Prakiraan Kebutuhan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)

ESTIMASI CAKUPAN JARINGAN WIMAX DAN ANALISIS PERFORMANSINYA UNTUK DAERAH MAKASSAR, MAROS, SUNGGUMINASA, DAN TAKALAR

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB III JARINGAN BWA WIMAX

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN) Dengan Menggunakan Worldwide Interoperability For Microwave Access (WIMAX)

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

Penerapan Jaringan WiMAX di Malang

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN. 2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat Analisis

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

PT. PATRA TELEKOMUNIKASI INDONESIA

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang

PROPOSAL PENAWARAN INTERNET SERVICE PROVIDER Dedicated Access Unlimited Usage

BAB I PENDAHULUAN. mungkin untuk menciptakan segala sarana yang dapat digunakan untuk. Telekomunikasi di dalam era globalisasi sekarang ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TEORI PENDUKUNG

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Komunikasi dan Jaringan

ANALISIS IMPLEMENTASI WiMAX DALAM PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

KOMUNIKASI DATA ST014 Komunikasi data nirkabel dan topologi jaringan

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi dan Jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jawaban Tugas Akhir Matrikulasi Semester Ganjil 2009/2010

Media Transmisi. Klasifikasi Media Transmisi. Dibagi 2 jenis Guided - wire Unguided wireless

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

JARINGAN WIRELESS. Jurusan T-informatika STT-Harapan Medan T.A 2016/2017 Oleh : Tengku Mohd Diansyah, ST, M.Kom 30/05/2017 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY TEKNOLOGI YANG ANDAL UNTUK MENGATASI RENDAHNYA PENETRASI PENGGUNAAN JASA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pertemuan 3. Dedy Hermanto/Jaringan Komputer/2010

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Membangun Jaringan POP daerah dan Potensinya oleh: Pujo Mulyono

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

TUGAS BESAR SISTEM KOMUNIKASI 1 WIMAX DI INDONESIA. Disusun Oleh : Ahya Amalina ( )

Aplikasi WiMAX. Oleh: Yenniwarti Rafsyam, Milda Yuliza, Lifwarda. Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008.

PERBANDINGAN TEKNOLOGI WIMAX DENGAN WI-Fi

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

BAB 1 PENDAHULUAN. daya, dimana dibutuhkan layanan-layanan dan aturan-aturan (protocols) yang

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Bab 1. Pengenalan Wireless L A N

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI WIMAX UNTUK LAYANAN BROADBAND DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI

JARINGAN RT/RW NET. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

KOMUNIKASI DATA. 1. Pendahuluan

Wordwide Interoperability for Microwave Acces (WiMAX)

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

Perangkat Wireless LAN Teknologi Wireless LAN

Wireless LAN (WLAN) saat ini telah banyak diterapkan mulai dari business enterprises hingga lembaga

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

Masa Depan Jaringan Teknologi

Rizki Dian Rahayani Pembimbing : Eko Setijadi, ST, MT,Ph.D Pembimbing : DR. Achmad Affandi, DEA

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. dalam bidang penyedia jaringan infrastruktur Wireless. Dengan layanan Wireless

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

Simulasi Kinerja Modulasi Pada Jaringan WiMAX Dengan Menggunakan Simulator OPNET Modeller 14.0

PENGANTAR PENGKABELAN (WIRING)

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

Mengenal WiMAX. Onno W. Purbo

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE

BAB III LANDASAR TEORI

PERANCANGAN DAN SIMULASI RT/RW WIRELESS NET DENGAN ROUTER MIKROTIK

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

Transkripsi:

