PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Perdy Karuru

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK TOPIK TRIGONOMETRI

Prosiding Semnasdik 2016 Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Madura

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN PKN INDIKATOR FUNGSI LEMBAGA LEGISLATIF, EKSEKUTIF, DAN YUDIKATIF MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS IV

PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI DI KELAS XI SMK N 1 NGAWI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI INTERAKSI ANTAR FAKTOR-FAKTOR FISIK DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOTOR LISTRIK

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL

ISSN: X 1 PENGEMBANGAN MODUL TRIGONOMETRI BERCIRIKAN OPEN-ENDED PROBLEM

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Oleh : Ari Pramono Guru SMA Negeri 1 Jogorogo, Ngawi ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MACRO MEDIA FLASH PROFESSIONAL 8

MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I ABSTRAK

Ellan 1, Hobri 2, Nurcholif 3

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

E-journal Prodi Edisi 1

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kontribusi kualitas modul, kinerja tutor dan motivasi belajar mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

PENGEMBANGAN MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI KELAS V SD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas

Sitti Rosida 1 Syarif Ibnu Rusydi, S.S 2

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

PENGEMBANGAN WORKBOOK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA BERPIKIR SECARA KRITIS DALAM MENGHADAPI MEA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN BERBASIS ATONG PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR PKn 1

PENERAPAN MODEL TUTORIAL PAT UT-II DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PROGRAM S1 PGSD UPBJJ-UT MAKASSAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Kata Kunci: Pengembangan Perangkat, Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY BERBASIS QAIT PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I MATERI GRUPOIDA

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS DISCOVERY INQUIRY PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH MATERI GEOMETRI NON EUCLIDES UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

Ita Ratiyani 22, Wachju Subchan 23, Slamet Hariyadi 24

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika

EFEKTIVITAS PENDEKATAN THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PELITA HARAPAN RANTEPAO

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKTIF BERBASIS MODEL PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI BANGUN RUANG DI SMP SE PROVINSI GORONTALO

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN IPS SD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAGI MAHASISWA S1 PGSD UNIROW TUBAN

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING BERBASIS NEEDS ASSESMENT PADA MATERI RUANG-n EUCLIDES

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kartu Arisan Pada Materi Barisan dan Deret Aritmetika

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

PENGEMBANGAN MODUL TEKNIK LISTRIK PADA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM II UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHA PESERTA DIDIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH PERAWATAN BADAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) POKOK BAHASAN KUBUS dan BALOK

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SISTEM SARAF BERBASIS SISTEM OPERASI ANDROID UNTUK SISWA KELAS XI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN MATERI EKPONEN KELAS X

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN NILAI TEMPAT (RATUSAN, PULUHAN, DAN SATUAN) DENGAN COOPERATIVE LEARNING

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN

Key Words: Developmental Research, Characteristics of deaf students, 4-D model.

PENERAPAN MODEL COMPLETE SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS III SD

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Belajar

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Bahan Teknik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jig Saw. Oleh : Tiwan, MT.

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi Setiap warga negara berhak

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 1 ISSN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1984 (Katalog

Transkripsi:

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Perdy Karuru This article discusses the results of a study concerning the development of tutorial devices for natural sciences. Two kind of tutorial devices were developed to help the Diploma II Elementary Teacher Training students improve their independence level in studying science materials. The development of these devices were based on the Four-D model: defining, designing, developing, and distributing. The study, however, did not include the distributing level. At the defining level the study objectives were formulated. At the designing level choices were made on criterion tests, the media and the format used, as will as the initial design of tutorial devices. At the developing level modifications of the prototypes of the tutorial devices were made. The cooperative learning model was used in implementing the tutorial devices. Kata Kunci: Tutorial devices, Four-D Model, natural sciences Program Penyetaraan D-II Sekolah Dasar menggunakan sistem belajar jarak jauh (SBJJ) dengan mengutamakan belajar mandiri. Belajar mandiri berarti mahasiswa belajar secara mandiri, baik secara individu maupun secara kelompok, dengan menggunakan modul dan didukung kegiatan tutorial. Tutorial merupakan bantuan akademis yang diberikan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa belajar mandiri. Agar dapat membantu mahasiswa belajar mandiri, tutorial harus diarahkan pada keaktifan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam memahami materi yang disajikan dalam modul. Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pada umumnya tutor IPA di Propinsi Sulawesi Selatan menggunakan Tutorial Klasikal Tatap Muka Perdy Karuru adalah tenaga pengajar pada FKIP-UT di UPBJJ Makassar 34

