BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fatima Dwi Ratna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum KTSP SD, Matematika berfungsi mengembangkan. kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. secara kolaboratif dalam memecahkan masalah. Karena untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Amam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Panji Wiraldy, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

EKPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi. Seorang guru yang akan

BAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang sedemikian pesatnya menyebabkan arus komunikasi dan. lagi. Juga dengan diberlakukannya pasar bebas akan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perubahan paradigma masyarakat dari lokal menjadi global. Masyarakat awalnya hanya berinteraksi dalam suatu kelompok tertentu, tetapi implikasi era globalisasi menuntut setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat beradaptasi secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas tanpa dibatasi jarak, waktu, tenaga, maupun kondisi ekonomi. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technologies (ICT). ICT adalah teknologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi (Sutopo, 2012:1). Perkembagan ICT sangat jelas ditunjukkan melalui pemanfaatan berbagai media dan alat elektronik dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan, seperti adanya televisi, komputer, telepon, internet, media sosial, dan lain-lain. Perkembangan ICT secara pesat telah mengubah gaya hidup masyarakat saat ini. Penyebaran informasi dengan metode ICT seperti promosi, berita, pembelajaran, game, dan lain-lain dapat diakses melalui perangkat komputer. Kemajuan ICT juga berdampak pada bidang pendidikan. Pendidikan berbasis ICT merupakan sarana interaksi yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam meningkatkan efektifitas, kualitas,

2 produktivitas, serta akses pendidikan. Pendidikan di hampir setiap negara berlomba-lomba untuk dapat mendayagunakan kompetensi siswa dan mahasiswanya secara aktif terutama dalam mengoperasikan program komputer dalam pembelajaran. Namun, menurut Sutopo (2012:2) perkembangan pendidikan berbasis ICT di Indonesia masih belum optimal dibandingkan dengan negaranegara lain, bahkan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional pendidikan untuk memanfaatkan, seperti kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan, konten, kesiapan sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Tilaar (2012:169) mengemukakan bahwa proses belajar-mengajar dalam era informasi tentu akan berbeda dengan cara-cara belajar terdahulu yang menekankan pada penghafalan serta tidak mengembangkan daya kritis peserta didik. Dalam bidang pendidikan, Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang mulai mengembangkan strategi-strategi pembelajaran terbaru dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Strategi pembelajaran tersebut diadopsi dari berbagai sistem pendidikan negara maju dengan mengkondisikan proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum di Indonesia. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah mengkolaborasikan model pembelajaran terbaru dengan memanfaatkan program komputer. Melalui berbagai inovasi pembelajaran diharapkan Sistem Pendidikan di Indonesia dapat bersaing secara positif dengan negara lain. Matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. Gagasan-gagasan matematika seperti bilangan, ruang, pengukuran, dan

3 susunan telah beratus-ratus bahkan ribuan tahun telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh sebagian besar manusia. Matematika juga banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan bilangan dan kuantifikasi. Bahkan dalam pengembangan ICT, matematika memiliki peranan yang sangat penting. (diadaptasi dari Turmudi, 2012:7). Menurut Ruseffendi dalam Adjie (2006:34), matematika merupakan ilmu yang berperan ganda, yakni sebagai raja dan sebagai pelayan ilmu. Sebagai raja, matematika merupakan bentuk logika paling tinggi yang pernah diciptakan oleh pemikiran manusia, sedangkan sebagai pelayan ilmu, matematika menyediakan sistem logika serta model-model matematika dari berbagai segi kegiatan keilmuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah: (1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. (2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa belajar matematika tidak sekedar dapat menyelesaikan suatu soal melalui berbagai operasi hitung, tetapi lebih jauh dari itu. (Adjie, 2006:34-35).

4 Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh adanya tuntutan sesuai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan (Suryadi, 2007:713). Tidak dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi telah mengubah dunia semakin canggih dan praktis dalam segala sisi kehidupan termasuk ilmu matematika. Matematika di sekolah maupun kampus seharusnya dikolaborasi dengan inovasi model pembelajaan dan perkembangan ICT sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa/mahasiswa tidak hanya dari segi kognitif melainkan juga dari sisi afektif dan psikomotorik. Ruseffendi (2005:526) menyatakan bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa (mahasiswa) menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan di era persaingan yang semakin kompetitif, karena kegunaannya untuk berkomunikasi antara manusia-manusia itu sendiri. Namun Gozali (2007:103) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dikuasai. Hal ini sejalan dengan pendapat Hikmah (2012:5) bahwa mata kuliah matematika masih dianggap sebagai mata kuliah yang sulit dan tidak menyenangkan. Anggapan tersebut berdampak pada hasil perkuliahan yang selalu kurang memuaskan. Padahal objek penelitiannya adalah mahasiswa PGSD di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta yang tentunya akan mengajarkan mata pelajaran matematika.