Prakiraan Akses Broadband dan Perencanaan Jaringan Mobile WiMAX untuk Kota Bandung Natanael Makarios 1 Institut Teknologi Bandung Email: natanaelmakarios@yahoo.com Abstrak- Makalah ini memiliki bertujuan untuk membuat perencanaan jaringan Mobile WiMAX di Kota Bandung. Untuk merealisasikan hal ini, perlu dilakukan perhitungan prakiraan kebutuhan akses broadband di Kota Bandung terlebih dahulu. Perhitungan demografi dan pengolahannya telah dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan bandwidth total yang meliputi kebutuhan shared bandwidth di siang dan malam hari, serta perhitungan bandwidth untuk akses panggilan suara dengan teknologi VoIP. Perencanaan jaringan Mobile WiMAX ini telah berhasil dilakukan dengan total BS yang dibutuhkan untuk Kota Bandung adalah 57 buah BS. Jumlah BS inilah yang dibutuhkan untuk mengcover kebutuhan akses multimedia di Kota Bandung sebesar 4754,8 Mbps untuk kebutuhan akses selama 3 tahun sejak implementasi dimulai. Implementasi backhaul Mobile WiMAX menggunakan kabel fiber optic dengan 3 buah ring sekunder dan 1 buah ring primer. Mobile WiMAX business case juga telah dibuat untuk membuktikan bahwa Mobile WiMAX memiliki daya saing ekonomis yang sangat tinggi. Kata Kunci: Perencanaan Jaringan, Mobile WIMAX I. INTRODUKSI masyarakat akan fasilitas akses multimedia kecepatan tinggi dan murah semakin meningkat. Mobile WiMAX merupakan suatu alternatif yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar tersebut karena dapat melayani akses multimedia sampai kecepatan 30 Mbps dan dapat melayani pelanggan yang sedang dalam keadaan bergerak sampai kecepatan 160 km/jam. Bandung merupakan kota prototype yang tepat untuk mengimplementasikan jaringan Mobile WiMAX di Indonesia, karena pangsa pasar yang cukup besar. Permasalahannya terletak pada bagaimana memprakirakan kebutuhan akses broadband yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota Bandung, serta bagaimana mendesain jaringan Mobile WiMAX yang baik dengan prakiraan yang telah diperoleh. Dalam Bab II akan dibahas mengenai karakteristik dari kanal radio yaitu kapasitas Mobile WiMAX dan Erceg Model. Bab III akan membahas mengenai cara mendesain jaringan Mobile WiMAX di Kota Bandung dan Bab IV akan membahas mengenai daya saing Mobile WiMAX secara ekonomis. Bab V akan berisi kesimpulan dari makalah ini. II. A. Kapasitas KARAKTERISTIK KANAL RADIO Mobile WiMAX memiliki kemampuan untuk menangani kebutuhan pelanggan sampai data rate sebesar 30 Mbps per sektornya untuk 10 MHz kanal. Kecepatan layanan ini bergantung juga kepada jenis modulasi yang digunakannya dan bervariasi mulai dari QPSK 1/2 sampai QAM 64 5/6. B. Model Propagasi Erceg Model propagasi yang digunakan dalam mendesign jaringan Mobile WiMAX adalah model propagasi Erceg. Model ini memiliki formula yang dibagi menjadi 3 buah kategori yaitu kategori A untuk daerah dengan pepohonan yang sangat padat dan daerah yang berbukit, kategori B untuk daerah dengan pepohonan dengan kepadatan sedang dan daerah yang sedikit berbukit, dan kategori C untuk daerah dengan pepohonan dengan kepadatan ringan dan daerah yang datar/tidak berbukit Konstanta untuk ketiga buah kategori ini adalah Model Parameter Tabel 1. Tabel Konstanta Erceg Terrain Tipe A Terrain Tipe B Terrain Tipe C a 4.6 4 3.6 1/6