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... (TKTM) dalam memberikan tutorial. Dalam TKTM tutor secara dominan menyajikan materi dalam modul sedangkan mahasiswa kurang aktif mengkaji sendiri materi modul (Achmad, 1994). Salah satu faktor yang menyebabkan tutor memberikan tutorial secara konvensional adalah mahasiswa rata-rata kurang membaca modul sehingga tidak ada permasalahan diajukan oleh mahasiswa pada setiap kegiatan tutorial. Selain itu, tutor juga tidak menyiapkan pertanyaan sebagai bahan diskusi apabila tidak ada permasalahan muncul dari mahasiswa. Padahal, bila dalam setiap kegiatan tutorial ada permasalahan yang diajukan mahasiswa atau ada pertanyaan dari tutor, tutor dapat dengan mudah mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi modul. Bahkan tutor dapat dengan mudah membimbing dan mengarahkan mahasiswa berdiskusi dalam memecahkan setiap permasalahan sehingga proses tutorial dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Pada umumnya tutor D-II PGSD di UPBJJ Makassar yang ditunjuk adalah penilik (jenjang pendidikan D-II dan D-III), guru SMU (D-III dan S1), dan para dosen UPBJJ UT di Makassar. Meskipun demikian, para tutor tersebut umumnya memberikan tutorial untuk mata kuliah yang tidak sesuai dengan spesialisasinya, bahkan ada yang belum pernah mengikuti penataran tutorial. Akibatnya, tutor kurang dapat mengelola tutorial secara efektif. Seharusnya, sesuai dengan teori konstruktivis, mahasiswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri sedangkan tutor hanya bertindak sebagai fasilitator. Salah satu bentuk tutorial yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas tujuan dan penghargaan kooperatif. Mahasiswa bekerja sama dalam situasi pembelajaran kooperatif yang meliputi dan atau membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya (Arends, 1997). Penerapan pembelajaran kooperatif ini tepat digunakan pada tutorial mata kuliah IPA. Dalam pembelajaran kooperatif, mahasiswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep IPA yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah dengan temannya. Beberapa ahli mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu mahasiswa memahami konsep IPA yang sulit dalam modul tetapi juga membantu mahasiswa dalam menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial mahasiswa. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dalam tutorial IPA, mahasiswa akan memiliki tambahan pengetahuan tentang teknik mengajar di SD dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme karena mereka 35

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 telah diperkenalkan dengan pembelajaran ini selama menjadi mahasiswa. Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, mahasiswa dilatih keterampilan koopertif yang diperlukan, seperti berani mengajukan permasalahan, dan menanggapi pertanyaan. Agar tujuan pembelajaran dalam modul mencapai sasaran dengan baik, selain digunakan model pembelajaran yang sesuai, diperlukan adanya perangkat tutorial IPA yang sesuai, seperti Satuan Acara Tutorial (SAT), dan Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM). Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (1995), yang menyatakan bahwa agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, mahasiswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian mengenai "Pengembangan Perangkat Tutorial Berorientasi Pembelajaran Kooperatif untuk Mahasiswa D-II PGSD". Dalam penelitian ini perangkat yang dikembangkan adalah perangkat yang disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan materi modul Pendidikan IPA. Perangkat ini berisikan masalah/ pertanyaan yang akan didiskusikan mahasiswa selama kegiatan tutorial. Selain itu, perangkat tutorial ini dapat memudahkan para tutor mengelola kegiatan tutorial, seperti memunculkan masalah, serta mengarahkan mahasiswa memecahkan masalah melalui diskusi. Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada model 4D (Four-D Model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel & Semmel (1974), yang membagi kegiatan dalam 4 tahapan yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran. Dalam artikel itu hanya akan dibahas tentang tiga tahap pengembangan perangkat tutorial, yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan dan tahap pengembangan. Tahap Pendefinisian Pada tahap ini dilakukan analisis tujuan pembelajaran khusus suatu kuliah yang disesuaikan dengan materi bahan ajar dan kondisi tutorial. Tahap Perancangan Setelah tujuan pembelajaran khusus dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merancang materi tutorial. Dalam tahap ini, terdapat empat kegiatan desain, yaitu penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media, serta pemilihan format dan desain awal perangkat tutorial. Desain awal perangkat tutorial yang dibuat adalah Satuan Acara Tutorial (SAT) dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). SAT yang dikembangkan sebanyak 4 SAT, seperti pada Tabel 1. 36

