MODEL PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA RAKYAT DENGAN TEKNIK STORY TELLING WITH PICTURES PADA SISWA KELAS VI SDN CIKANCUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS V SDN TENJOLAYA I TAHUN AJARAN 2011/2012

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS X SMK SETIA BAKTI GARUT TAHUN PELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS, KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DI KELAS V SDN SUKASENANG 1 BANYURESMI GARUT MAKALAH.

PENGARUH METODE STORY TELLING

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF DENGAN MENGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I KERTASARI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 3 METODE PENELITIAN. Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

MAKALAH JURNAL PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT DENGAN TEKNIK MENYUSUN KATA ACAK SISWA KELAS III SDN TAMBUN 06 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, ada

PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

DANI KURNIA NIM

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

M A S I D A H NPM PROGRAM STUDI PBS INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

pembelajaran sejak dasar. Sehubungan dengan empat keterampilan berbahasa, sesungguhnya sangat jarang suatu jenis keterampilan berbahasa digunakan

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING PADA SISWA KELAS VI SDN WANASARI 09 KABUPATEN BEKASI.

KEEFEKTIFAN MEDIA FOTO JURNALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, subjek, populasi, dan sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan di TKIT An-Nur yang beralamat di TKIT AN-

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS XI SMK PASUNDAN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

MAKALAH. Oleh Kusyeni

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SDN WANASARI 12 KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA LAGU DAERAH SUMBAWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 1 SEKONGKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

RIA ANGGRAINI A

BAB 1 PENDAHULUAN. melainkan harus melalui proses pembelajaran dengan waktu yang lama untuk

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II LANDASAN TEORI. yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan.

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN MENDENGARKAN CERITA RAKYAT DENGAN TEKNIK STORY TELLING WITH PICTURES PADA SISWA KELAS VI SDN CIKANCUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 IYUS RUSTIA e-mail: iyusrustia83@yahoo.com Instansi : STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Skripsi ini berjudul Model Pembelajaran Mendengarkan Cerita Rakyat dengan Metode Story Telling with Pictures Pada Siswa Kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dengan menggunakan media visual berupa gambar seri yang dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu keefektifan penggunaan metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksperimen semu dengan menggunakan tes tertulis yang berupa tes awal dan tes akhir. Sebagai sumber data, penulis mengambil sampel sebanyak 20 orang siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa penelitian menunjukkan kondisi normal karena uji normalitas menunjukan bahwa nilai X 2 hitung < X 2 tabel. Dari uji signifikan diperoleh t hitung > t tabel, dengan demikian terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata tes awal dan tes akhir. Dapat disimpulkan bahwa metode Story Telling with Pictures dinilai efektif dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. Kata kunci: Mendengarkan Cerita Rakyat, Metode Story Telling with Pictures PENDAHULUAN Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia saling membutuhkan dan tergantung satu sama lain. Dalam kaitannya, manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi agar dapat menyampaikan keinginan, pedapat dan perasaannya kepada orang lain. Menurut Chaedar Alwasilah, fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan bahasa dalam kegiatan sosialisasi. Tanpa bahasa suatu masyarakat tak dapat terbayangkan. Kata komunikasi mencakup makna mengerti dan berbicara, mendengar dan membalas tindak. Dapat dipahami bahwa bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam mentransfer apa yang menjadi pikiran si pembicara untuk disampaikan kepada si pendengar. Ada pepatah mengatakan Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut dengan maksud agar kita bisa mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara. Untuk dapat mendengarkan atau menyimak dengan baik, kita membutuhkan konsentrasi yang tidak sedikit, agar maksud dan pesan yang dibacakan atau dibicarakan dapat ditangkap dengan mudah. Begitu pula dalam mendengarkan sebuah cerita, agar kita bisa memahami isi dari cerita tersebut kita harus bisa menangkap pesan-pesan dan maksud dari cerita itu sendiri, baik itu pesan yang tersirat maupun pesan yang tersurat. Namun ada kalanya siswa mendengarkan cerita yang dibacakan guru hanya seperti mendengar cerita menjelang tidur. Mendengar tanpa menangkap isi ceritanya sambil menunggu kantuk dan akhirnya membuai diri dalam mimpi. Karena itu, dibutuhkan teknik yang tepat dalam pembelajaran mendengarkan agar siswa tidak

