BAB I PENDAHULUAN. kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia bisa menggapai cita-citanya. Untuk menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. atmadja (Agustiani, 2005:1) yang menyatakan bahwa Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses interaktif yang terjadi dalam suatu kegiatan pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat mengisi kekurangan-kekurangan dalam proses tersebut. Guru sebagai individu yang berperan penting dalam kegiatan tersebut dan merupakan tokoh sentral dalam proses kegiatan belajar mengajar, berkewajiban penuh mengarahkan siswanya mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pendidikan adalah hidup dan hidup adalah pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai lingkungan yang berpengaruh positif bagi perkembangan individu, yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan (schooling) saja, bahkan pendidikan berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu Mortimer J. Adler (1982:10) menyatakan bahwa education is lifelong process of which schooling is only a small but necessary part.

2 Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai perubahan sikap itu bersifat konstan dan membekas. Kalau belajar dikatakan adalah kegiatan siswa, maka mengajar dikatakan kegiatan guru, jadi pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungan yang didalammya terdapat unsur pemberi informasi/pengetahuan yaitu guru dan penerima informasi yaitu siswa. Dalam diri manusia adanya sifat keingintahuan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dilingkungannya. Keinginan tersebut yang mendorong dirinya berusaha mencapai dan mendapatkan pengalaman baru. Dalam proses usaha mencari dan mendapatkan pengalaman baru, sebenarnya manusia telah melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya pengalaman baru yang diperoleh dari hasil usaha tersebut, maka dalam diri manusia ada pengalaman yang bertambah dan berkembang. Sehingga dari proses tersebut, adanya perubahan tingkah laku dalam diri manusia. Perubahan itu terwujud dengan adanya pemahaman, kemampuan, dan kebiasaan dan

3 ketrampilan yang bertambah. Oleh karena itu belajar dapat diartikan sebagai proses yang berlangsung seumur hidup. Hal yang paling mendasar dari konsep belajar adalah perubahan change. Perubahan tersebut relatif permanen pada diri individu. Sejalan dengan pendapat tersebut bahwa belajar merupakan proses dimana terjadi perubahan melalui pengalaman, sebagai suatu proses penemun yang secara relatif terjadi perubahan permanen dalam memperoleh pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan dan keterampilan. Untuk mengukur hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan melalui tes hasil belajar atau sering disebut dengan achievement test Hasil belajar adalah suatu kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar ini diperoleh ketika siswa tersebut telah mengikuti kegiatan belajar. Menurut Crow and Crow (1958 h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri,Sapriya:2008:9). Mata pelajaran IPS disekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memilki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

4 mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan IPS adalah : a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Pada proses pembelajaran IPS SD mengisyaratkan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagi kompetensi dan kebenaran ilmiah. Berdasarkan indikator tersebut, harus tercipta suatu kondisi pembelajaran yang bermakna baik di tinjau dari pengembangan isi, bahan dan proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan bagaimana pula pendekatan dan strategi/teknik mengajar serta model yang di pakai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

5 Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu membangkitkan dan meningkatkan motivasi dan minat siswa melalui metode yang tepat dan efektif sesuai dengan kebutuhan. Proses belajar mengajar di SDN 01 Cililin masih tergolong monoton, dimana siswa tidak terlalu terlibat dalam kegiatan belajar mengajar yang di lakukan. Selain faktor tersebut tidak adanya strategi pembelajaran yang di lakukan oleh guru menjadi salah satu penyebab tidak berjalannya proses belajar mengajar yang efektif. karena faktor tersebut, maka hasil belajar siswa pun tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan, itu terlihat dari nilai yang di peroleh siswa yang masih < 65. Karena itulah peneliti akan melaksanakan penelitian terhadap siswa kelas III SDN 01 Cililin dengan menggunakan strategi pembelajaran model Inkuiri Terbimbing. Diharapakan dengan menggunakan strategi pembelajaran tersebut proses belajar mengajar menjadi lebih aktif, kreatif serta mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS. Dengan demikian, seorang guru perlu menerapkan sebuah model yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilanketerampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model inkuiri terbimbing (guided inquiry).