b 0.0075 0.0065 0.005 c 12.6 17.1 20 Model ini cukup ideal untuk fixed wireless deployment dengan MS yang berada di dekat jendala atau di daerah atap rumah. Model inilah yang direkomendasikan oleh IEEE 802.16 group sebagai model yang paling cocok untuk fixed broadband applications. Formula Model Erceg adalah: Mulai Persiapan Penentuan Demografi Shared Dengan Dimana L PL = Pathloss (db) d 0 = 100 m s = 8.2 10.6 db λ = panjang gelombang operasi (m) d = jarak BTS dengan CPE (m) h b = tinggi antena pemancar (m) Formula di atas didasarkan pada data pengukuran frekuensi kerja 2 GHz dengan ketinggian antena 2m. Untuk menggunakan model pada frekuensi lainnya dengan ketinggian antena pelanggan 2-10m, faktor koreksi harus dilakukan sehingga formulanya menjadi: Shared Shared Bandwidth di Berapa Jumlah BS Penempatan BS & Backhaul kanal suara Dimana: Check Selesai Dengan: f = frekuensi operasi (MHz) h = tinggi antenna penerima (m) III. DESAIN JARINGAN MOBILE WIMAX Untuk mendesign jaringan Mobile WiMAX perlu dilakukan prakiraan kebutuhan terlebih dahulu. Prakiraan kebutuhan ini dilakukan sesuai dengan flowchart berikut: Gambar 1. Flowchart Perencanaan Jaringan Persiapan dilakukan pada proses paling awal yang mencakup keseluruhan pekerjaan, yaitu melakukan studi kota Bandung, mencari data demografi Bandung, peta Bandung, dan mempelajari teori terkait. Jika data demografi penduduk, proses yang harus dilaksanakan adalah menjabarkan demografi penduduk yang berada di kota Bandung sesuai dengan kebutuhan untuk memprakirakan kebutuhan akses jaringan Mobile WiMAX. Hasil penjabaran ini adalah sebagai berikut: 2/6

Tabel2. Total penduduk di Bandung berdasarkan pekerjaannya. Golongan Jumlah Catatan <SMP 527305 kurang dari 13 thn Dianggap 80% dari total potensial usia SMP SMP 96998 masuk SMP SMU 99174 yaitu 92237 (murid dr bandung) + 6937 (murid dr luar kota), bds tabel 4.1.6 dan 4.1.7 Mhs bandung 87694 + 95279, didapat dari mahasiswa total Mhs 182973 dikurangi mhs bandung Total orang yang kerja 971914 Pengangguran 416535 Pensiunan 78287 Proses selanjutnya adalah memprakirakan kebutuhan shared bandwidth yaitu kebutuhan bandwidth untuk aplikasi yang tidak membutuhkan persyaratan delay sensitive seperti internet browsing dan instant messaging. Prakiraan ini dimulai dengan menentukan kebutuhan shared bandwidth di malam hari yang terdiri dari kebutuhan pelanggan personal dan residensial. Dengan menggunakan asumsi 25% dari total potensi pengguna personal Mobile WiMAX menggunakan layanan ini dan 10% untuk pelanggan residensial, didapatkan kebutuhan total shared bandwidth untuk pelanggan residensial di malam hari adalah 1181.63 Mbps dan kebutuhan pelanggan personal sebesar 2100.29 Mbps. Setelah prakiraan kebutuhan shared bandwidth pada malam hari dilaksanakan, prakiraan kebutuhan shared bandwidth pada siang hari akan dilaksanakan. Prakiraan kebutuhan pada siang hari lebih fluktuatif dibandingkan dengan malam hari. Hal ini disebabkan karena penduduk pada siang hari lebih bersifat aktif dan mobile. Dengan demikian dimensioning untuk siang hari akan difokuskan kepada pusat-pusat aktivitas seperti perkantoran, universitas, mall dll. adalah 461,2 Mbps dan untuk pelanggan personal adalah 632.4 Mbps. Jika prakiraan kebutuhan baik siang hari maupun malam hari selesai dilakukan, kebutuhan bandwidth antara keduanya dijumlahkan sehingga didapatkan prakiraan kebutuhan total shared bandwidth untuk seluruh Kota Bandung. bandwidth untuk Mobile WiMAX tidak hanya sebatas internet browsing dan instant messaging yang dihitung berdasarkan shared bandwidth, namun juga harus dapat digunakan untuk melakukan panggilan suara dengan teknologi VoIP. Pendekatan prakiraan kebutuhan suara dilakukan berdasarkan perhitungan kanal suara per sector yang dibutuhkan dengan teori traffic Erlang, dan dikonversikan ke kebutuhan bandwidth. Dengan menggunakan asumsi 40 kbps per kanal didapatkan kebutuhan bandwidth untuk voice adalah 378.87 Mbps. Proses yang dilaksanakan selanjutnya adalah menjumlahkan prakiraan kebutuhan shared bandwidth dan bandwidth untuk panggilan VoIP sehingga didapatkan kebutuhan bandwidth total. Pada tahap ini juga akan dilaksanakan pengecekan terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam membuat asumsi dan memprakirakan kebutuhan jaringan Mobile WiMAX. adalah Total kebutuhan bandwidth yang diperlukan Shared bandwidth malam + shared bandwidth siang + bandwidth untuk voice = 4763.38 Mbps. Dari kebutuhan bandwidth tersebut akan dihitung kebutuhan jumlah BS agar dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat mengakses konten multimedia melalui jaringan Mobile WiMAX. bandwidth bisa dihitung berdasarkan capacity, atau coverage. Untuk perhitungan bandwidth berdasarkan capacity diketahui bahwa kemampuan tiap sektor adalah 30 Mbps sehingga kemampuan 1 BS dengan 3 sektor mampu melayani data rate sebesar 90 Mbps. Dengan demikian, jumlah BS yang dibutuhkan hasilnya adalah Dengan menggunakan asumsi 25% dari total potensi pengguna personal Mobile WiMAX menggunakan layanan ini dan 25% untuk pelanggan corporate, didapatkan kebutuhan total shared bandwidth untuk pelanggan corporate di malam hari 3/6