bosan sehingga dapat tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Teknik Story Telling with Pictures adalah salah satu teknik pembelajaran mendengarkan yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengisahkan cerita melalui gambar. Hal ini dapat membantu siswa dalam menyampaikan apa yang mereka dengar dan amati melalui gambar dalam bentuk tulisan. KAJIAN TEORI DAN METODE a. Kajian Metode Belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari tahu pemecahan dari suatu masalah agar diperoleh tujuan yang diharapkan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses belajar guna mempelajari suatu bahan ajar dengan menggunakan metode dan teknik tertentu yang melibatkan sarana dan prasarana yang diperlukan agar diperoleh hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Karena melalui proses pembelajaran, peserta didik diharapkan tidak hanya tahu hasil akhir dari sebuah proses saja, tetapi diharapkan siswa juga mengenal tahapan-tahapan yang diambil dalam proses pembelajaran yang diambil sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan atau hasil akhir yang disepakati bersama. Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Berikut adalah tahapan-tahapan mendengarkan menurut Tarigan, (1990: 58) antara lain: a. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. b. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. c. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. d. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya. Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengar yang diperoleh dari dua jenis yaitu: 1. Mendengarkan Ekstensif Mendengarkan ekstensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. 2. Mendengarkan intensif. Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguhsungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Menurut Azis (2000:8) cerita adalah salah satu bentuk karya sastra yang bisa dibaca atau hanya bisa didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Pendapat lain mengemukakan bahwa cerita merupakan karya sastra berbentuk prosa yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa baik berupa cerita kenyataan maupun khayalan (Nyoman 1991: 41). Jenis-jenis cerita tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Mite Mite adalah cerita yang berhubungan dengan dewa-dewi, roh halus, dan sebagainya yang dianggap suci dan agung. Mite berkaitan erat dengan animisme dan dinamisme pada kepercayaan masyarakat lama. Contohnya Nyi Roro Kidul b. Legenda Legenda adalah cerita yang berhubungan dengan kejadian-kejadian alam atau terjadinya suatu hal dibumbui khayalan tapi dibuat seolah-olah benarbenar terjadi. Legenda biasanya dikenal di masyarakat dengan sebuatan cerita rakyat atau dongeng. Contohnya Roro Jongrang c. Fable Fable adalah cerita yang berhubungan dengan dunia binatang dan tumbuhan. Dalam ceritanya, tumbuhan dan binatang tersebut bisa berbuat dan berprilaku layaknya manusia. Isi fable biasanya bersifat didaktis karena memberi pelajaran moral dan adat istiadat yang baik bagi si pembaca. Contohnya Bona dan Rong Rong d. Sage Sage adalah cerita yang mempunyai unsur sejarah namun lebih menonjolkan khayalan daripada unsur kenyataannya. Biasanya sage berkaitan dengan sejarah yang melatarbelakangi adat istiadat suatu masyarakat. Contohnya Hang Tuah e. Parable Parable adalah cerita yang bersifat mendidik. Berisi cerita mengenai tokoh-tokoh yang pantas diteladani dan tokoh-tokoh yang tidak pantas untuk diteladani. Isi cerita tersebut didimaksudkan sebagai bahan acuan siswa dalam bersikap dan bermoral baik. Contohnya Malin Kundang

