rukmana dan Mulyana, 1997). Untuk kepentingan identifikasi dan klasifikasi suatu tanaman, maka diperlukan data-data tentang morfologi. Dengan klasifikasi, maka suatu kelompok tanaman dapat mudah dikenali (Jeffrey, 1982).

3 Telah informasi mengenai pembudidayaan dan rekayasa pada Chrysanthemum morifolium, namun informasi maupun penelitian yang menjelaskan tentang morfologi pada Chrysanthemum morifolium dan varietasnya secara jelas dan rinci dari segi biologi hingga saat ini masih kurang. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian tentang keanekaragaman morfologi pada Chrysanthemum morifolium dan varietasnya untuk memberikan informasi ilmiah tentang variasi morfologi pada Chrysanthemum morifolium dan varietasnya. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain reagen pink, puma purple, evergreen, C. morifolium boris becker, stroika, tiger, remix purple, jaguar red, rhino white, pasopati, towntalk. Sampel diperoleh dari PT Inggu Laut Abadi Jl. Raya Sumber Brantas Km 12 Junggo, Tulungrejo, Bumiaji, Batu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gunting tanaman, pinset, kaca pembesar, jangka sorong, meteran dan kamera digital. Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif, yaitu berupa pengambilan sampel di PT Inggu Laut Abadi, Batu. Bunga yang didapat kemudian diidentifikasi. Data yang diperoleh dari penelitian ini dijelaskan secara deskriptif.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambar 1. Morfologi. (A) boris becker. (B) evergreen. (C) jaguar red. (D) pasopati. (E) puma purple. (F) reagen pink. (G) C. morifolium remix purple. (H) rhino white. (I) stroika. (J) tiger. (K) towntalk.

5 Tabel 1. Data morfologi Chrysanthemum morifolium Spesimen reagen pink puma purple evergreen boris becker stroika tiger remix purple jaguar red rhino white pasopati towntalk Ʃ lapisan pita Ʃ helaian pita 2 ± 34 Warna pita merah muda Bentuk pita Tepi pita Ujung pita Ʃ tabung lonjong rata meruncing ± 203 >2 ± 156 ungu oval rata meruncing ± 16 Tipe Ʃ tabung sedikit Posisi tabung terhadap cakram >2 ± 266 hijau lonjong rata meruncing ± 50 sedikit >2 ± 720 kuning oval rata bergerigi ± 40 sedikit menyebar 2 ± 30 merah lonjong rata meruncing ± 230 2 ± 25 oranye lonjong rata meruncing ± 226 2 ± 26 ungu dan putih lonjong rata meruncing ± 294 >2 ± 206 merah lonjong rata bergerigi ± 35 sedikit 2 ± 30 putih lonjong rata meruncing ± 184 2 ± 28 merah gelap lonjong rata meruncing ± 196 2 ± 30 kuning lonjong rata meruncing ± 183 Tabel 1.a. Lanjutan data morfologi Chrysanthemum morifolium Spesimen Diameter kuntum (±) (cm) Tipe diameter kuntum Panjang pita (±) (cm) Lebar pita (±) (cm) Tinggi tabung (±) (mm) reagen pink 6.4 ± 0.15 sedang 3.1 ± 0.08 1.0 ± 0.03 7.2 ± 0.13 puma purple 2.9 ± 0.06 kecil 1.1 ± 0.04 0.6 ± 0.02 6.1 ± 0.15 evergreen 6.3 ± 0.04 sedang 3.1 ± 0.11 0.8 ± 0.05 6.5 ± 0.09 boris becker 3.6 ± 0.03 kecil 1.6 ± 0.04 0.7 ± 0.04 5.9 ± 0.3 stroika 5.2 ± 0.05 sedang 2.4 ± 0.03 0.7 ± 0.06 6.2 ± 0.07 6.8 ± 0.02 sedang 3.2 ± 0.01 1.1 ± 0.03 6.54 ± 0.09