Untuk perhitungan bandwidth berdasarkan coverage perlu dihitung luas maksimum yang dapat dijangkau oleh sebuah BS. Dengan menggunakan frekuensi operasi 2300 MHz, tinggi BS 32 m, tinggi MS 1,5 meter dan pathloss maksimum 133,7 db didapatkan jarak maksimum yang dapat dijangkau oleh daerah dengan Erceg A yaitu: Dan untuk daerah Erceg B: Luas daerah yang menggunakan Erceg A adalah 68.4 km 2 dan luas Kota Bandung yang menggunakan Erceg B adalah 98.89 km 2. Dengan demikian total BS yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan coverage adalah Jumlah BS yang diambil untuk desain jaringan adalah jumlah BS yang terbanyak dalam hal ini 53 BS. Proses berikutnya adalah penentuan lokasi BS dan desain backhaul antar BS dan antara jaringan Mobile WiMAX dengan jaringan lain. Penentuan lokasi BS harus dilakukan dengan hati-hati sehingga seluruh daerah Bandung terlayani dengan baik, baik dari segi jangkauan maupun dari segi penggunaan bandwidthnya. Desain untuk backhaul menggunakan media fiber optic dengan metode Metro Ethernet dengan topologi ring. Pada topologi ring ini akan terdapat 1 ring primer (warna hijau) yang menjadi backhaul utama dan sebagai akses jaringan Mobile WiMAX ke jaringan lainnya (warna ungu), sementara 3 ring sekunder (berwarna merah, biru dan oranye) dengan masing-masing sebuah CSN Office, berfungsi untuk mengatur jaringan di masing-masing wilayahnya. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Desain jaringan Mobile WiMAX di Kota Bandung. 4/6

