BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Perkerasan kaku Beton semen

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB III METODE PERENCANAAN START

Perencanaan perkerasan jalan beton semen

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

Pd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003 DAN METODE BEAM ON ELASTIC FOUNDATION

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

BAB II STUDI PUSTAKA

UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Lapisan pondasi bawah (subbase course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan permukaan / penutup (surface course)

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

Study of Comparative Methods of Flexible Pavement and Rigid Pavement Alfikri 1), Hendra Taufik 2) 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

PERENCANAAN PELAPISAN TAMBAH PADA PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DAN AASHTO (STUDY LITERATUR) TUGAS AKHIR WAHID AHMAD

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 (Studi Kasus: Jl. Raya Bojonegara Serdang KM 2)

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI IMPLEMENTASI RIGID PAVEMENT JALAN KABUPATEN DEMAK DAN INDRAMAYU

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

4.3 URAIAN MATERI III : KARAKTERISTIK MATERIAL BETON PERKERASAN KAKU ( RIGIT PAVEMENT) JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk itu dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut, seperti fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan, sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk geometrik lapisan perkerasan. Berdasarkan bahan pengikatnya, perkerasan jalan dibagi menjadi 3 jenis: a. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah aspal. Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar. lapis permukaan (surface) lapis pondasi atas (base) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade) Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur

7 b. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah beton semen, sehingga sering disebut juga perkerasan beton semen (concrete pavement). Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas tinggi, akan mendistribusikan beban ke tanah dasar sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari pelat beton sendiri. ruji (dowel) plat beton (concrete slab) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade) Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku c. Perkerasan Komposit (Composite Pavement) Merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku dan lapisan perkerasan lentur di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas. ruji (dowel) lapis permukaan (surface) plat beton (concrete slab) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade) Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit

8 Terdapat beberapa perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini: Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur No Perbedaan Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur 1. Bahan Ikat Beton semen Aspal 2. Umur rencana 15 40 Umur rencana 5 10 tahun. Jika terjadi Ketahanan tahun. Kerusakan tidak kerusakan, maka (durability) merambat, kecuali jika kerusakan dapat meluas perkerasan terendam air dalam waktu singkat 3. Indeks Pelayanan Berkurang seiring dengan Tetap baik selama umur waktu dan frekuensi beban rencana lalu lintas 4. Biaya Konstruksi Pada umumnya lebih Pada umumnya tinggi Awal rendah 5. Tidak terlalu besar, Biaya Umumnya dua kali lebih pemeliharaan rutin pada Pemeliharaan besar dari perkerasan kaku sambungan Cukup rumit karena harus 6. Pelaksanaan Relatif sederhana kecuali mengendalikan sejumlah Konstruksi pada sambungan parameter, terutama kendali temperatur Kekuatan konstruksi Kekuatan konstruksi ditentukan oleh lapisan ditentukan oleh 7. Peranan Lapisan beton, sedangkan pondasi kemampuan menyebarkan bawah sebagai lantai tegangan oleh setiap kerja dan drainase lapisan (Sumber: Manu, Iqbal. (1995). Perkerasan Kaku (Rigid Pavement))

9 2.2 Perkerasan Kaku Perkerasan kaku atau sering disebut juga perkerasan beton semen adalah suatu susunan konstruksi perkerasan yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Pelat beton semen memiliki sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. 2.2.1 Lapisan Perkerasan Kaku Lapisan-lapisan perkerasan kaku meliputi: a. Lapisan Pelat Beton (Concrete Slab) Lapisan pelat beton terbentuk dari campuran semen, air, agregat, dan bahan tambahan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus diuji terlebih dahulu dan harus bersih/bebas dari bahan-bahan yang merugikan (lumpur, minyak, bahan organik, dll.). b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) Lapisan pondasi bawah dapat berupa lean-mix concrete (campuran beton kurus), bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding), atau bahan pengikat seperti semen, kapur, abu terbang yang

10 dihaluskan. Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase. Perkerasan kaku dapat menggunakan pondasi bawah atau tanpa pondasi bawah. Beberapa alasan digunakan atau tidak digunakannya lapis pondasi bawah, dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini: Tabel 2.2 Alasan Digunakan dan Tidak Digunakannya Subbase Digunakan Subbase Tidak Digunakan Subbase 1. Tanah dasar jenuh air sehingga 1. Tanah dasar cukup keras (tanah tidak dapat mencegah efek berbutir/pasir). pumping. 2. Tanah lempung/lanau yang sulit 2. Tanah dasar granular/berpori, mengalirkan air. mudah mengalirkan air. 3. Pelaksanaan konstruksi tidak 3. Selama pelaksanaan konstruksi, mensyaratkan perlunya subbase tanah dasar mudah rusak saat yang keras untuk dilalui alat dilalui alat berat. berat. (Sumber: Mochtar, I.B. (2002). Aspek Perencanaan Jalan Beton Semen) Adapun fungsi dari lapis pondasi bawah yaitu: - Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen sebagai lantai kerja (working platform). - Menaikkan nilai modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction). - Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada pelat beton. - Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butiran-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan, atau pada bagian

11 pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat. c. Tanah Dasar (Subgrade) Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar pada perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan, maupun kerataannya. Daya dukung ditentukan dengan pengujian CBR, apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%. 2.2.2 Jenis Perkerasan Kaku Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan pelat beton perkerasan kaku, maka perkerasan kaku dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: a. Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) / Jointed Plain Concrete Pavement (JPCP) Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang guna mencegah retak beton. Umumnya perkerasan ini lebarnya 1 lajur dengan panjang 4 5 m. Perkerasan ini tidak menggunakan tulangan, namun menggunakan ruji (dowel) dan batang pengikat (tie bar).

12 4-5 m sambungan memanjang batang pengikat (tie bar) sambungan melintang ruji (dowel) Gambar 2.4 Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) b. Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) / Jointed Reinforced Concrete Pavement (JRCP) Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat berkisar antara 8 15 m. 8-15 m batang pengikat (tie bar) wire mesh ruji (dowel) Gambar 2.5 Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) c. Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) / Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP) Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi adanya sambungansambungan muai melintang. Panjang pelat lebih dari 75 m.

13 batang pengikat (tie bar) wire mesh Gambar 2.6 Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) d. Perkerasan Beton Prategang / Prestressed Concrete Pavement (PCP) Jenis perkerasan beton semen yang menggunakan tulangan prategang untuk mengurangi pengaruh susut, muai akibat perubahan suhu dan umumnya tanpa tulangan melintang. Banyak digunakan untuk airport, apron, taxiway, runway. batang pengikat (tie bar) tulangan prategang Gambar 2.7 Perkerasan Beton Prategang 2.2.3 Komponen Perkerasan Kaku Komponen-komponen yang terdapat dalam perkerasan kaku meliputi: a. Penyalur Beban Ruji (dowel) Merupakan sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap sambungan melintang guna menyalurkan beban, sehingga pelat yang

14 berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi penurunan yang berarti. Batang ruji diletakkan di tengah tebal pelat. Penyaluran Beban = 0% Penyaluran Beban = 100% Gambar 2.8 Ilustrasi Penyaluran Beban Bagian batang ruji yang dapat bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat dan dilapisi dengan pelumas serta ditutup dengan topi pelindung muai (expansion cap). digergaji dan diisi dengan joint sealer ruji polos lapisan pelumas kemudian ditutup topi pelindung muai Gambar 2.9 Ruji pada Sambungan Melintang Batang Pengikat (Tie Bar) Batang pengikat merupakan batang baja ulir (deformed bar) yang diletakkan tegak lurus sambungan memanjang, dengan fungsi untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.

15 digergaji dan diisi dengan joint sealer batang pengikat berulir Gambar 2.10 Batang Pengikat pada Sambungan Memanjang pengunci batang pengikat berulir Gambar 2.11 Sambungan Memanjang dengan Pengunci b. Baja Tulangan (Wire mesh) Apabila perkerasan digunakan tulangan, maka tulangan berupa anyaman kawat dilas atau anyaman batang baja. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemah, dll yang dapat mengurangi lekatan dengan beton. Tujuan utama penulangan yaitu: - membatasi lebar retak, agar kekuatan pelat dapat dipertahankan. - memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga meningkatkan kenyamanan. - mengurangi biaya pemeliharaan.