6 tiger remix purple jaguar red rhino white pasopati towntalk 6.7 ± 0.02 sedang 3.3 ± 0.02 0.8 ± 0.05 6.8 ± 0.06 8.4 ± 0.05 besar 3.3 ± 0.01 0.8 ± 0.02 7.1 ± 0.04 6.2 ± 0.01 sedang 3.3 ± 0.03 1.0 ± 0.01 6.1 ± 0.04 6.1 ± 0.02 sedang 2.7 ± 0.04 0.9 ± 0.02 7.6 ± 0.04 6.7 ± 0.03 sedang 3.2 ± 0.02 0.8 ± 0.04 8.7 ± 0.11 Tabel 2. Data morfologi daun pembalut dan cakram Spesimen reagen pink puma purple evergreen boris becker stroika tiger remix purple jaguar red rhino white pasopati towntalk Warna daun pembalut Perlekatan antar daun pembalut Ujung daun pembalut Ʃ lapisan daun pembalut Diameter daun pembalut (cm) hijau terpisah runcing 4 2.3 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 1.5 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 2.2 ± 0.03 hijau terpisah runcing 4 2.3 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 1.8 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 2.4 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 2.0 ± 0.06 hijau terpisah runcing 4 2.3 ± 0.02 hijau terpisah runcing 4 2.0 ± 0.01 hijau terpisah runcing 4 1.8 ± 0.01 hijau terpisah runcing 4 2.4 ± 0.02 Bentuk cakram pendek pendek kubah kubah pendek kubah Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, terdapat beberapa persamaan maupun perbedaan antara spesimen yang diteliti, sebagai berikut. Diameter pangkal cakram (cm) 0.62 ± 0.01 0.2 ± 0.01 0.5 ± 0.01 0.9 ± 0.01 0.8 ± 0.01 0.6 ± 0.01 0.6 ± 0.01 0.7 ± 0.01 0.4 ± 0.02 0.6 ± 0.02 0.6 ± 0.02

7 mempunyai varietas yang memiliki warna pita yang bervariasi, yaitu merah muda ( reagen pink), ungu (C. morifolium puma purple), hijau ( evergreen), kuning (C. morifolium boris beker dan towntalk), merah (C. morifolium stroika dan jaguar red), oranye ( tiger), putih ( rhino white), merah gelap ( pasopati) dan pita yang memiliki lebih dari satu warna yaitu ungu dan putih ( remix purple). Sebagian besar Chrysanthemum tipe spray mempunyai pita yang tersusun dalam 2 lapisan. Namun ada pula yang mempunyai pita yang tersusun atas lebih dari 2 lapisan yang dijumpai pada puma purple, evergreen dan C. morifolium boris becker. Jumlah helaian pita pada Chrysanthemum yang tersusun atas 2 lapis pita tidak lebih dari 40 helai. Sedangkan Chrysanthemum yang tersusun atas lapisan pita memiliki jumlah helaian pita di atas 100 helai. Jumlah helaian pita terendah terdapat pada tiger yaitu ± 25 helai. Sedangkan jumlah helaian pita ter terdapat pada boris becker yang mencapai ± 720 helai. Bentuk pita dari spesimen yang diteliti kean adalah lonjong, namun ada pula yang berbentuk oval, yaitu pada puma purple dan boris beker. Tepi pita pada keseluruhan spesimen yang diteliti adalah rata. Ujung pita kean meruncing, namun ada yang memiliki ujung pita bergerigi, yaitu pada boris beker dan jaguar red. Jumlah tabung bervariasi dan dapat digolongkan menjadi sedikit, sedikit dan. Jumlah tabung dengan tipe sedikit dapat dijumpai pada puma purple. Jumlah tabung dengan tipe sedikit dapat dijumpai pada evergreen, C. morifolium boris beker, dan jaguar red. Sementara jumlah tabung dengan tipe dapat dijumpai pada reagen pink, stroika, tiger,

8 remix purple, rhino white, pasopati dan towntalk. Jumlah tabung dengan tipe tersebut dapat dijumpai pada spesimen dengan pita yang tersusun atas 2 lapis. Bunga tabung dengan jumlah paling sedikit dijumpai pada puma purple yang hanya tersusun atas ± 16 butir. Sedangkan tabung dengan jumlah paling yaitu ± 294 butir dapat dijumpai pada remix purple. Posisi tabung terhadap cakram pada spesimen yang diteliti umumnya berada menggerombol cakram. Namun ada spesimen yang posisi tabungnya menyebar pada cakram, yaitu pada boris beker. Warna mahkota, putik, dan kepala sari pada semua spesimen yang diteliti berwarna kuning. Diameter kuntum juga bervariasi dan dapat digolongkan menjadi tipe kecil, sedang dan besar. Diameter kuntum dengan tipe kecil dapat dijumpai pada puma purple dan boris becker. Diameter kuntum dengan tipe sedang dapat dijumpai pada C. morifolium reagen pink, evergreen, stroika, tiger, remix purple, rhino white, pasopati dan towntalk. Sedangkan diameter kuntum dengan tipe besar dapat dijumpai pada C. morifolium jaguar red. Diameter kuntum terkecil dijumpai pada C. morifolium puma purple yaitu 2.9 ± 0.06 cm. Sedangkan diameter kuntum terbesar terdapat pada jaguar red yaitu 8.4 ± 0.05 cm. Daun pembalut pada semua spesimen berwarna hijau dan memiliki selaput bening, dengan perlekatan antar daun pembalut terpisah dan ujung yang runcing, jumlah lapisan daun pembalut adalah 4 lapis. Bentuk cakram pada spesimen yang diteliti bervariasi dan dapat digolongkan menjadi bentuk kubah pendek, kubah, pendek dan. Spesimen dengan bentuk cakram kubah pendek dapat dijumpai pada pasopati. Spesimen dengan bentuk cakram kubah dapat dijumpai pada jaguar red dan