6 Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbimbing merupakan posisi guru membimbing siswa dengan melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dalam model pembelajaran ikuiry terbimbing siswa tidak hanya mencari dan menemukan pengetahuan sebagai solusi untuk memecahkan masalah tetpi siswa juga dapat memahami pembelajaran sehingga tercipta kegiatan yangt variatif sehingga dapat memotivasi siswa. Pada saat ini masih berorientasi pada guru (Teacher Centered) dan proses pembelajaran yang di lakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya dan demikian suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, sementara ini siswa kelas III SDN 01 Cililin Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran IPS : 1. Siswa kurang termotivasi sehingga perhatian pada situasi pembelajaran kurang maksimal 2. Kurangnya alat peraga atau media saat pembelajaran berlangsung. 3. Pastisipasi siswa pada kegiatan pembelajaran kurang aktif. 4. Masih mendominasi metode ceramah pada saat pembelajaran.

7 Dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS dengan materi Sejarah Uang di kelas III SDN 01 Cililin tidak optimal. Guru secara monoton menjelaskan tanpa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Kegiatan interaksi antara siswa maupun terhadap guru sangat kurang. Berdasarkan pernyataan dan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengaplikasikan penerapan model inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS yang membawa siswa dalam suasana yang lebih menarik dengan judul : Penerapan Model Inquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan Bekerjasama Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS SD (Kelas III Semester 2 SDN 01 Cililin). B. Identifikasi Masalah Sebagaimana telah di kemukakan dalam latar belakang masalah, berbagai masalah yang dipilih sebagai objek perhatian untuk di kaji secara ilmiah. Dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar mengajar menjadi sangat monoton dan tidak menarik 2. Pola pengajaran masih berpusat pada guru dari pada berpusat pada siswa, pembelajarannya lebih bersifat teacher-centerd guru hanya menyampaikan pembelajaran ips sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. 3. Tidak adanya alat peraga pembelajaran yang di gunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

8 C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan masalah penelitian. Secara umum, yang terjadi inti permasalahan dalam penelitian ini: Apakah Melalui Model Inquiry (inkuiri) Terbimbing Dapat Meningkatkan Kemampuan Bekerjasama, Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di kelas III SDN 01 Cililin Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Adapun secara lebih khusus pertanyaan penelitian dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana RPP di susun pada pembelajaran IPS kelas III dengan materi Sejarah Uang dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing? 2. Bagaimana penerapan model Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran IPS dengan materi Sejarah Uang? 3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan bekerja sama dan hasil belajar siswa dengan model pembelajarn Inkuiri Terbimbing? 4. Bagaimana hasil pembelajaran yang di capai siswa pada pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

9 D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan difokuskan pada model Inkuiri Terbimbing pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama dan hasil belajar siswa. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 2. Dalam proses pembelajaran guru masih monoton dan tidak menggunakan alat peraga. 3. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan hasil belajar siswa. E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama, kreatif dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS SD dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing. 2. Menerapkan model Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran IPS dengan materi Sejarah Uang. 3. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan hasil belajar siswa di dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran IPS dengan materi Sejarah Uang.

10 4. Mengetahui hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan belajar siswa di dalam kelas pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan materi sejarah uang, adapun manfaatnya sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Dapat meningkatkan berpikir secara sistematis dan menambah ilmu pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa. 2. Bagi Guru Dapat dipergunakan sebagai masukan bagi guru agar dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya memilih dan menggunakan model dan metode pengajaran yang sesuai. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara menerapkan model Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran IPS. 4. Bagi Sekolah Memberi infomasi tentang strategi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing yang dapat di terapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

11 5. Bagi Lembaga Dapat menjadi referensi untuk mahasiswa/i lain dan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.