16 c. Sambungan (Joint) Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan retak beton akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat beton akibat perubahan suhu dan kelembaban. Ada 2 jenis sambungan, yaitu: Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint) Pemasangan sambungan memanjang bermaksud untuk mengendalikan retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 4 m. Sambungan Melintang (Transverse Joint) Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan. Apabila sambungan melintang dilaksanakan dengan cara menggergaji, maka pengerjaan sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi. Beberapa jenis sambungan melintang, yaitu:» Sambungan Susut (Contraction Joint) Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan suhu dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan umumnya dibuat sama.» Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil pengecoran lama dengan beton hasil pengecoran baru.

17 Sambungan Isolasi Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian. Sambungan muai ditempatkan di antara pertemuan bangunan (misalnya lubang got/manhole, bak penampung) dengan pelat beton. joint sealer joint filler Bangunan saluran, fasilitas umum, pekarangan, dll. Gambar 2.12 Sambungan Isolasi d. Pengisi Sambungan dan Penutup Sambungan (Joint Filler and Joint Sealer) Bahan penutup sambungan (joint sealer) dapat berupa expandite plastic, senyawa gabungan bitumen karet yang dituangkan dalam keadaan panas, atau bahan yang siap pakai seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan). Sebelum bahan penutup dipasang, celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing.

18 2.2.4 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Parameter-parameter yang digunakan dalam merencanakan perkerasan kaku meliputi: a. Jenis dan Tebal Pondasi Bawah Jenis dan tebal pondasi bawah ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan repetisi sumbu yang terjadi. Apabila tanah dasar mempunyai CBR lebih kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (lean-mix concrete) setebal 15 cm. Jenis dan tebal minimum lapis pondasi bawah yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2.13. Gambar 2.13 Tebal Minimum Pondasi Bawah (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003) Dalam program, grafik tebal pondasi bawah diubah menjadi persamaan garis agar dapat dijalankan oleh program. Persamaan garis didapatkan dari hasil interpolasi titik yaitu sebagai berikut: Tebal pondasi 100 mm BP (Bahan Pengikat) CBR BP100 = 0,0311 (repetisi) 0,3317...(2.1)

19 Tebal pondasi 125 mm BP (Bahan Pengikat) CBR BP125 = 0,0306 (repetisi) 0,3024...(2.2) Tebal pondasi 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus) CBR BP150 = 0,0238 (repetisi) 0,2868...(2.3) Tebal pondasi 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus) CBR CBK125 = 0,0185 (repetisi) 0,272...(2.4) Untuk tebal pondasi yang berada di antara garis-garis tersebut di atas, ditentukan dengan menggunakan persamaan garis berdasarkan grafik yang sama, yaitu sebagai berikut: (Tebal bawah Tebalatas ) (CBR bawah CBR x ) Tebal = x Tebalbawah...(2.5) CBR bawah CBR atas Misalnya untuk menentukan jenis dan tebal pondasi bawah dengan nilai CBR tanah dasar 5% dan repetisi sumbu 3 10 7, maka dengan menggunakan persamaan (2.5) diperoleh: (150 125) (3,3191 5) Tebal x = 150 = 131 3,3191 5,5822 Tebal pondasi bawah diperoleh 131 mm berupa bahan pengikat, sesuai dengan Gambar 2.13. b. CBR Efektif Tanah Dasar Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989. Apabila tanah dasar memiliki nilai CBR kurang dari 2 % maka dianggap mempunyai nilai CBR efektif 5%. Nilai CBR tanah dasar efektif dapat dilihat pada Gambar 2.14.

20 Gambar 2.14 CBR Tanah Dasar Efektif (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003) Grafik CBR tanah dasar efektif juga diubah ke dalam bentuk persamaan garis agar dapat dihitung dalam program. Dengan cara interpolasi titik, maka diperoleh persamaan garis sebagai berikut: Untuk 100 mm BP (Bahan Pengikat) Ef BP100 = 3,2608 CBR 0,8813...(2.6) Untuk 125 mm BP (Bahan Pengikat) Ef BP125 = 5,0229 CBR 0,9216...(2.7) Untuk 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef BP150 = 7,0691 CBR 0,9959...(2.8) Untuk 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef CBK125 = 9,631 CBR 1,052...(2.9) Untuk 150 mm CBK (Campuran Beton Kurus) Ef CBK150 = 10,864 CBR 1,1924...(2.10)

21 Untuk menentukan CBR efektif dengan tebal pondasi bawah di antara garis-garis tersebut di atas, diperoleh dengan menggunakan persamaan garis sebagai berikut: (Ef bawah Efatas ) (Tebalbawah Tebal x ) Ef = x Ef bawah...(2.11) Tebalbawah Tebalatas Misalnya menentukan CBR efektif untuk nilai CBR tanah dasar 5% dengan jenis pondasi bawah bahan pengikat setebal 142 mm. Dengan persamaan 2.11 diperoleh: (22,1373 35,113) (125 142) Ef x = 22,1373 = 30,96% 125 150 Diperoleh CBR tanah dasar efektif 30,96%, sesuai dengan Gambar 2.14. c. Koefisien Gesekan (µ) Perencanaan didasarkan bahwa antara pelat dan pondasi bawah tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3 Nilai Koefisien Gesekan (µ) No. Lapis Pemecah Ikatan µ 1. Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi bawah 1,0 2. Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5 3. Karet kompon (A chlorinated rubber curing compound) 2,0 (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003) d. Kuat Tarik Lentur Beton (Flexural Strength) Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari. Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm 2 ) terdekat.

22 Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton dapat dihitung pada rumus berikut: f cf = K f c dalam MPa...(2.12) dimana: f'c f cf K = kuat tekan beton karakteristik 28 hari = kuat tarik lentur beton 28 hari = 0,7 untuk agregat tidak pecah = 0,75 untuk agregat pecah e. Konfigurasi Sumbu Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau 2 tahun terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu, yaitu: - Sumbu tunggal roda tunggal (STRT) - Sumbu tunggal roda ganda (STRG) - Sumbu tandem roda ganda (STdRG) - Sumbu tridem roda ganda (STrRG)

23 f. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi (C) Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan seperti dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana Lebar Perkerasan (Lp) Jumlah Lajur Koefisien Distribusi (C) (n) 1 Arah 2 Arah Lp < 5,50 m 1 lajur 1 1 5,50 m Lp < 8,25 m 2 lajur 0,70 0,50 8,25 m Lp <11,25 m 3 lajur 0,50 0,475 11,25 m Lp < 15,00 m 4 lajur - 0,45 15,00 m Lp < 18,75 m 5 lajur - 0,425 18,75 m Lp < 22,00 m 6 lajur - 0,40 (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003) g. Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.

24 h. Pertumbuhan Lalu Lintas Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu lintas yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: (1+ i) UR 1 R =...(2.13) i dimana: R = faktor pertumbuhan lalu lintas i = laju pertumbuhan lalu lintas per tahun (%) UR = umur rencana (tahun) i. Lalu Lintas Rencana Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut: JSKN = JSKNH 365 R C...(2.14) dimana: JSKN = jumlah sumbu total kendaraan niaga selama umur rencana JSKNH = jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka R C = faktor pertumbuhan lalu lintas = koefisien distribusi kendaraan

25 j. Faktor Keamanan Beban Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (F KB ) seperti dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Faktor Keamanan Beban (F KB ) No. Peranan Jalan Nilai F KB 1. Jalan Tol 1,2 2. Jalan Arteri 1,1 3. Jalan Lokal 1,0 (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003) k. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk menentukan nilai tegangan ekivalen dan faktor erosi, digunakan tabel yang terdapat pada Pedoman Bina Marga seperti dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Untuk meyederhanakan tabel tersebut, maka dapat digunakan persamaan yang didapatkan dari Extract from Austroads Structural Design of Pavements Chapter 9, 2001 Draft Edition yang merupakan acuan normatif dari penyusunan metode Bina Marga. Rumus tegangan ekivalen dan faktor erosi yaitu sebagai berikut: Se atau F 3 = b d 2 f ln(ef) a + + c ln(ef) + + e [ln(ef)] + + 2 T T T...(2.15) 2 g 3 i [ln(ef)] j ln(ef) + h [ln(ef)] + + 3 2 T T T dimana: a j = koefisien yang dapat dilihat pada Tabel 2.8 sampai 2.10 T = tebal pelat beton (mm) Ef = CBR tanah dasar efektif (%)