Dalam penelitian ini, penulis menentukan cerita rakyat sebagai cerita yang bisa dikategorikan dalam legenda. Hal itu disebabkan karena cerita yang dijadikan bahan penelitian dalam tes awal dan tes akhir lebih menitik beratkan pada asal usul nama suatu daerah dan kejadian yang melatarbelakangi terjadinya suatu hal. Metode Story Telling with Pictures adalah salah satu teknik pembelajaran yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita dengan bantuan gambar. Penggunaan media visual berupa gambar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami cerita yang didengarnya sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat jalan cerita, tokoh, watak, serta latar dari cerita yang didengarnya. Hal ini dapat membantu siswa dalam menceritakan kembali cerita yang didengarnya lewat bahasa tulis. Inderawati (2004:64) menjelaskan langkahlangkah yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Story Telling with Pictures adalah: 1. Guru menceritakan sebuah cerita. 2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. 3. Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk mengamati gambar seri yang telah disiapkan oleh guru. 4. Masing-masing kelompok menuliskan kembali cerita yang telah didengarnya dengan bantuan gambar seri tersebut. 5. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil tulisan tiap-tiap kelompok. 6. Setiap kelompok memeriksa hasil dari pekerjaan kelompok lain. 7. Guru menutup kegiatan pembelajaran dan memberitahukan hasil tulisan siswa. b. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode ekserimen semu dalam penelitian ini, yaitu dengan memilih sekelompok subjek untuk dikenai perlakuan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam usaha untuk memperoleh data adalah sebagai berikut: a. Memberikan tes awal yang bertujuan untuk mencari tahu kemampuan awal siswa sebelum dikenai perlakuan. b. Memberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat. c. Memberikan tes akhir yang bertujuan untuk mencari tahu kemampuan akhir siswa setelah dikenai perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, penulis menentukan kriteria penilaian berdasarkan: 1. Kesesuaian urutan cerita berdasarkan gambar seri. 2. Pengembangan kerangka karangan menjadi paragrap sederhana. 3. Penggunaan tanda baca dan huruf kapital. 4. Penggunaan kalimat yang jelas, tepat, namun sederhana. 5. Kerapian tulisan. Adapun kualifikasi nilai yang penulis tentukan adalah sebagai berikut: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap sampel sebanyak 20 orang siswa diketahui bahwa rata-rata nilai perolehan siswa pada tes awal adalah 5,5 dengan kualifikasi nilai menurut Patokan Acuan Penilaian (PAP) skala 10 yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Nasional dimasukan dalam kategori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa kelas V SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011/2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dinilai kurang. Berikut penulis sajikan data hasil perolehan nilai siswa pada tes awal dalam bentuk tabel. No Kriteria Nama Jmh Nil Penilaian Subjek Skor ai 1 2 3 4 5 1 Sania 3 2 2 1 2 10 5 2 Sintia 3 3 2 2 2 12 6 3 Komara 3 2 1 2 3 11 5,5 4 M Al-Amin 2 2 2 2 3 11 5,5 5 Anggita 2 2 1 2 2 9 4,5 6 Aris 1 2 1 2 1 7 3,5 7 Eno 2 2 1 2 2 9 4,5 8 Silvi Novia 2 2 2 1 2 9 4,5 9 Ai Utary 2 2 2 2 3 11 5,5 10 Neneng 1 2 4 1 2 10 5 11 Ahmad 3 3 2 3 3 14 7 12 Yuni Nita 3 3 3 4 3 16 8 13 Ayu 2 2 2 1 2 9 4,5 14 Solehandi 2 3 2 1 2 10 5 15 Lia 3 3 2 2 3 13 6,5 16 Taufik 4 4 2 3 3 16 8 17 Willy Fauzi 3 3 2 1 3 12 6 18 Asep 2 1 2 2 1 8 4 19 Anugrah 1 2 2 2 1 8 4 20 Fajar 3 3 3 3 3 15 7,5 Jumlah 220 11 Rata-Rata 11 5,5

Sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada tes akhir adalah 7,05 yang dimasukkan dalam kategori cukup. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas V SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011/2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengar dinilai cukup. Untuk lebih jelasnya, penulis sajikan perolehan nilai siswa pada tes akhir dalam bentuk tabel sebagai berikut: No Nama Soal Jmh Subjek 1 2 3 4 5 Skor Nilai 1 Sania 3 3 2 2 3 13 6,5 2 Sintia Eka 4 4 2 2 4 16 8 3 Komara 3 3 2 2 3 13 6,5 4 M AlAmin 3 3 2 2 3 13 6,5 5 Anggita 3 3 2 1 3 12 6 6 Aris 3 3 2 2 2 12 6 7 Eno 3 3 2 1 3 12 6 8 Silvi Novia 3 3 2 2 3 13 6,5 9 Ai Utary 3 3 2 4 3 15 7,5 10 Neneng 3 3 2 3 3 14 7 11 Ahmad 3 2 4 3 3 15 7,5 12 Yuni Nita 3 4 3 4 4 18 9 13 Ayu 4 4 2 2 3 15 7,5 14 Solehandi 3 3 2 2 3 13 6,5 15 Lia 3 4 2 2 3 14 7 16 Taufik 3 4 2 4 4 17 8,5 17 Willy 4 4 2 1 3 14 7 18 Asep 3 3 2 3 3 14 7 19 Anugrah 3 3 2 3 2 13 6,5 20 Fajar 3 4 2 4 3 16 8 Jumlah 282 141 Rata-Rata 14,1 7,05 Jika dibandingkan dengan perolehan nilai ratarata siswa pada tes awal diketahui adanya kenaikan sebesar 1,55 dan peningkatan siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaranpun naik hingga 65%. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan data hasil tes awal dan hasil tes akhir, didapat data sebagai berikut: 1. Pada hasil perhitungan tes awal diketahui bahwa nilai X 2 hitung lebih kecil dari nilai X 2 tabel, yaitu X 2 hitung (3,11) < X 2 tabel (5,99). Dengan demikian data tes awal berdistribusi normal. 2. Pada hasil perhitungan tes akhir diketahui bahwa nilai X 2 hitung lebih kecil dari nilai X 2 tabel, yaitu X 2 hitung (2,77) < X 2 tabel (5,99). Dengan demikian data tes akhir berdistribusi normal. 3. Pada hasil pengujian dengan menggunakan rumus hitungan tes awal dan tes akhir one group design dapat diketahui bahwa nilai t hitung (8,38) > t tabel (1,73) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan 19, terbukti nilai t hitung > t tabel. Oleh karena itu, perbedaan rata-rata kedua tes terbukti signifikan. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai tes awal dan hasil tes akhir dalam mencari tahu sejauh mana kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 dalam menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya. Dengan kata lain, metode Story Telling with Pictures yang diujicobakan penulis dinilai efektif dalam meningkatkan keterampilan menuliskan kembali cerita rakyat yang didengarnya. SIMPULAN Metode Story Telling with Pictures adalah salah satu metode pembelajaran yang pada pelaksanaannya dilakukan dengan mengisahkan cerita dengan bantuan gambar. Penggunaan media visual berupa gambar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami cerita yang didengarnya sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat jalan cerita, tokoh, watak, serta latar dari cerita yang didengarnya. Hal ini dapat membantu siswa dalam menceritakan kembali cerita yang didengarnya lewat bahasa tulis. Hasil perhitungan pada tes awal dan tes akhir di atas sekaligus dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian yang penulis lakukan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut: a. Metode Story Telling With Pictures yang digunakan dalam pembelajaran mendengarkan cerita rakyat dinilai efektif. b. Kemampuan mendengarkan cerita rakyat pada siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Story Telling With Pictures meningkat. c. Perbedaan antara hasil yang diperoleh siswa kelas VI SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012 sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran mendengarkan cerita rakyat menggunakan metode Story Telling With Pictures terbukti signifikan. Kelebihan dari metode Story Telling with Pictures terhadap pembelajaran mendengarkan cerita rakyat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dengan bantuan gambar seri, siswa dengan mudah dapat membuat kerangka karangan. 2. Siswa dengan mudah dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan yang padu. 3. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah. 4. Siswa akan berfikir lebih kreatif dalam mengidentifikasi gambar dan menuangkannya dalam kerangka karangan. 5. Kemampuan siswa akan lebih tergali.

DAFTAR PUSTAKA Daud, Usman. 2003. Posisi Pelajaran Menulis di Sekolah-Sekolah. Tersedia: http://www.kompas.com/kompascetak/02/08/26/dikbud/trad09.htm,diakses 24 November 2008 Dossuwanda. 2008. Proses Belajar Mengajar. Tersedia: http://www.ktsp.diknas.go.id/download/kt sp_sma/14.ppt. (18 Maret 2008) Indrawati, Sri. dkk. 2004. Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Palembang: Universitas Sriwijaya Suhendar, M.E. et.al,. 1992. MKDU Bahasa Indonesia. Bandung: Pionir Jaya Tarigan, djago et.al,. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: angkasa