9 towntalk. Spesimen dengan bentuk cakram pendek dapat dijumpai pada C. morifolium boris becker dan puma purple. Spesimen dengan bentuk cakram dapat dijumpai pada reagen pink, evergreen, stroika, C. morifolium tiger, remix purple dan rhino white. Pembahasan Hasil pengamatan sesuai dengan pernyataan Rukmana dan Mulyana (1997) yang menyatakan bahwa Chrysanthemum merupakan yang memiliki keanekaragaman morfologi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa warna pita pada varietas-varietas adalah merah muda, ungu, hijau, kuning, merah, oranye, putih, merah gelap dan ungu bercampur putih. Bunga C. morifolium adalah yang memiliki serbuk sari dengan waktu kematangan yang berbeda dengan waktu kematangan putik, sehingga sulit untuk terjadi penyerbukan sendiri (Lukito, 1998). Tiap-tiap agen penyerbuk hanya dapat menangkap spektrum warna tertentu, oleh karena itu warna pita pada C. morifolium beranekaragam karena dirancang untuk menarik agen penyerbuk. Diameter atau ukuran kuntum bervariasi dan dapat digolongkan menjadi tipe kecil, sedang dan besar. Perbedaan jenis ukuran tersebut merupakan suatu adaptasi yang berhun dengan struktur tubuh dan tipe mulut agen penyerbuk. Pernyataan ini didukung oleh Ghazoul (1997) yang menyatakan bahwa arsitektur yang meliputi ukuran, kedudukan organ reproduksi dan struktur mempengaruhi interaksi antara tanaman dengan pollinatornya. Bunga memiliki satu putik yang bercabang dan berwarna kuning. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Steenis (1980) yang menyatakan bahwa famili Asteraceae memiliki bakal buah tenggelam dengan satu bakal biji, tangkai putik berjumlah 1 dan kean bercabang menjadi 2. Putik yang bercabang berhun dengan proses reproduksi pada karena putik yang bercabang lebih efisien jika dibandingkan dengan putik yang tunggal.

10 Pada semua spesimen yang diteliti memiliki daun pembalut yang berbentuk seperti bintang, berwarna hijau, ujung meruncing, berselaput bening dan tersusun atas 4 lapisan. Tjitrosoepomo (2005) menyatakan bahwa daun pembalut (involucrum) merupakan sebutan untuk sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran mengitari dasar majemuk. Daun pembalut ini memiliki fungsi yaitu melindingi saat masih kuncup dan ketika sudah mekar, maka daun pembalut berfungsi untuk melindungi helaian pita yang mengitari tabung agar tidak mudah rontok. KESIMPULAN Pada Ramat terdapat variasi morfologi yakni pada warna pita, jumlah helaian pita, jumlah lapisan pita, bentuk pita, ujung pita, jumlah tabung, posisi tabung terhadap cakram, diameter kuntum, panjang helaian pita, lebar pita, diameter piringan dasar / daun pembalut, bentuk cakram, dan diameter pangkal cakram. Bunga Ramat memiliki persamaan karakter yakni pada tepi pita, warna daun pembalut, perlekatan antar daun pembalut, ujung daun pembalut, daun pembalut memiliki selaput bening, jumlah lapisan daun pembalut, warna mahkota tabung, putik yang bercabang menjadi dua dan berwarna kuning, serta kepala sari berwarna kuning. DAFTAR PUSTAKA Ghazoul, J. 1997. The pollination and breeding system of Dipterocarpus obtusifolius (Dipterocarpaceae) in dry deciduous forest of Thailand. J Nat History., 31: 901-916. Harry, N. R. 1994. Usaha tani potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Jeffrey, C. 1982. An Introduction to Plant Taxonomy. 2 nd edition. Cambridge University Press. Cambridge. Lukito, A. M. 1998. Rekayasa peman krisan dan lain. Trubus no. 348

11 Machin, B., Scopes, N. 1978. Chrysanthemums Year-Round Growing. Blandford Press. London. Purwanto, A.W. dan Martini T. 2009. Krisan. Kanisus. Yogyakarta. Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta. Steenis, C.G.G.J. 1980. Flora. PT Pradya Paramita. Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wodehouse, R. P. 1965. Pollen Grains: Ed. 2. Mc Graw-Hill. New York.