26 Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,7 2,72 2,25 1,68 2,8 3,4 3,5 3,55 2,6 3,21 3,3 3,37 150 10 1,62 2,56 2,09 1,58 2,79 3,39 3,46 3,5 2,59 3,2 3,28 3,32 150 15 1,59 2,48 2,01 1,53 2,78 3,38 3,44 3,47 2,59 3,2 3,27 3,3 150 20 1,56 2,43 1,97 1,51 2,77 3,37 3,43 3,46 2,59 3,19 3,26 3,29 150 25 1,54 2,37 1,92 1,48 2,77 3,37 3,42 3,44 2,59 3,19 3,25 3,28 150 35 1,49 2,28 1,82 1,43 2,76 3,36 3,39 3,4 2,58 3,18 3,23 3,25 150 50 1,43 2,15 1,73 1,4 2,74 3,34 3,36 3,37 2,57 3,17 3,21 3,22 150 75 1,38 2,02 1,64 1,36 2,72 3,32 3,33 3,32 2,56 3,16 3,19 3,19 160 5 1,54 2,49 2,06 1,55 2,72 3,32 3,43 3,47 2,52 3,12 3,22 3,3 160 10 1,47 2,34 1,92 1,44 2,71 3,31 3,39 3,43 2,51 3,11 3,2 3,26 160 15 1,44 2,26 1,84 1,39 2,7 3,3 3,37 3,41 2,61 3,11 3,19 3,24 160 20 1,41 2,22 1,8 1,37 2,69 3,29 3,36 3,4 2,5 3,1 3,18 3,23 160 25 1,39 2,17 1,76 1,34 2,69 3,29 3,35 3,38 2,5 3,1 3,17 3,21 160 35 1,34 2,07 1,87 1,29 2,68 3,28 3,32 3,34 2,49 3,09 3,15 3,18 160 50 1,3 1,96 1,58 1,25 2,66 3,26 3,28 3,3 2,49 3,09 3,13 3,15 160 75 1,24 1,85 1,49 1,23 2,64 3,24 3,26 3,25 2,48 3,08 3,12 3,12 170 5 1,41 2,27 1,93 1,44 2,64 3,24 3,37 3,43 2,44 3,04 3,15 3,24 170 10 1,34 2,14 1,78 1,33 2,62 3,22 3,33 3,38 2,43 3,03 3,13 3,2 170 15 1,31 2,07 1,71 1,28 2,62 3,22 3,31 3,35 2,43 3,03 3,12 3,18 170 20 1,29 2,03 1,67 1,26 2,81 3,21 3,3 3,34 2,42 3,02 3,11 3,17 170 25 1,27 1,99 1,63 1,23 2,81 3,21 3,28 3,32 2,42 3,02 3,1 3,15 170 35 1,23 1,9 1,54 1,18 2,6 3,2 3,25 3,28 2,41 3,01 3,08 3,12 170 50 1,19 1,81 1,46 1,14 2,58 3,18 3,22 3,24 2,4 3,01 3,06 3,08 170 75 1,14 1,7 1,37 1,1 2,57 3,17 3,19 3,19 2,4 3 3,04 3,05 180 5 1,29 2,1 1,81 1,35 2,57 3,17 3,33 3,37 2,36 2,97 3,09 3,2 180 10 1,23 1,98 1,66 1,24 2,55 3,15 3,28 3,32 2,35 2,96 3,07 3,15 180 15 1,2 1,92 1,59 1,19 2,55 3,15 3,25 3,29 2,35 2,96 3,05 3,12 180 20 1,18 1,88 1,55 1,17 2,54 3,14 3,24 3,28 2,35 2,95 3,04 3,11 180 25 1,16 1,84 1,51 1,14 2,54 3,14 3,23 3,26 2,35 2,95 3,03 3,09 180 35 1,12 1,76 1,43 1,09 2,53 3,13 3,2 3,22 2,34 2,94 3,01 3,06 180 50 1,09 1,67 1,35 1,05 2,51 3,11 3,17 3,19 2,33 2,93 2,99 3,02 180 75 1,03 1,57 1,26 1,01 2,49 3,1 3,13 3,14 2,32 2,92 2,97 2,99 190 5 1,19 1,95 1,69 1,27 2,5 3,11 3,28 3,32 2,29 2,8 3,03 3,15 190 10 1,13 1,84 1,55 1,16 2,48 3,09 3,23 3,27 2,28 2,89 3 3,1 190 15 1,1 1,78 1,49 1,11 2,48 3,08 3,2 3,24 2,28 2,88 2,98 3,07 190 20 1,09 1,75 1,45 1,09 2,47 3,07 3,19 3,23 2,27 2,88 2,98 3,06 190 25 1,07 1,71 1,41 1,06 2,47 3,07 3,17 3,21 2,27 2,88 2,97 3,04 190 35 1,03 1,63 1,33 1,01 2,46 3,06 3,14 3,17 2,26 2,87 2,95 3 190 50 1 1,55 1,26 0,97 2,44 3,04 3,1 3,14 2,26 2,86 2,93 2,97 190 75 0,96 1,46 1,17 0,91 2,43 3,03 3,07 3,09 2,25 2,85 2,91 2,93 200 5 1,1 1,81 1,6 1,2 2,44 3,04 3,23 3,27 2,23 2,83 2,97 3,1 200 10 1,05 1,7 1,46 1,1 2,42 3,02 3,18 3,22 2,22 2,82 2,95 3,05 200 15 1,02 1,65 1,4 1,05 2,42 3,02 3,15 3,19 2,22 2,82 2,93 3,02 200 20 1,01 1,62 1,36 1,02 2,41 3,01 3,14 3,18 2,21 2,81 2,92 3,01 200 25 0,99 1,59 1,33 0,99 2,4 3,01 3,12 3,16 2,21 2,81 2,91 2,99 200 35 0,96 1,52 1,25 0,94 2,39 3 3,09 3,12 2,2 2,8 2,89 2,95 200 50 0,92 1,44 1,18 0,89 2,38 2,98 3,06 3,09 2,19 2,79 2,87 2,92 200 75 0,89 1,36 1,1 0,84 2,36 2,96 3 3,04 2,18 2,78 2,85 2,88 210 5 1,02 1,69 1,5 1,14 2,38 2,99 3,18 3,23 2,17 2,77 2,92 3,06 210 10 0,97 1,59 1,38 1,04 2,36 2,97 3,13 3,18 2,16 2,76 2,89 3,01 210 15 0,94 1,54 1,32 0,99 2,36 2,96 3,1 3,15 2,15 2,75 2,87 2,98 210 20 0,93 1,51 1,28 0,96 2,35 2,95 3,09 3,13 2,14 2,75 2,87 2,96 210 25 0,92 1,48 1,25 0,93 2,34 2,95 3,07 3,11 2,14 2,75 2,86 2,94 210 35 0,89 1,41 1,18 0,88 2,33 2,94 3,04 3,07 2,13 2,74 2,84 2,9 210 50 0,86 1,35 1,11 0,83 2,32 2,92 3,01 3,04 2,13 2,73 2,81 2,86 210 75 0,82 1,27 1,03 0,78 2,3 2,9 2,95 2,98 2,12 2,72 2,79 2,83

