BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Dalam ushul fiqh, ada

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian tersebut diperlukan dana yang besar. Dana untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa diselenggarakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang. Usaha mikro, kecil, dan menengah memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Peran tersebut yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat serta berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 menunjukkan bahwa sektor usaha kecil dan menengah lebih mampu bertahan dalam krisis dibandingkan usaha-usaha besar. Hal ini membangkitkan kesadaran pentingnya peran usaha kecil dan menengah sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia sehingga harus diberikan kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan yang seluas-luasnya.

Perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat setelah diberlakukannya Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88). Kebijakan ini memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk mendirikan bankbank baru dan memberikan kemudahan bagi bank-bank yang telah ada untuk membuka kantor kantor cabang, sehingga banyak berdiri bank-bank baru maupun bank-bank lama yang membuka kantor cabang di seluruh Indonesia. Indonesia dengan penduduk yang mayoritas muslim merupakan potensi pasar tersendiri bagi segala macam produk yang mengusung ajaran Islam. Hal serupa juga terjadi pada dunia perbankan. Kehadiran lembaga keuangan Syariah di Indonesia tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang tidak menghendaki adanya bunga dalam transaksi perbankan. Indonesia dewasa ini dapat dikatakan sudah memasuki era ekonomi syariah yang ditandai dengan bermunculannya berbagai lembaga bisnis dan keuangan yang memakai prinsip berkeadilan yang bebas bunga, diantaranya adalah Bank Syariah M yang berdiri sejak tahun 1999. Pemerintah didukung Bank Indonesia telah menetapkan salahsatu strategi pemulihan ekonomi nasional antara lain dengan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. Bank Syariah M mempunyai kepedulian untuk ikut serta membangun dan mengembangkan usaha mikro dengan cara melakukan investasi pembiayaan mikro berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan yang diberikan Bank Syariah M kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah diwujudkan

dalam produk pembiayaan warung mikro. Pembiayaan warung mikro Bank Syariah M merupakan pembiayaan bersifat produtif kepada masyarakat atau calon nasabah baik perorangan atau badan usaha dengan limit sampai dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Termasuk dalam segmen mikro adalah pembiayaan dengan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan limit sampai dengan Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta ruiah) yang disalurkan melalui warung mikro. Pembiayaan warung mikro Bank Syariah M merupakan pembiayaan yang bersifat umum, dapat diberikan untuk semua kebutuhan mikro di masyarakat baik untuk konsumtif maupun usaha produktif dengan bersumber pembayaran kembalinya berasal dari hasil usaha atau pendapatan tetap nasabah. Pasal 1 butir 12 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, menyebutkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai yang diperjanjikan. Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, menyebutkan bahwa kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dana prospek usaha dari nasabah debitur. Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur mengembalikan utangnya, agunan hanya dapat berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.

Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penjelasan Pasal 8 ayat (2) menyatakan bahwa Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain: a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis; b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Nasabah debitur; c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada Nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi; f. Penyelesaian sengketa. Bank Syariah M dalam memberikan pembiayaan warung mikro mensyaratkan adanya agunan untuk menjamin pembiayaan yang diberikan dapat kembali. Agunan utama dari pembiayaan warung mikro adalah obyek yang dibiayai dan

agunan tambahan berupa barang kebendaan milik nasabah berupa benda tetap maupun benda bergerak. Menurut ketentuan hukum positif Indonesia lembaga jaminan untuk benda tetap adalah Hak Tanggungan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Lembaga jaminan untuk benda bergerak adalah jaminan Fidusia sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Penulis mengamati terdapat ketidaksesuaian antara ketentuan perundangundangan dengan praktek di lapangan. Praktek pembiayaan pada warung mikro Bank Syariah M, pengikatan agunan berupa kendaraan bermotor tidak dipasang jaminan fidusia tetapi menggunakan surat kuasa menjual. Surat kuasa menjual ini merupakan surat kuasa khusus yang diberikan oleh nasabah selaku pemberi kuasa kepada bank selaku penerima kuasa dengan maksud untuk menjual agunan manakala nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya. Surat kuasa menjual ini ditandatangani oleh nasabah bersamaan dengan penandatangan akad pembiayaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latarbelakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang surat kuasa menjual pada pengikatan jaminan pembiayaan murabahah Warung Mikro Bank Syariah M KCP Kotagede dengan perumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa alasan Warung Mikro Bank Syariah M KCP Kotagede memberlakukan surat kuasa menjual dan tidak memasang jaminan fidusia untuk agunan kendaraan bermotor serta konsekwensi hukumnya? 2. Mengapa surat kuasa menjual dibuat pada saat penandatanganan akad pembiayaan dan apa konsekwensi hukum atas surat kuasa menjual yang dibuat pada saat yang bersamaan dengan penandatanganan akad pembiayaan? C. Keaslian penelitian Untuk melihat keaslian penelitian telah dilakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian. Berdasarkan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada diperoleh berbagai tesis mengenai surat kuasa menjual, yaitu : 1. Tesis yang ditulis oleh Ray Seivna tahun 2012 dengan judul Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan dalam Perjanjian Kredit Melalui (SKM) Surat Kuasa Menjual oleh Bank Perkreditan Rakyat Danagung Bhakti Yogyakarta dengan rumusan masalah mengenai penyelesaian kredit macet dalam eksekusi jaminan hak tanggungan dalam perjanjian kredit melalui SKM dan peranan Notaris dalam eksekusi jaminan hak tanggungan dalam perjanjian kredit melalui Bank Perkreditan Rakyat Danagung Bhakti Yogyakarta. 5 5 Ray Seivna, Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan dalam Perjanjian Kredit Melalui (SKM) Surat Kuasa Menjual oleh Bank Perkreditan Rakyat Danagung Bhakti Yogyakarta, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta,2012