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... Tabel 1.Daftar Satuan Acara Tutorial dan Lembar Kerja Mahasiswa untuk Menilai Aktivitas Pembelajaran No. J e n i s Kegunaan 1. SAT 01 Keterampilan dan proses IPA 2. SAT 02 Keterampilan proses IPA terintegrasi 3. LKM 01 Acuan mengobservasi 4. LKM 02 Keterampilan mengklasifikasikan 5. LKM 03 Acuan mengobservasi 6. LKM 04 Keterampilan mengkomunikasikan 7. LKM 05 Keterampilan menginferensi 8. LKM 06 Keterampilan memprediksi 9. LKM 07 Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu 10. LKM 08 Keterampilan mengenal hubungan angka 11. LKM 09 Keterampilan proses terpadu 12. LKM 10 Penerapan teori Piaget, model Bruner, serta teori belajar Gagne dan teori Ausubel dalam pembelajaran IPA 13. LKM 11 Pendekatan dan metode pembelajaran IPA LKM merupakan lembar panduan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. LKM yang dikembangkan dalam penelitian ini sebanyak 11 LKM. LKM yang dikembangkan disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan dalam modul pendidikan IPA di SD. Tahap Pengembangan Pada tahap ini peneliti memodifikasi prototipe perangkat tutorial yang dihasilkan dari tahap perencanaan, sebelum menjadi perangkat yang siap digunakan. Agar perangkat yang dikembangkan valid, maka dilakukan validasi, revisi dan uji coba perangkat tutorial. Perangkat tutorial yang sudah dikembangkan diberikan kepada para dosen IPA dan UPBJJ Makassar untuk memberikan penilaian dan memberikan pendapat terhadap perangkat yang akan digunakan, kemudian diperbaiki sesuai dengan masukan dari para validator. Setelah validasi dilakukan, kemudian perangkat tersebut diimplementasikan dalam kegiatan tutorial. Validasi dilakukan untuk menganalisis dan merevisi perangkat tutorial sehingga dapat disempurnakan serta dapat diketahui reliabilitas instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini. Instrumen selanjutnya digunakan dalam penelitian ini, yang leih tepat disebut sebagai kegiatan uji coba dengan menggunakan perangkat tutorial yang berupa SAT dan LKM. 37