27 Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton (lanjutan) Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,94 1,58 1,42 1,08 2,33 2,93 3,14 3,19 2,11 2,71 2,87 3,02 220 10 0,9 1,49 1,3 0,98 2,31 2,91 3,09 3,13 2,1 2,7 2,84 2,96 220 15 0,88 1,44 1,25 0,93 2,3 2,9 3,06 3,1 2,09 2,69 2,82 2,93 220 20 0,87 1,42 1,22 0,91 2,29 2,89 3,05 3,09 2,08 2,69 2,81 2,92 220 25 0,85 1,39 1,18 0,88 2,29 2,89 3,03 3,07 2,08 2,69 2,8 2,9 220 35 0,82 1,33 1,11 0,83 2,28 2,88 2,99 3,03 2,07 2,68 2,78 2,86 220 50 0,79 1,27 1,04 0,79 2,26 2,88 2,96 3 2,07 2,67 2,76 2,83 220 75 0,76 1,19 0,97 0,73 2,24 2,85 2,92 2,95 2,06 2,68 2,72 2,78 230 5 0,88 1,49 1,35 1,03 2,28 2,88 3,1 3,14 2,05 2,65 2,82 2,98 230 10 0,84 1,41 1,24 0,94 2,26 2,86 3,05 3,09 2,04 2,64 2,79 2,92 230 15 0,82 1,38 1,19 0,89 2,25 2,85 3,02 3,06 2,03 2,64 2,77 2,89 230 20 0,81 1,34 1,16 0,87 2,24 2,84 3 3,05 2,03 2,63 2,76 2,88 230 25 0,8 1,31 1,12 0,84 2,23 2,83 2,98 3,03 2,03 2,63 2,75 2,86 230 35 0,77 1,25 1,05 0,78 2,21 2,81 2,94 2,99 2,02 2,62 2,73 2,82 230 50 0,74 1,19 0,99 0,74 2,2 2,8 2,91 2,95 2,01 2,61 2,7 2,78 230 75 0,71 1,12 0,91 0,7 2,19 2,79 2,86 2,91 2 2,6 2,68 2,74 240 5 0,82 1,4 1,29 0,98 2,23 2,83 3,06 3,11 1,99 2,6 2,78 2,94 240 10 0,79 1,32 1,18 0,89 2,21 2,81 3,01 3,05 1,98 2,59 2,74 2,88 240 15 0,77 1,28 1,13 0,85 2,2 2,8 2,98 3,02 1,98 2,58 2,72 2,85 240 20 0,76 1,26 1,1 0,83 2,19 2,79 2,96 3,01 1,97 2,57 2,72 2,84 240 25 0,75 1,23 1,06 0,8 2,18 2,78 2,94 2,99 1,97 2,57 2,71 2,82 240 35 0,72 1,17 0,99 0,74 2,17 2,76 2,9 2,95 1,96 2,56 2,69 2,78 240 50 0,69 1,12 0,94 0,7 2,15 2,75 2,88 2,91 1,95 2,55 2,66 2,74 240 75 0,67 1,05 0,86 0,66 2,13 2,74 2,83 2,88 1,94 2,54 2,63 2,69 250 5 0,77 1,33 1,23 0,94 2,18 2,78 3,02 3,07 1,94 2,54 2,73 2,9 250 10 0,74 1,25 1,12 0,86 2,16 2,76 2,97 3,01 1,93 2,53 2,7 2,85 250 15 0,72 1,21 1,07 0,81 2,15 2,75 2,94 2,98 1,93 2,53 2,68 2,82 250 20 0,71 1,18 1,04 0,79 2,14 2,74 2,93 2,97 1,92 2,52 2,67 2,8 250 25 0,7 1,16 1,01 0,76 2,13 2,73 2,91 2,95 1,92 2,52 2,66 2,78 250 35 0,68 1,11 0,95 0,71 2,12 2,71 2,87 2,91 1,91 2,51 2,64 2,74 250 50 0,65 1,06 0,89 0,67 2,1 2,7 2,83 2,88 1,9 2,5 2,61 2,7 250 75 0,63 0,99 0,82 0,61 2,08 2,69 2,79 2,83 1,89 2,49 2,59 2,65 260 5 0,73 1,26 1,18 0,9 2,13 2,73 2,99 3,03 1,89 2,49 2,69 2,87 260 10 0,7 1,18 1,08 0,82 2,11 2,71 2,93 2,98 1,88 2,48 2,66 2,81 260 15 0,68 1,15 1,03 0,78 2,1 2,7 2,9 2,95 1,88 2,48 2,64 2,78 260 20 0,67 1,12 1 0,75 2,09 2,69 2,89 2,93 1,87 2,47 2,63 2,76 260 25 0,66 1,1 0,97 0,73 2,08 2,69 2,87 2,91 1,87 2,47 2,62 2,74 260 35 0,64 1,05 0,91 0,68 2,07 2,68 2,83 2,87 1,86 2,46 2,59 2,7 260 50 0,61 1 0,85 0,64 2,05 2,65 2,8 2,84 1,85 2,45 2,56 2,67 260 75 0,59 0,95 0,78 0,58 2,03 2,64 2,75 2,78 1,84 2,44 2,54 2,61 270 5 0,68 1,19 1,13 0,87 2,09 2,69 2,95 3 1,84 2,44 2,65 2,83 270 10 0,66 1,12 1,03 0,79 2,07 2,67 2,9 2,94 1,83 2,43 2,62 2,78 270 15 0,64 1,09 0,98 0,75 2,06 2,66 2,87 2,91 1,83 2,43 2,6 2,75 270 20 0,63 1,06 0,96 0,72 2,05 2,65 2,85 2,9 1,82 2,42 2,59 2,73 270 25 0,62 1,04 0,93 0,7 2,04 2,64 2,83 2,88 1,82 2,42 2,58 2,71 270 35 0,6 0,99 0,87 0,65 2,02 2,63 2,79 2,84 1,81 2,41 2,55 2,67 270 50 0,58 0,95 0,81 0,61 2 2,61 2,76 2,8 1,8 2,4 2,52 2,63 270 75 0,56 0,89 0,74 0,57 1,99 2,59 2,7 2,75 1,79 2,39 2,5 2,58 280 5 0,65 1,13 1,08 0,83 2,05 2,65 2,92 2,97 1,8 2,4 2,62 2,8 280 10 0,62 1,06 0,99 0,75 2,03 2,63 2,86 2,91 1,79 2,39 2,58 2,74 280 15 0,6 1,03 0,94 0,72 2,01 2,62 2,83 2,88 1,78 2,38 2,56 2,71 280 20 0,6 1,01 0,92 0,69 2 2,61 2,82 2,87 1,77 2,37 2,55 2,7 280 25 0,59 0,99 0,89 0,67 1,99 2,6 2,8 2,85 1,77 2,37 2,54 2,68 280 35 0,57 0,94 0,83 0,62 1,97 2,58 2,76 2,81 1,76 2,36 2,51 2,64 280 50 0,55 0,9 0,78 0,59 1,96 2,56 2,72 2,77 1,75 2,35 2,48 2,6 280 75 0,53 0,86 0,71 0,53 1,94 2,55 2,68 2,72 1,74 2,34 2,46 2,55