IV. MOBILE WIMAX BUSINESS CASE Mobile WiMAX business case dibuat untuk melihat kemampuan teknologi ini untuk bersaing secara ekonomis baik untuk provider maupun untuk pelanggan. Business case dapat dibuat pada keadaan berikut: Skenario yang dibuat adalah bahwa pelanggan mendapatkan subsidi sebagian besar untuk instalasi jaringan Mobile WiMAX yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya peminjaman perangkat dan biaya instalasi. Dalam hal ini subsidi yang diberikan untuk pelanggan Corporate dan Residensial diberikan subsidi Rp. 1.000.000,- (biaya instalasi perangkat) sementara pelanggan Personal diberikan subsidi Rp. 200.000,- (biaya pendaftaran, penjualan handset murah dll.) Skenario pada keadaan ini secara sepintas tidak menguntungkan bagi provider yang bersangkutan karena provider perlu mengeluarkan modal untuk pelanggannya, namun secara jangka panjang strategi ini sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena pelanggan akan cenderung tertarik untuk mencoba teknologi Mobile WiMAX ini karena harganya murah, serta biaya deposit awal yang murah atau bahkan gratis. Dari segi provider, biaya subsidi inipun juga hanya dikeluarkan oleh provider sekali saja. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Dapat dilihat bahwa pada tahun kedua dan selanjutnya operator sudah bisa meraih keuntungan yang cukup besar yaitu 31,94 miliar rupiah. Tabel 3. Daftar Harga pada Mobile WiMAX business case Pengeluaran Harga Backbone Fiber Optic Harga Ring Primer Backhaul Harga BS Point-to-Multipoint Equipment (3x1kanal) per BS Harga Core Network Office Pemasukan Harga Akses Bandwidth Corporate 2Mbps Harga Akses Bandwidth Residensial 384 kbps Harga Akses Bandwidth Personal 256 kbps/unlimited Harga Rp. 50.000,-/meter Rp. 100.000,-/meter Rp. 500.000.000,- / BS Rp.70.000.000/kanal Rp. 7.000.000.000,- / BS Harga Rp. 1.500.000,-/office Rp. 100.000,-/rumah Rp. 50.000,-/pelanggan Tabel 4. Daftar pengeluaran dan pemasukkan Mobile WiMAX business case Pengeluaran Year I Year II Year III Year IV Year V Panjang Backbone Fiber Optic (km) 66,81 91,86 119,00 146,15 177,46 Panjang Backbone Utama 20,84 20,84 20,84 20,84 20,84 (km) Jumlah BS 32 44 57 70 85 Jumlah Point to Multipoint 96 132 171 210 255 5/6

Equipment Jumlah Core Office 3 3 3 3 3 Jumlah pelanggan Corporate yg disubsidi 25,884 45,381 65,327 78,158 97,486 Jumlah pelanggan Personal yg disubsidi 80,666 151,250 252,083 302,499 352,916 Pemasukan Year I Year II Year III Year IV Year V Jumlah Corporate 2Mbps 676 1,267 2306 2,533 2,955 Jumlah Residensial 384 kbps 25,208 44,114 63021 75,625 94,531 Jumlah Personal 256 kbps 80,666 151,250 252,083 302,499 352,916 Total Pelanggan 106,550 196,631 317410 380,657 450,402 Total (dalam miliar rupiah) (0.35) 31.94 83.14 99.10 118.01 V. KESIMPULAN Dari prakiraan kebutuhan broadband access dan desain jaringan untuk teknologi Mobile WiMAX di Kota Bandung dapat disimpulkan beberapa hal berikut yaitu: - Jumlah BS yang dibutuhkan untuk melayani kota Bandung secara teoretis adalah 53 buah BS, namun demikian dalam implementasinya BS yang dibutuhkan adalah 57 buah untuk melayani pelanggan di Kota Bandung. Jumlah BS ini diasumsikan untuk keadaan 3 tahun dan melayani kebutuhan bandwidth sebesar 4754.8 Mbps yang didapat dengan memprakirakan kebutuhan bandwidth terlebih dahulu. - Implementasi backhaul jaringan Mobile WiMAX dilakukan dengan menggunakan metode Metro Ethernet biderectional ring dengan 1 buah ring primer dan 3 buah ring sekunder. - Jaringan Mobile WiMAX memiliki daya saing secara ekonomis yang tinggi. Hal ini terbukti dengan business case yang menunjukkan harga bandwidth yang ditawarkan kepada pelanggan sangat murah. Bagi provider implementasi jaringan Mobile WiMAX sangat kompetitif, dan menunjukkan bahwa pada tahun ke-2, provider Mobile WiMAX sudah dapat meraih keuntungan DAFTAR PUSTAKA [1] IEEE 802.16 Broadband Wireless Access Working Group, Channel Models for Fixed Wireless Applications, 2001. [2] Jeffry G Andrews, Arunabha Ghosh, Rias Muhamed, Fundamentals of WiMAX: Understanding Broadband Wireless Networking, Pearson Education, USA, 2007. [3] Newport Networks, VoIP Bandwidth Calculation, Newport Networks Ltd., 2005. [4] WiMAX Forum, Mobile WiMAX Part I: A Technical Overview and Performance Evaluation, 2006. [5] WiMAX Forum, WiMAX: The Business case for Fixed Wireless Access in Emerging Markets, 2005. 6/6