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 Skenario pelaksanaan uji coba adalah uji awal (pretest), kegiatan tutorial, dan uji akhir (post-test). Setelah uji akhir, mahasiswa diminta mengisi angket respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Penelitian atau uji coba dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berkut. 1. Bagaimana kemampuan tutor mengelola tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif? 2. Bagaimana aktivitas tutor dan mahasiswa dalam kegiatan tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif? 3. Bagaimana tingkat kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul selama mengikuti tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif? 4. Bagaimana hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif? 5. Bagaimana respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif? Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa program D-II PGSD di Kabupaten Tana Toraja masa registrasi 2002.1 yang terdiri dari 2 kelompok belajar (pokjar), yaitu pokjar Rantetayo dan pokjar Tondon Nanggala. Dari kedua pokjar tersebut, kemudian dipilih salah satu pokjar sampel penelitian, yaitu pokjar Rantetayo dengan jumlah mahasiswa sebanyak 30 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas tutor dan mahasiswa, kemampuan tutor mengelola tutorial, tingkat kemandirian belajar mahasiswa selama tutorial, hasil belajar dan respons mahasiswa terhadap tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Untuk mengumpulkan data penelitian, digunakan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan kemampuan tutor mengelola tutorial, lembar pengamatan aktivitas tutor dan mahasiswa selama tutorial, lembar pengamatan kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul, tes hasil belajar, dan angket respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Tutorial yang Berorientasi Pembelajaran Kooperatif Hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat terhadap tutor dalam mengelola tutorial menunjukkan bahwa tutor mampu mengelola tutorial dengan baik. Tutor mampu melaksanakan masing-masing fase 38

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... pembelajaran serta mampu mengoperasikan perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan, sehingga membuat mahasiswa antusias dalam mengikuti tutorial. Secara rinci data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Kriteria penilaian pengelolaan tutorial adalah 0,00 1,49 tidak baik; 1,50 2,49 kurang baik; 2,50 3,49 cukup baik; 3,50 4,49 baik, dan 4,50 5,00 sangat baik. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan rata-rata skor pada Fase 1 sebesar 4,63. Dengan demikian, pada Fase 1 tutor sangat baik dalam menyajikan rencana dan tujuan pembelajaran (yang meliputi menyampaikan tujuan pembelajaran, menyediakan sumber yang perlu dipelajari, dan mengajukan target suatu kegiatan). Pada Fase 2 diperoleh rata-rata skor sebesar 4,69. Skor ini menunjukkan bahwa tutor sangat baik dalam menyajikan informasi (yang meliputi menyampaikan masalah dalam LKM, serta mampu melatihkan keterampilan kooperatif yang digunakan selama tutorial). Pada Fase 3 diperoleh rata-rata skor 4,75, yang menunjukkan bahwa tutor sangat baik dalam mengorganisasikan mahasiswa (yakni mengatur mahasiswa ke dalam kelompok belajar). Pada Fase 4 diperoleh rata-rata skor 4,06. Hal ini menunjukkan bahwa tutor mampu membantu kerja kelompok dalam belajar dengan baik, yang meliputi pengarahan mahasiswa membaca modul untuk memecahkan masalah, serta sangat baik dalam melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) ke arah pemecahan masalah secara bertahap. Pada Fase 5 diperoleh rata-rata 4,50, yang menunjukkan bahwa tutor mampu mengetes materi (yaitu tutor mengetes materi pembelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka). Sedangkan pada Fase 6 diperoleh rata-rata skor 4.33. Hal ini menunjukkan bahwa tutor mampu memberikan umpan balik dengan baik (seperti mengajukan pertanyaan, memberikan balikan terhadap tugas yang pernah diberikan sebelumnya, dan memberikan pengakuan/penghargaan). Untuk pengelolaan waktu, tutor telah mampu mengelola waktu dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam skenario SAT. Sedangkan suasana tutorial menunjukkan bahwa selama tutorial, mahasiswa tampak antusias dan tutorial cenderung berpusat pada mahasiswa. Hal ini terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh untuk antusiasme mahasiswa sebesar 4,00, sedangkan tutorial yang cenderung terpusat pada mahasiswa memperoleh skor rata-rata 3,75. 39