28 Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton (lanjutan) Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,61 1,08 1,04 0,8 2,01 2,61 2,89 2,93 1,75 2,35 2,58 2,77 290 10 0,59 1,01 0,95 0,73 1,99 2,59 2,83 2,88 1,74 2,34 2,54 2,71 290 15 0,58 0,98 0,9 0,7 1,97 2,58 2,8 2,85 1,74 2,34 2,52 2,68 290 20 0,57 0,96 0,88 0,67 1,96 2,58 2,79 2,83 1,73 2,33 2,51 2,67 290 25 0,56 0,94 0,85 0,65 1,95 2,56 2,77 2,81 1,73 2,33 2,5 2,65 290 35 0,54 0,9 0,8 0,6 1,93 2,54 2,73 2,77 1,72 2,32 2,47 2,61 290 50 0,52 0,86 0,75 0,56 1,92 2,52 2,69 2,74 1,71 2,31 2,44 2,56 290 75 0,5 0,81 0,68 0,52 1,9 2,5 2,64 2,68 1,7 2,3 2,42 2,51 300 5 0,58 1,03 1 0,77 1,97 2,57 2,86 2,9 1,71 2,31 2,55 2,74 300 10 0,56 0,97 0,91 0,7 1,95 2,55 2,8 2,85 1,7 2,3 2,51 2,68 300 15 0,55 0,94 0,87 0,67 1,93 2,54 2,77 2,82 1,69 2,3 2,49 2,65 300 20 0,54 0,92 0,85 0,65 1,92 2,53 2,76 2,8 1,68 2,29 2,48 2,64 300 25 0,53 0,9 0,82 0,63 1,91 2,52 2,74 2,78 1,68 2,29 2,46 2,62 300 35 0,51 0,86 0,77 0,58 1,89 2,5 2,7 2,74 1,67 2,28 2,43 2,58 300 50 0,49 0,82 0,72 0,54 1,88 2,48 2,66 2,7 1,66 2,26 2,41 2,53 300 75 0,47 0,78 0,65 0,5 1,86 2,46 2,61 2,65 1,65 2,26 2,37 2,48 310 5 0,55 0,98 0,97 0,74 1,94 2,54 2,83 2,88 1,67 2,27 2,51 2,71 310 10 0,53 0,92 0,89 0,68 1,91 2,51 2,77 2,82 1,66 2,26 2,47 2,65 310 15 0,52 0,89 0,84 0,65 1,89 2,49 2,65 2,79 1,65 2,25 2,45 2,62 310 20 0,51 0,88 0,82 0,63 1,89 2,49 2,64 2,77 1,64 2,24 2,44 2,61 310 25 0,5 0,86 0,79 0,6 1,88 2,48 2,64 2,75 1,64 2,24 2,43 2,59 310 35 0,49 0,82 0,74 0,55 1,86 2,46 2,63 2,71 1,63 2,23 2,4 2,55 310 50 0,47 0,78 0,69 0,51 1,84 2,44 2,62 2,67 1,62 2,22 2,37 2,5 310 75 0,45 0,74 0,63 0,48 1,82 2,42 2,58 2,62 1,61 2,21 2,34 2,45 320 5 0,53 0,94 0,93 0,71 1,9 2,5 2,8 2,85 1,63 2,23 2,48 2,69 320 10 0,51 0,88 0,85 0,65 1,87 2,48 2,74 2,79 1,62 2,22 2,44 2,63 320 15 0,5 0,85 0,81 0,62 1,85 2,46 2,71 2,76 1,61 2,21 2,42 2,6 320 20 0,49 0,84 0,79 0,6 1,85 2,45 2,7 2,74 1,6 2,2 2,41 2,58 320 25 0,48 0,82 0,76 0,58 1,84 2,44 2,68 2,72 1,6 2,2 2,4 2,56 320 35 0,46 0,78 0,71 0,54 1,82 2,42 2,64 2,68 1,59 2,19 2,37 2,52 320 50 0,44 0,75 0,67 0,51 1,8 2,4 2,6 2,64 1,58 2,18 2,33 2,47 320 75 0,43 0,71 0,61 0,45 1,78 2,38 2,55 2,59 1,57 2,17 2,31 2,42 330 5 0,5 0,9 0,9 0,69 1,87 2,47 2,78 2,82 1,59 2,19 2,45 2,66 330 10 0,48 0,85 0,82 0,63 1,84 2,44 2,72 2,76 1,58 2,18 2,41 2,6 330 15 0,47 0,82 0,79 0,6 1,82 2,42 2,69 2,73 1,57 2,17 2,39 2,57 330 20 0,46 0,8 0,76 0,58 1,81 2,42 2,67 2,72 1,56 2,16 2,38 2,55 330 25 0,46 0,78 0,74 0,56 1,8 2,41 2,65 2,7 1,56 2,16 2,36 2,53 330 35 0,45 0,74 0,69 0,52 1,78 2,39 2,61 2,66 1,55 2,15 2,33 2,49 330 50 0,42 0,71 0,64 0,48 1,76 2,36 2,57 2,62 1,54 2,14 2,3 2,45 330 75 0,41 0,68 0,59 0,45 1,74 2,35 2,52 2,57 1,53 2,13 2,28 2,4 340 5 0,48 0,86 0,87 0,65 1,84 2,44 2,75 2,79 1,55 2,15 2,42 2,63 340 10 0,46 0,8 0,79 0,61 1,81 2,41 2,69 2,74 1,54 2,14 2,38 2,57 340 15 0,45 0,78 0,76 0,58 1,79 2,39 2,66 2,71 1,53 2,14 2,36 2,54 340 20 0,44 0,77 0,73 0,57 1,78 2,38 2,64 2,69 1,52 2,13 2,35 2,52 340 25 0,44 0,75 0,71 0,55 1,77 2,37 2,62 2,67 1,52 2,12 2,33 2,5 340 35 0,43 0,72 0,66 0,51 1,75 2,35 2,58 2,63 1,51 2,11 2,3 2,46 340 50 0,4 0,68 0,62 0,47 1,73 2,33 2,54 2,59 1,5 2,1 2,27 2,42 340 75 0,39 0,65 0,56 0,43 1,71 2,31 2,49 2,54 1,49 2,09 2,24 2,37 350 5 0,46 0,83 0,85 0,63 1,8 2,41 2,72 2,77 1,51 2,11 2,39 2,61 350 10 0,44 0,78 0,77 0,59 1,77 2,38 2,67 2,71 1,5 2,1 2,35 2,55 350 15 0,43 0,75 0,74 0,56 1,75 2,36 2,64 2,68 1,5 2,1 2,33 2,52 350 20 0,42 0,74 0,71 0,55 1,75 2,35 2,62 2,66 1,49 2,09 2,32 2,5 350 25 0,42 0,72 0,69 0,53 1,74 2,34 2,6 2,64 1,49 2,09 2,3 2,48 350 35 0,41 0,69 0,64 0,49 1,72 2,32 2,56 2,6 1,48 2,08 2,27 2,44 350 50 0,39 0,65 0,6 0,46 1,69 2,29 2,52 2,56 1,46 2,07 2,24 2,39 350 75 0,37 0,62 0,54 0,42 1,67 2,28 2,47 2,51 1,46 2,06 2,21 2,34 (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

29 Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,42 2,16 1,81 1,45 2,34 2,94 2,99 3 2,14 2,74 2,78 2,81 150 10 1,36 2,04 1,7 1,39 2,32 2,92 2,94 2,94 2,13 2,72 2,73 2,75 150 15 1,33 1,98 1,65 1,36 2,32 2,92 2,91 2,91 2,12 2,72 2,7 2,72 150 20 1,32 1,94 1,62 1,35 2,31 2,91 2,9 2,9 2,11 2,71 2,69 2,7 150 25 1,3 1,9 1,59 1,33 2,3 2,9 2,88 2,88 2,1 2,7 2,67 2,67 150 35 1,27 1,82 1,53 1,3 2,29 2,89 2,85 2,84 2,08 2,69 2,64 2,63 150 50 1,23 1,74 1,49 1,3 2,27 2,87 2,82 2,81 2,06 2,67 2,6 2,59 150 75 1,2 1,65 1,43 1,26 2,25 2,85 2,79 2,77 2,04 2,65 2,57 2,56 160 5 1,29 1,98 1,67 1,33 2,26 2,87 2,93 2,95 2,06 2,66 2,72 2,77 160 10 1,24 1,87 1,56 1,26 2,24 2,85 2,88 2,89 2,04 2,64 2,67 2,69 160 15 1,21 1,82 1,51 1,23 2,24 2,84 2,85 2,86 2,04 2,64 2,64 2,66 160 20 1,2 1,79 1,49 1,21 2,23 2,83 2,84 2,84 2,03 2,63 2,62 2,64 160 25 1,18 1,75 1,46 1,2 2,23 2,83 2,82 2,82 2,02 2,62 2,6 2,62 160 35 1,15 1,67 1,41 1,17 2,22 2,82 2,79 2,78 2 2,61 2,56 2,57 160 50 1,12 1,6 1,36 1,15 2,2 2,8 2,75 2,75 1,98 2,59 2,53 2,53 160 75 1,1 1,52 1,3 1,13 2,18 2,78 2,72 2,69 1,97 2,57 2,5 2,49 170 5 1,17 1,83 1,55 1,22 2,19 2,8 2,88 2,9 1,99 2,59 2,66 2,72 170 10 1,13 1,73 1,45 1,16 2,17 2,78 2,83 2,84 1,97 2,57 2,61 2,64 170 15 1,11 1,68 1,4 1,13 2,17 2,77 2,8 2,81 1,96 2,57 2,58 2,61 170 20 1,1 1,65 1,38 1,12 2,16 2,76 2,79 2,79 1,95 2,56 2,57 2,59 170 25 1,08 1,62 1,35 1,1 2,16 2,76 2,77 2,77 1,95 2,55 2,55 2,57 170 35 1,05 1,55 1,3 1,07 2,15 2,75 2,73 2,73 1,94 2,53 2,51 2,53 170 50 1,03 1,49 1,25 1,04 2,13 2,73 2,7 2,7 1,91 2,51 2,47 2,48 170 75 1,02 1,41 1,19 1,03 2,11 2,71 2,66 2,64 1,89 2,49 2,43 2,43 180 5 1,07 1,7 1,44 1,13 2,13 2,73 2,83 2,86 1,92 2,52 2,61 2,68 180 10 1,03 1,6 1,35 1,07 2,11 2,71 2,78 2,79 1,9 2,5 2,56 2,6 180 15 1,01 1,55 1,3 1,04 2,1 2,71 2,75 2,76 1,89 2,5 2,53 2,57 180 20 1,01 1,53 1,28 1,03 2,09 2,7 2,73 2,74 1,88 2,49 2,51 2,54 180 25 1 1,5 1,25 1,01 2,09 2,69 2,71 2,72 1,88 2,48 2,49 2,52 180 35 0,98 1,44 1,2 0,98 2,08 2,68 2,67 2,68 1,87 2,46 2,45 2,47 180 50 0,95 1,38 1,16 0,96 2,06 2,66 2,64 2,64 1,84 2,44 2,42 2,42 180 75 0,94 1,31 1,1 0,94 2,04 2,64 2,61 2,6 1,82 2,42 2,36 2,37 190 5 0,99 1,58 1,35 1,05 2,07 2,67 2,78 2,82 1,86 2,46 2,57 2,64 190 10 0,96 1,49 1,26 0,99 2,05 2,65 2,72 2,75 1,84 2,44 2,51 2,56 190 15 0,94 1,44 1,21 0,97 2,04 2,64 2,7 2,72 1,83 2,43 2,48 2,53 190 20 0,93 1,42 1,19 0,96 2,03 2,63 2,69 2,7 1,82 2,42 2,46 2,5 190 25 0,92 1,4 1,17 0,94 2,03 2,63 2,67 2,68 1,81 2,41 2,44 2,48 190 35 0,9 1,35 1,12 0,91 2,02 2,62 2,63 2,64 1,79 2,4 2,4 2,43 190 50 0,88 1,29 1,08 0,88 2 2,6 2,6 2,6 1,77 2,38 2,36 2,38 190 75 0,87 1,22 1,02 0,86 1,98 2,58 2,55 2,55 1,76 2,36 2,32 2,31 200 5 0,91 1,47 1,27 0,99 2,01 2,61 2,74 2,78 1,8 2,4 2,52 2,6 200 10 0,89 1,39 1,18 0,93 1,99 2,59 2,69 2,71 1,78 2,38 2,46 2,52 200 15 0,87 1,35 1,15 0,9 1,98 2,59 2,66 2,68 1,77 2,37 2,43 2,49 200 20 0,86 1,33 1,12 0,89 1,97 2,58 2,64 2,66 1,76 2,36 2,42 2,48 200 25 0,85 1,3 1,1 0,87 1,97 2,57 2,62 2,64 1,75 2,35 2,4 2,44 200 35 0,83 1,25 1,05 0,84 1,96 2,56 2,58 2,6 1,73 2,33 2,36 2,39 200 50 0,82 1,2 1,01 0,82 1,94 2,54 2,54 2,55 1,71 2,31 2,32 2,33 200 75 0,81 1,14 0,95 0,8 1,92 2,52 2,51 2,5 1,69 2,3 2,27 2,28 210 5 0,85 1,38 1,2 0,93 1,96 2,56 2,7 2,75 1,74 2,34 2,48 2,57 210 10 0,82 1,3 1,11 0,87 1,94 2,54 2,65 2,67 1,72 2,32 2,42 2,49 210 15 0,8 1,27 1,08 0,84 1,93 2,53 2,62 2,64 1,71 2,31 2,39 2,45 210 20 0,8 1,24 1,05 0,83 1,92 2,52 2,6 2,62 1,7 2,3 2,37 2,43 210 25 0,79 1,22 1,03 0,81 1,91 2,51 2,58 2,6 1,69 2,29 2,35 2,4 210 35 0,77 1,17 0,98 0,78 1,9 2,49 2,54 2,56 1,67 2,28 2,31 2,34 210 50 0,76 1,13 0,94 0,76 1,88 2,48 2,51 2,51 1,65 2,26 2,27 2,29 210 75 0,75 1,07 0,9 0,74 1,86 2,47 2,45 2,46 1,64 2,24 2,22 2,22