2. Tesis yang ditulis oleh Fairuzzabadi tahun 2010 dengan judul Penyelesaian Kredit Bermasalah Yang Dijamin Dengan Surat Kuasa Menjual Atas Tanah Yang Dibuat Secara Dibawah Tangan Pada PT. Bank Riau Cabang Pembantu Tankerang Kota Pekanbaru Riau dengan rumusan masalah mengenai pelaksanaan penyaluran kredit mikro yang dijamin dengan surat kuasa menjual bawah tangan atas tanah serta penyelesaian kredit bermasalah yang dijamin dengan surat kuasa menjual bawah tangan atas tanah di PT. Bank Riau Cabang Pembantu Tankerang. 6 3. Tesis yang ditulis oleh Rofiqoh Kusnul Khotimah tahun 2010 dengan judul Kajian Surat Kuasa Menjual Hak Milik Atas Tanah Dalam Perjanjian Kredit Mikro Kupedes di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk Cabang Bantul dengan rumusan masalah mengenai alasan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bantul memberlakukan surat kuasa menjual hak milik atas tanah tidak mengikuti prosedur tatacara pengikatan jaminan kebendaan berupa hak milik atas tanah dan perlindungan hukum kepada kreditur dalam hal ada debitur yang wanprestasi 7. Penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sehingga penelitian ini asli karena belum pernah dilakukan penelitian terhadap rumusan tersebut diatas dan berbeda dengan penelitian- 6 Fairuzzabadi, Penyelesaian Kredit Bermasalah yang Dijamin Dengan Surat Kuasa Menjual Atas Tanah Yang Dibuat Secara Dibawah Tangan Pada PT. Bank Riau Cabang Pembantu Tankerang Kota Pekanbaru Riau, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta,2010 7 Rofiqoh Kusnul Khotimah, Kajian Surat Kuasa Menjual Hak Milik Atas Tanah Dalam Perjanjian Kredit Mikro Kupedes di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk Cabang Bantul, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta,2010

penelitian yang dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian Ray Seivna, Fairuzzabadi dan Rofiqoh Kusnul Khotimah terletak pada rumusan masalah dan lokasi penelitian meskipun membahas satu pokok bahasan yang sama yaitu mengenai surat kuasa menjual, sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif : a) Untuk mengetahui alasan Warung Mikro Bank Syariah M KCP Kotagede memberlakukan surat kuasa menjual dan tidak memasang jaminan fidusia untuk agunan kendaraan bermotor serta konsekwensi hukumnya. b) Untuk mengetahui alasan surat kuasa menjual dibuat pada saat penandatanganan akad pembiayaan dan konsekwensi hukum atas surat kuasa menjual yang dibuat pada saat yang bersamaan dengan penandatanganan akad pembiayaan. 1. Tujuan Subyektif : Untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang lengkap dan berguna dalam penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universias Gadjah Mada. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan praktis.

1. Secara Ilmiah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran yang berarti bagi kajian perkembangan ilmu hukum dan menjadi tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin meneliti lebih dalam mengenai permasalahan ini. 2. Kegunaan secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pihakpihak terkait khususnya kepada PT. Bank Syariah M KCP Kotagede, berupa sumbangan pikiran terhadap pelaksanaan penjaminan pembiayaan warung mikro.