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 Tabel 2. Penilaian Pengelolaan Tutorial 40 Aspek yang Diamati SAT 1 Skor Tiap SAT SAT 2 SAT 3 SAT 4 Skor Ratarata Rata-rata tiap Fase Fase 1. Menyajikan rencana dan tujuan pembelajaran 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0-2. Menyiapkan sumber yang perlu dipelajari 5,0 5,0 4,0 4,0 4,50 4,63 3. Mengajukan target suatu kegiatan 4,5 5,0 4,0 4,0 4,38 Fase 2. Menyajikan informasi 1. Menyampaikan masalah dalam LKM 5,0 4,5 4,0 5,0 4,6 4,69 2. Menyiapkan informasi tentang keterampilanketerampilan kooperatif yang digunakan 5,0 4,0 5,0 5,0 4,75 - Fase 3. Mengorganisasikan mahasiswa 1. Mengatur mahasiswa ke dalam kelompok belajar 5,0 4,0 5,0 5,0 4,75 4,75 Fase 4. Membantu kerja kelompok 1. Mengarahkan mahasiswa membaca modul untuk memecahkan masalah dalam LKM 2. Mengawasi setiap kelompok diskusi secara bergiliran 3. Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan memecahkan masalah 4. Melakukan trigering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) kearah pemecahan masalah secara bertahap 4,0 5,0 4,0 5,0 4,50-4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,06 4,0 4,0 4,0 4,0 3,75-4,0 4,0 4,0 4,0 4,00 - Fase 5. Mengetes materi 1. Membimbing mahasiswa mempresentasikan 4,0 5,0 4,0 4,0 4,25 - hasil diskusinya 2. Membimbing mahasiswa membuat rangkuman 5,0 5,0 5,0 4,0 4,75 4,50 Fase 6. Memberikan umpan balik 1. Mengajukan pertanyaan 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0-2. Memberikan balikan terhadap tugas yang pernah 4,0 5,0 4,0 5,0 4,50 4,33 diberikan sebelumnya. 3. Memberikan pengakuan/penghargaan 4,0 5,0 5,0 4,0 4,50 - Pengelolaan waktu 3,5 4,0 4,0 4,0 3,88 3,88 Suasana tutorial 1. Tutorial berpusat pada mahasiswa 3,0 4,0 4,0 4,0 3,75 3,75 2. Mahasiswa antusias 4,0 4,0 4,0 4,0 4,00 4,0 3. Tutor antusias 5,0 3,0 4,0 4,0 4,00 4,0 Aktivitas Tutor dan Mahasiswa Selama Tutorial Hasil pengamatan terhadap aktivitas tutor dan mahasiswa selama proses tutorial secara rinci disajikan dalam Tabel 3 berikut. Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat bahwa sebagian besar waktu yang digunakan tutor adalah untuk mengajukan target suatu kegiatan (8,3%); membimbing (mengarahkan dan memberi petunjuk) mahasiswa memecahkan masalah (24%); melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) sebesar 18,55%; membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi (11,8%); dan memberikan umpan balik (1%).

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... Tabel 3. Persentase Aktivitas Tutor dan Mahasiswa Selama Tutorial Aktivitas yang Diamati Tutor 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyediakan sumber yang perlu dipelajari 2. Mengajukan target suatu kegiatan 3. Melatihkan keterampilan kooperatif 4. Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok belajar 5. Membimbing mahasiswa memecahkan masalah 6. Melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat). 7. Membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi 8. Membimbing mahasiswa membuat rangkuman 9. Memberikan umpan balik 10. Memberikan penghargaan Mahasiswa 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan tutor. 2. Membaca modul dan berbagai ide dan pengalaman. 3. Membentuk kelompok belajar. 4. Mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap. 5. Berlatih melakukan keterampilan kooperatif. 6. Mempresentasikan hasil diskusi. 7. Menyampaikan ide/pendapat terhadap mahasiswa atau kelompok lain. 8. Membuat rangkuman. 9. Mengerjakan tugas/latihan. Rata-rata (%) 7,7 8,3 3,5 3,3 24 18,5 11,8 7,7 11 4,2 9,5 15,3 5,7 29,9 4,3 9,8 10,3 8,1 7,1 Sedangkan waktu yang digunakan mahasiswa adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan tutor (9,5%); membaca modul dan berbagi ide dan pengalaman (15,3%); mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap (29,9%); mempresentasikan hasil diskusi (8,8%); dan menyampaikan ide/pendapat terhadap mahasiswa atau kelompok lain (10,3%). Hal ini sesuai dengan skenario kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif yang mengarah pada kerjasama melalui diskusi dan saling membantu satu sama lain, sehingga memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari. Secara keseluruhan aktivitas tutor dan mahasiswa dalam tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa tutorial berpusat pada mahasiswa dimana mahasiswa terlibat secara aktif dalam tutorial. Kemandirian Mahasiswa Mempelajari Modul Selama Tutorial Hasil penilaian pengamat terhadap tingkat kemandirian mahasiswa mempelajari modul selama tutorial menunjukkan bahwa rata-rata skor tiap aspek pengamatan kemandirian mahasiswa membaca modul berkisar antara cukup baik dan baik. Kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul 41