30 Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton (lanjutan) Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,79 1,3 1,13 0,87 1,91 2,51 2,67 2,72 168 2,29 2,44 2,54 220 10 0,77 1,22 1,05 0,81 1,89 2,49 2,61 2,64 1,66 2,27 2,38 2,46 220 15 0,76 1,19 1,02 0,79 1,88 2,48 2,58 2,61 1,66 2,26 2,35 2,42 220 20 0,75 1,17 0,99 0,78 1,87 2,47 2,56 2,58 1,65 2,25 2,33 2,39 220 25 0,74 1,15 0,97 0,76 1,86 2,46 2,54 2,56 1,64 2,24 2,31 2,37 220 35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,85 2,45 2,5 2,52 1,62 2,22 2,27 2,32 220 50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,83 2,43 2,47 2,48 1,6 2,2 2,23 2,26 220 75 0,7 1,01 0,85 0,69 1,81 2,41 2,41 2,41 1,58 2,18 2,18 2,19 230 5 0,74 1,22 1,08 0,82 1,86 2,46 2,63 2,69 1,63 2,23 2,4 2,5 230 10 0,72 1,15 1 0,77 1,84 2,44 2,57 2,61 1,61 2,21 2,34 2,42 230 15 0,71 1,12 0,97 0,75 1,83 2,43 2,54 2,58 1,6 2,21 2,31 2,39 230 20 0,7 1,1 0,94 0,74 1,82 2,42 2,52 2,55 1,59 2,2 2,29 2,36 230 25 0,69 1,08 0,92 0,72 1,81 2,41 2,5 2,53 1,58 2,19 2,27 2,34 230 35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,8 2,4 2,46 2,48 1,56 2,17 2,23 2,28 230 50 0,67 1 0,83 0,67 1,78 2,38 2,43 2,44 1,54 2,15 2,19 2,22 230 75 0,66 0,96 0,8 0,65 1,76 2,36 2,37 2,37 1,53 2,13 2,12 2,16 240 5 0,69 1,16 1,02 0,78 1,81 2,41 2,6 2,66 1,58 2,18 2,36 2,47 240 10 0,67 1,09 0,95 0,72 1,79 2,39 2,54 2,58 1,56 2,17 2,3 2,39 240 15 0,66 1,06 0,92 0,7 1,78 2,38 2,51 2,55 1,55 2,15 2,27 2,36 240 20 0,65 1,04 0,89 0,69 1,77 2,37 2,49 2,52 1,54 2,14 2,25 2,33 240 25 0,65 1,02 0,87 0,68 1,76 2,36 2,47 2,5 1,53 2,13 2,23 2,31 240 35 0,64 0,98 0,83 0,66 1,75 2,35 2,43 2,45 1,51 2,11 2,19 2,25 240 50 0,63 0,95 0,79 0,63 1,73 2,33 2,39 2,41 1,49 2,1 2,15 2,19 240 75 0,62 0,89 0,76 0,61 1,71 2,31 2,34 2,34 1,48 2,08 2,1 2,13 250 5 0,65 1,09 0,98 0,73 1,77 2,37 2,56 2,63 1,54 2,14 2,32 2,45 250 10 0,63 1,03 0,9 0,69 1,74 2,35 2,5 2,55 1,52 2,12 2,26 2,37 250 15 0,62 1 0,87 0,67 1,73 2,34 2,47 2,52 1,5 2,11 2,23 2,33 250 20 0,61 0,99 0,85 0,66 1,72 2,33 2,45 2,49 1,49 2,1 2,22 2,3 250 25 0,61 0,97 0,83 0,64 1,72 2,32 243 2,47 1,48 2,09 2,2 2,28 250 35 0,6 0,93 0,79 0,61 1,71 2,3 2,39 2,42 1,4 2,07 2,16 2,22 250 50 0,59 0,9 0,75 0,59 1,68 2,28 2,36 2,38 1,44 2,05 2,11 2,16 250 75 0,58 0,86 0,72 0,57 1,66 2,27 2,3 2,31 1,43 2,03 2,06 2,1 260 5 0,61 1,04 0,93 0,71 1,72 2,33 2,53 2,61 1,49 2,09 2,29 2,42 260 10 0,6 0,98 0,86 0,66 1,7 2,3 2,47 2,53 1,47 2,07 2,23 2,34 260 15 0,59 0,95 0,83 0,63 1,69 2,28 2,44 2,49 1,46 2,06 2,2 2,3 260 20 0,58 0,94 0,81 0,62 1,68 2,28 2,42 2,46 1,45 2,05 2,18 2,28 260 25 0,57 0,92 0,79 0,61 1,67 2,27 2,4 2,44 1,44 2,04 2,16 2,25 260 35 0,56 0,88 0,75 0,59 1,66 2,26 2,36 2,39 1,42 2,02 2,12 2,19 260 50 0,56 0,85 0,71 0,56 1,64 2,24 2,32 2,35 1,4 2 2,08 2,13 260 75 0,55 0,81 0,68 0,54 1,62 2,22 2,27 2,28 1,38 1,98 2,01 2,06 270 5 0,57 0,99 0,89 0,66 1,68 2,28 2,5 2,58 1,45 2,05 2,25 2,39 270 10 0,55 0,93 0,83 0,62 1,66 2,26 2,44 2,5 1,43 2,03 2,2 2,31 270 15 0,55 0,9 0,8 0,6 1,65 2,25 2,41 2,47 1,41 2,02 2,17 2,27 270 20 0,54 0,89 0,78 0,59 1,64 2,24 2,39 2,44 1,4 2,01 2,15 2,25 270 25 0,54 0,87 0,76 0,58 1,63 2,23 2,37 2,42 1,39 2 2,13 2,22 270 35 0,53 0,84 0,72 0,56 1,61 2,22 2,33 2,37 1,37 1,98 2,09 2,16 270 50 0,53 0,8 0,68 0,53 1,59 2,2 2,29 2,32 1,35 1,96 2,04 2,11 270 75 0,52 0,77 0,65 0,52 1,58 2,18 2,24 2,25 1,34 1,94 1,99 2,03 280 5 0,54 0,94 0,86 0,63 1,64 2,25 2,48 2,56 1,4 2,01 2,22 2,37 280 10 0,52 0,89 0,79 0,6 1,62 2,22 2,41 2,48 1,38 1,99 2,16 2,29 280 15 0,52 0,86 0,76 0,58 1,61 2,2 2,38 2,44 1,37 1,97 2,13 2,25 280 20 0,51 0,85 0,74 0,57 1,6 2,2 2,36 2,42 1,36 1,96 2,12 2,22 280 25 0,51 0,83 0,73 0,56 1,59 2,19 2,34 2,39 1,35 1,95 2,1 2,2 280 35 0,5 0,8 0,69 0,54 1,57 2,18 2,3 2,34 1,33 1,93 2,06 2,14 280 50 0,5 0,76 0,66 0,51 1,55 2,16 2,26 2,29 1,31 1,91 2,01 2,08 280 75 0,49 0,74 0,62 0,49 1,54 2,14 2,21 2,22 1,29 1,89 1,96 2