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 dismpulkan dari kegiatan seperti membagi ide dan pengalaman dalam mempelajari modul, menemukan strategi pemecahan masalah secara bertahap, keterlibatan mahasiswa dalam tutorial, dan mengajukan pertanyaan. Hasil perhitungan rata-rata skor kemandirian mahasiswa menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa baik, yaitu dengan skor 3,85 (SAT 1); 3,80 (SAT 2); 3,73 (SAT 3); dan 3,77 (SAT 4). Secara umum kemandirian mahasiswa membaca modul selama tutorial adalah baik dengan rata-rata skor 3,79. Hal ini sesuai dengan prinsip teori konstruktivis yang menghendaki mahasiswa terlibat langsung dalam suatu pembelajaran atau tutorial. Hasil Belajar Mahasiswa Dengan menggunakan acuan ketuntasan Depdikbud (p > 0,65) maka hasil belajar mahasiswa yang dikumpulkan melalui pelaksanaan tes tertulis, yaitu uji awal (U1) dan uji akhir (U2), menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan semuanya telah dicapai mahasiswa dengan tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari uji awal dan uji akhir adalah baik. Selain itu hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan peringkatan proporsi jawaban benar mahasiswa (dari 0,36 menjadi 0,82). Kenaikan ini menunjukkan bahwa kegiatan tutorial yang berpedoman pada perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proporsi jawaban benar mahasiswa. Hasil analisis data tes hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa skor yang diperoleh setiap mahasiswa pada uji akhir berkisar antara 0,57 sampai 0,96. Dengan menggunakan acuan ketuntasan Depdikbud terdapat empat orang mahasiswa yang tidak tuntas belajar dari 30 orang mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Secara klasikal ketuntasan mahasiswa telah tercapai karena persentase mahasiswa yang tuntas belajar melebihi 85%, yaitu 86,6%. Respons Mahasiswa Analisis respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa rata-rata 94,5% mahasiswa menyatakan sangat senang dan senang terhadap komponen tutorial yang meliputi materi tutorial, LKM, suasana tutorial dan cara tutor dalam mengelola tutorial. Beberapa hal yang membuat mahasiswa senang adalah materi tutorial (90%), tersedianya LKM (50%), suasana tutorial (73,3%), dan cara tutor mengelola tutorial (80%). Selain itu juga diperoleh respons mahasiswa bahwa rata-rata mahasiswa (46,7%) 42

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... berpendapat keterbacaan LKM sangat mudah dipahami, dan komponenkomponen dalam tutorial yang dilakukan (94,96%) merupakan hal yang baru. Respons mahasiswa terhadap tutorial menunjukkan bahwa (73,3%) menyatakan sangat berminat dan (23,3%) menyatakan berminat untuk mengikuti tutorial berikutnya. Mahasiswa berpendapat bahwa modul, dan LKM sangat mudah dimengerti (46,7%), mudah dimengerti (23,3%) dan cukup mudah dimengerti (30%). Secara umum mahasiswa menyatakan senang terhadap komponen tutorial, dan mengenai baru tidaknya komponen tutorial umumnya mahasiswa memberikan respons bahwa komponen tutorial tersebut baru (LKM, dan Model Tutorial). Hal ini menunjukkan bahwa perangkat tutorial yang dikembangkan dapat diterima oleh mahasiswa dan layak digunakan sebagai salah satu perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD pada program D-II PGSD. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian eksplorasi perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif untuk sementara dapat disimpulkan bahwa prototipe perangkat tutorial yang dihasilkan adalah perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD untuk program D-II PGSD yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Perangkat tutorial yang dikembangkan meliputi Satuan Acara Tutorial (SAT), dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), yang dalam proses pengembangannya digunakan model 4D. Kemampuan tutor yang terlibat penelitian ini dalam mengelola tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif dapat dikategorikan baik. Tutor terampil menyampaikan masalah dalam LKM, mengarahkan mahasiswa membaca modul untuk memecahkan masalah, melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) ke arah pemecahan masalah, dan terampil membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi, serta terampil membimbing mahasiswa membuat rangkuman. Observasi tutor dan mahasiswa selama tutorial menunjukkan bahwa aktivitas tutor yang dominan adalah membimbing mahasiswa memecahkan masalah, dan membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi. Sedangkan aktivitas mahasiswa yang dominan adalah membaca modul dan berbagi ide dan pengalaman, serta mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif berpusat pada mahasiswa dan tutor berperan sebagai fasilitator. 43

Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 5, No.1, Maret 2004, 34-46 Tingkat kemandirian mahasiswa membaca modul dalam tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif adalah baik. Mahasiswa mampu mempelajari modul, memilih strategi pemecahan masalah secara bertahap, terlibat aktif selama tutorial, dapat memecahkan masalah, serta mampu berargumentasi dengan temannya. Berdasarkan hasil analisis data tes hasil belajar, terdapat peningkatan proporsi jawaban benar mahasiswa. Secara klasikal tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan semuanya dapat dicapai secara tuntas. Dari 30 mahasiswa yang mengikuti kegiatan tutorial ternyata hanya 4 orang yang tidak tuntas. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum mahasiswa telah memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam modul Pendidikan IPA di SD yaitu modul 1 sampai dengan modul 6. Respons mahasiswa terhadap perangkat tutorial dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa perangkat tutorial dan kegiatan tutorial yang dikembangkan peneliti merupakan hal yang baru bagi mahasiswa dan mahasiswa merasa sangat senang untuk mengikuti kegiatan tutorial berikutnya. Berdasarkan hasil eksplorasi pengembangan perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD yang berorientasi pembelajaran kooperatif, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: Kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif, secara teoritis dan empirik mungkin sesuai untuk digunakan dalam tutorial IPA, sehingga sangat disarankan agar pada setiap tutorial IPA tutor dapat mencoba pola tutorial yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif untuk program D-II PGSD. Oleh karena perangkat tutorial yang dikembangkan dalam eksplorasi ini dapat dijadikan pedoman kegiatan tutorial sehingga dengan mengikuti tutorial mahasiswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dan kemandirian belajarnya maka disarankan agar setiap tutor membuat perangkat tutorial sebelum melaksanakan kegiatan tutorial. Tutor perlu mengembangkan wawasannya tentang pengetahuan teoriteori belajar khususnya teori belajar yang berhubungan dengan kegiatan tutorial agar tutor dapat mengambil tindakan-tindakan yang didasarkan pada landasan teoritik dan empirik untuk memperbaiki kualitas tutorial. Oleh karena perangkat yang dikembangkan dalam eksplorasi ini sangat efektif (meskipun baru diterapkan pada satu kasus), peneliti menyarankan agar penelitian ini diulangi dan dilanjutkan pada program D-II PGSD dan dilengkapi dengan tahap akhir model 4D, yaitu tahap penyebaran. 44

Karuru, Pengembangan Perangkat Tutorial... REFERENSI Achmad, M. (1994). Model tutorial dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II guru SD. Tutor Inti Ilmu Keguruan Program Penyetaraan D-II Guru SD. Jakarta: Universitas Terbuka Arends, R. (1997). Classroom instruction and management. New York: McGraw-Hill Companies. Slavin, R.E. (1995). Cooperative learning: Theory research and practice. Second Edition, Boston: Allyn and Bacon. Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. (1974). Instructional development for training teacher of exceptional children. Minneapolis, Indiana University. 45