31 Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton (lanjutan) Tebal CBR Faktor Erosi Tegangan Ekivalen Pelat Eff Tanpa Ruji Dengan Ruji (mm) (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,51 0,9 0,82 0,6 1,61 2,21 2,45 2,54 1,36 1,97 2,19 2,34 290 10 0,5 0,85 0,76 0,57 1,58 2,18 2,39 2,46 1,34 1,94 2,13 2,26 290 15 0,5 0,82 0,73 0,55 1,56 2,16 2,36 2,42 1,33 1,92 2,1 2,22 290 20 0,49 0,81 0,72 0,54 1,56 2,16 2,34 2,39 1,32 1,92 2,08 2,2 290 25 0,49 0,79 0,7 0,53 1,55 2,15 2,32 2,37 1,31 1,91 2,06 2,17 290 35 0,48 0,76 0,66 0,51 1,53 2,14 2,28 2,32 1,29 1,89 2,02 2,11 290 50 0,47 0,73 0,63 0,49 1,51 2,12 2,23 2,27 1,27 1,87 1,98 2,05 290 75 0,47 0,7 0,6 0,47 1,5 2,1 2,18 2,19 1,25 1,85 1,93 1,98 300 5 0,49 0,86 0,79 58 157 2,17 2,42 2,52 1,32 1,93 2,16 2,32 300 10 0,48 0,81 0,73 0,55 1,55 2,15 2,36 2,44 1,3 1,91 2,1 2,24 300 15 0,47 0,78 0,7 0,53 1,53 2,14 2,33 2,4 1,29 1,89 2,07 2,2 300 20 0,46 0,77 0,69 0,52 1,52 2,13 2,31 2,37 1,28 1,88 2,05 2,18 300 25 0,48 0,76 0,67 0,51 1,51 2,12 2,29 2,35 1,27 1,87 2,03 2,15 300 35 0,46 0,73 0,64 0,49 1,49 2,1 2,25 2,3 1,25 1,85 1,99 2,09 300 50 0,45 0,7 0,6 0,46 1,48 2,08 2,2 2,24 1,23 1,83 1,95 2,03 300 75 0,45 0,67 0,57 0,45 1,46 2,06 2,15 2,17 1,21 1,81 1,9 1,95 310 5 0,46 0,81 0,76 0,55 1,54 2,14 2,4 2,5 1,29 1,89 2,13 2,3 310 10 0,4 0,77 0,7 0,52 1,51 2,11 2,33 2,42 1,27 1,87 2,07 2,22 310 15 0,45 0,75 0,68 0,5 1,49 2,09 2,3 2,38 1,25 1,86 2,04 2,18 310 20 0,44 0,74 0,66 0,5 1,49 2,09 2,28 2,35 1,24 1,85 2,03 2,15 310 25 0,44 0,72 0,64 0,49 1,48 2,08 2,26 2,33 1,23 1,84 2,01 2,13 310 35 0,43 0,69 0,61 0,47 1,48 2,06 2,22 2,28 1,21 1,82 1,97 2,07 310 50 0,43 0,67 0,58 0,44 1,44 2,04 2,18 2,22 1,19 1,79 1,92 2,01 310 75 0,42 0,63 0,54 0,43 1,42 2,02 2,13 2,15 1,17 1,77 1,87 1,93 320 5 0,44 0,78 0,74 0,53 1,5 2,11 2,37 2,48 1,25 1,85 2,1 2,27 320 10 0,43 0,74 0,68 0,5 1,48 2,08 2,31 2,4 1,23 1,83 2,05 2,19 320 15 0,43 0,72 0,65 0,48 1,46 2,06 2,28 2,36 1,22 1,82 2,02 2,15 320 20 0,42 0,71 0,64 0,48 1,45 2,06 2,26 2,33 1,21 1,81 2 2,13 320 25 0,42 0,69 0,62 0,47 1,44 2,05 2,24 2,31 1,2 1,8 1,98 2,1 320 35 0,41 0,66 0,59 0,45 1,42 2,03 2,2 2,26 1,18 1,78 1,94 2,04 320 50 0,41 0,64 0,55 0,43 1,41 2,01 2,15 2,2 1,15 1,76 1,89 1,98 320 75 0,41 0,62 0,53 0,41 1,39 1,99 2,1 2,12 1,13 1,74 1,84 1,91 330 5 0,42 0,74 0,71 0,51 1,47 2,07 2,35 2,46 1,22 1,82 2,07 2,25 330 10 0,41 0,71 0,65 0,48 1,44 2,05 2,29 2,38 1,19 1,79 2,02 2,17 330 15 0,41 0,69 0,63 0,46 1,42 2,03 2,26 2,34 1,17 1,77 1,99 2,13 330 20 0,4 0,68 0,62 0,46 1,42 2,02 2,24 2,31 1,17 1,77 1,97 2,11 330 25 0,4 0,67 0,6 0,45 1,41 2,01 2,21 2,29 1,16 1,76 1,95 2,08 330 35 0,39 0,64 0,57 0,43 1,39 1,99 2,17 2,24 1,14 1,74 1,91 2,02 330 50 0,39 0,61 0,53 0,41 1,37 1,97 2,13 2,18 1,12 1,72 1,87 1,96 330 75 0,39 0,59 0,51 0,39 1,35 1,95 2,06 2,1 1,1 1,7 1,8 188 340 5 0,4 0,71 0,69 0,49 1,44 2,04 2,33 2,44 1,18 1,78 2,05 2,23 340 10 0,39 0,68 0,64 0,47 1,41 2,02 2,26 2,36 1,16 1,76 1,99 2,15 340 15 0,39 0,66 0,61 0,45 1,39 2 2,23 2,32 1,15 1,75 1,96 2,11 340 20 0,38 0,65 0,6 0,44 1,39 1,99 2,21 2,29 1,14 1,74 1,94 2,09 340 25 0,38 0,64 0,58 0,43 1,38 1,98 2,19 2,27 1,13 1,73 1,92 2,06 340 35 0,37 0,62 0,55 0,41 1,36 1,96 2,15 2,22 1,11 1,71 1,88 2 340 50 0,37 0,59 0,52 0,39 1,34 1,94 2,1 2,16 1,08 1,69 1,84 1,94 340 75 0,37 0,57 0,49 0,38 1,32 1,92 2,05 2,08 1,06 1,67 1,79 186 350 5 0,38 0,69 0,67 0,47 1,41 2,01 2,31 2,43 1,15 1,75 2,02 2,21 350 10 0,37 0,65 0,62 0,45 1,38 1,98 2,24 2,35 1,13 1,73 1,97 2,13 350 15 0,37 0,63 0,59 0,44 1,36 1,96 2,21 2,3 1,11 1,71 1,94 2,09 350 20 0,36 0,62 0,58 0,43 1,36 1,96 2,19 2,28 1,1 1,7 1,92 2,07 350 25 0,36 0,61 0,56 0,42 1,35 1,95 2,17 2,25 1,09 1,69 1,9 2,04 350 35 0,36 0,59 0,53 0,4 1,33 1,93 2,13 2,19 1,07 1,67 1,86 1,98 350 50 0,36 0,57 0,5 0,38 1,31 1,91 2,08 2,14 1,05 1,65 1,81 1,92 350 75 0,35 0,55 0,47 0,36 1,29 1,89 2,03 2,06 1,03 1,63 1,76 1,84 (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

32 Tabel 2.8 Koefisien untuk Menghitung Tegangan Ekivalen Tanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG a 0,118 0,560 0,219 0,089-0,051 0,330 0,088-0,145 b 125,4 184,4 399,6 336,4 26,0 206,5 301,5 258,6 c -0,2396-0,6663-0,3742-0,1340 0,0899-0,4684-0,1846 0,0080 d 26969 44405-38 -10007 35774 28661 4418 1408 e 0,0896 0,2254 0,1680 0,0830-0,0376 0,1650 0,0939 0,0312 f 0,19 19,75-71,09-83,14 14,57 2,82-59,93-61,25 g -352174-942585 681381 1215750-861548 -686510 280297 488079 h -0,0104-0,0248-0,0218-0,0120 0,0031-0,0186-0,0128-0,0058 i -1,2536-4,6657 3,6501 5,2724 1,3098-1,9606 4,1791 4,7428 j -1709-4082 2003 4400-4009 -2717 1768 2564 (Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements) Tabel 2.9 Koefisien untuk Menghitung Faktor Erosi Tanpa Ruji Tanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG a 0,745 1,330 1,907 2,034 0,345 0,914 1,564 2,104 b 533,8 537,5 448,3 440,3 534,6 539,8 404,1 245,4 c -0,2071-0,1929-0,1749-0,2776-0,1711-0,1416-0,1226-0,2473 d -42419-43035 -35827-36194 -44908-44900 -32024-15007 e 0,0405 0,0365 0,0382 0,0673 0,0347 0,0275 0,0256 0,0469 f 27,27 26,44 0,64 15,77 20,49 16,37-9,79 8,86 g 1547570 1586100 1291870 1315330 1676710 1654590 1150280 518916 h -0,0044-0,0039-0,0060-0,0084-0,0038-0,0032-0,0052-0,0075 i -1,4656-1,4547 1,0741-1,2068-1,3829-0,9584 2,1997 1,5517 j -1384-1344 50-625 -913-765 469-599 (Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements)

33 Tabel 2.10 Koefisien untuk Menghitung Faktor Erosi Dengan Ruji Tanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG a 0,072 0,643 1,410 2,089-0,184 0,440 0,952 1,650 b 679,9 684,5 498,9 351,3 602,3 609,8 544,9 359,4 c -0,0789-0,0576-0,1680-0,3343-0,0085-0,0484-0,0404-0,1765 d -58342-58371 -39423-25576 -50996-52519 -47500-28901 e 0,0179 0,0128 0,0322 0,0723-0,0122 0,0017 0,0179 0,0435 f 6,70 4,61 13,80 29,58 8,99 9,62-31,54-15,97 g 2139330 2131390 1437580 923081 1874370 1949350 1719950 1085800 h -0,0021-0,0017-0,0044-0,0086 0,0008-0,0007-0,0051-0,0084 i -0,5199-0,2056-0,0380-1,6301-0,4759-0,6314 3,3789 3,2908 j -187-185 -697-1327 -374-326 1675 758 (Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements) l. Analisa Fatik dan Erosi Perencanaan perkerasan beton semen didasarkan pada 2 tipe kerusakan yaitu: - Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat. - Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan. Prosedur perencanaan berdasarkan metode Bina Marga mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Analisa fatik dan erosi dilakukan untuk memperoleh repetisi beban ijin dan persen kerusakan yang terjadi. Repetisi beban ijin dapat diperoleh dengan menggunakan nomogram seperti pada Gambar 2.15, 2.16, dan 2.17. Selain itu, dapat juga diperoleh dengan menggunakan persamaan yang didapatkan dari Extract from Austroads Structural Design of Pavements yang merupakan acuan normatif dari metode Bina Marga, yaitu sebagai berikut:

34 Analisa Fatik S r S 0,944f 0,94 e SF =...(2.16) cf P L 4,45F1 0,9719 Sr log(n f ) = untuk S r > 0,55...(2.17) 0,0828 N f 3,268 4,258 = untuk 0,45 S r 0,55...(2.18) Sr 0,4325 untuk S r < 0,45 maka N f = tak berhingga dimana: N f S e f' cf P L SF F 1 = repetisi beban ijin untuk analisa fatik = tegangan ekivalen (MPa) = kuat tarik lentur beton (MPa) = beban sumbu (kn) = faktor keamanan beban = faktor penyesuaian untuk beban sumbu = 9 untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT) = 18 untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) = 36 untuk Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG) = 54 untuk Sumbu Tridem Roda Ganda (STrRG) Analisa Erosi S r 2 F P L 10 3 SF =...(2.19) 4,45F4 41,35 log(f [ Sr ] 0,103 2 N e ) = 14,52 6,77 9,0...(2.20) dimana: N e P = repetisi beban ijin untuk analisa erosi = beban sumbu (kn)

35 L SF F 2 = faktor keamanan beban = faktor penyesuaian untuk bahu jalan = 0,06 jika menggunakan bahu jalan = 0,94 jika tidak menggunakan bahu jalan F 3 F 4 = faktor erosi = faktor penyesuaian untuk beban sumbu = 9 untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT) = 18 untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) = 36 untuk Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG) = 54 untuk Sumbu Tridem Roda Ganda (STrRG) Berdasarkan hasil uji coba persamaan-persamaan tersebut di atas, didapatkan bahwa persamaan tersebut belum sesuai dengan nomogram yang ada. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian rumus agar hasil yang diperoleh akan lebih akurat. Penyesuaian rumus dilakukan dengan cara eksperiment dan sedikit modifikasi terhadap rumus awal, sehingga dihasilkan persamaan sebagai berikut: Untuk analisa fatik S r 0,94 Se P LSF =...(2.21) 0,986f cf F 1 0,9719 Sr log(n f ) = untuk S r > 0,55...(2.22) 0,0828 N f 3,268 4,258 = untuk 0,463205968 S r 0,55...(2.23) Sr 0,4325 untuk S r < 0,463205968 maka N f = tak terhingga

36 dimana: F 1 = faktor penyesuaian untuk beban sumbu = 4,448222 9 untuk STRT = 4,448222 18 untuk STRG = 4,45 36 untuk STdRG = 4,45 54 untuk STrRG Untuk analisa erosi S r 2 F P L 10 3 SF =...(2.24) F4 41,35 log(f [ ] 0,103 2 N e ) = 14,5 6,8 Sr 9,0...(2.25) dimana: F 4 = faktor penyesuaian untuk beban sumbu = 4,448222 9 untuk STRT = 4,448222 18 untuk STRG = 4,45 36 untuk STdRG = 4,45 54 untuk STrRG Syarat: - jika menggunakan bahu jalan maka Sr > 9,671656934 - jika tidak menggunakan bahu jalan maka Sr > 12,43591574 Jika tidak memenuhi syarat minimum tersebut, maka N e = tak terhingga. Penyesuaian rumus dilakukan dengan penambahan angka di belakang koma, agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Penyesuaian juga dilakukan terhadap syarat-syarat minimum dari nilai Sr, agar hasil repetisi yang diperoleh sesuai dengan batas maksimum yang ada di nomogram.

37 Gambar 2.15 Analisa Fatik dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan Dengan / Tanpa Bahu Beton (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

38 Gambar 2.16 Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi Tanpa Bahu Beton (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)

39 Gambar 2.17 Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi Dengan Bahu Beton (Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)