5 Menurut Gozali (2007:103) matematika merupakan wahana untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis, mengandung konsep-konsep dasar yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia dan sebagai syarat untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Menurut Robert Ennis dalam Fisher (2009:4), berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan hal yang penting bagi mahasiswa. Berpikir kritis dalam matematika dapat diinterpretasikan dalam berbagai konteks. Menurut Glazer dalam Somakim (2010:43) yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif. Hal yang menarik dari pengertian kemampuan berpikir kritis matematis di atas adalah kemampuan tersebut menitikberatkan kualitas pemikiran mahasiswa sebagai subjek pemikir beradasarkan standar intelektual yang terdapat pada dirinya untuk memecahkan masalah. Hal ini terkait erat dengan kemampuan pengaturan diri (Self regulation) mahasiswa. Kemampuan Self Regulation dirasa penting karena mahasiswa dapat menilai dirinya sendiri, mengetahui bagaimana

6 tingkat pemahamannya terhadap suatu materi pembelajaran dan apa yang harus dia lakukan untuk mencapai hasil yang prestasi yang optimal. Mempelajari matematika dapat diperkuat dengan mengajarkan strategi yang efektif pada mahasiswa (umum dan khusus). Pendekatan ini diikuti dalam model perkembangan strategi self regulation. Menurut Schunk (2012:545), dibandingkan dengan pengajaran-pengajaran reguler, pengajaran self regulation meningkatkan kinerja siswa (mahasiswa) dalam mentransfer pengetahuan. Penelitian lain (Schunk & Cox dalam Schunk, 2012:596) menunjukkan bahwa mengajarkan strategi pada anak yang memiliki kesulitan belajar dan anak-anak yang menghadapi kesulitan mempelajari kemampuan matematika, akan meningkatkan efikasi-diri dan pencapaian. Variabel motivasi dan kemampuan self regulation dianggap sebagai penyebab dalam kinerja matematika (Meece, dkk dalam Schunk, 2012:596). Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa rendahnya kualitas pengaturan diri mahasiswa dapat menyebabkan rendahnya pencapaian prestasi belajar bagi mahasiswa. Menurut Wena (2009:202) bahwa penggunaan model pembelajaran yang tepat dinilai sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation. Model pembelajaran ini dapat dikolaborasikan dengan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kemajuan IPTEK. Apapun bentuknya, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran membawa perubahan tradisi atau budaya pembelajaran. Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran dapat menjadi sistem pembelajaran mandiri (instructor

7 independent) atau juga digabungkan dengan proses pembelajaran langsung (tatap muka di kelas) yang mengandalkan kehadiran guru. Model pembelajaran tutorial merupakan salah satu model pembelajaran yang secara aktif mendayagunakan pemanfaatan ICT. Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau mahasiswa agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal. Mahasiswa dalam kegiatan tutorial ini dibimbing agar dapat melaksanakan kegiatan belajar mandiri yang bersumber dari modul atau buku pelajaran dan media pembelajaran lainnya. Tutorial dapat menggunakan metode alternatif di antaranya bacaan, demonstrasi, penemuan bacaan atau pengalaman yang membutuhkan respons secara verbal dan tulisan serta adanya ujian. Berangkat dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar para siswa (mahasiswa) dapat belajar secara efisien dan efektif (Rusman, 2011:299-300). Model pembelajaran tutorial berbantuan program Cabri Geometry II dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah atau kampus. Program Cabri Geometry II merupakan program komputer yang dapat menggambarkan secara real materi transformasi geometri kepada mahasiswa. Model pembelajaran tutorial berbantuan program Cabri Geometry II dapat memberikan bantuan kepada mahasiswa untuk memahami materi transformasi geometri, memecahkan masalah yang berhubungan dengan transformasi geometri, serta mendayagunakan semua fasilitas yang menunjang proses pembelajaran.

8 Penerapan model pembelajaran tutorial diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation siswa. Pengalaman peneliti selama menjadi mahasiswa strata 1, penggunaan model maupun media pembelajaran berbasis ICT masih jarang digunakan oleh para dosen. Artinya, model pembelajaran masih bersifat konvensional belum memperhatikan ciri-ciri, hakekat serta langkah-langkah penerapan model pembelajaran yang relevan dengan esensi materi serta kondisi mahasiswa. Beberapa kelemahan mahasiswa dalam memaknai atau menginterpretasi pembelajaran matematika berbasis ICT terutama transformasi geometri terletak pada: kemampuan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT, pemahaman konsep yang mendasari transformasi geometri seperti matriks, pemahaman bangun datar dan koordinat cartesius. Peneliti juga memperoleh informasi dari dosen pengasuh mata kuliah geometri transformasi pada program studi Pendidikan Matematika Universitas Khairun tahun ajaran 2012/2013, bahwa proses belajar mengajar belum menggunakan program komputer untuk mengaplikasikan konsep geometri secara langsung dihadapan mahasiswa. Selain itu, beberapa materi pada mata kuliah geometri transformasi belum sepenuhnya tersampaikan berhubung waktu yang dinilai terbatas oleh dosen pengasuh dan banyaknya mata kuliah prasyarat yang belum dikuasai oleh mahasiswa yang mengontrak mata kuliah tersebut. Berdasarkan penjelasan sebelumnya tentang pentingnya kemampuan berpikir kritis dan self regulation mahasiswa yang belum banyak dikembangkan serta kelebihan model pembelajaran tutorial jika dikolaborasikan dengan

9 perkembangan ICT, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemampuan Self Regulation Mahasiswa Melalui Pemanfaatan Program Cabri Geometry II pada Model Pembelajaran Tutorial. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi daripada mahasiswa yang memperoleh model pembelajaran tutorial dan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah peningkatan kemampuan self regulation mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi daripada mahasiswa yang memperoleh model pembelajaran tutorial dan model pembelajaran konvensional? 3. Bagaimanakah kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation mahasiswa setelah memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II? 4. Apakah terdapat interaksi atau pengaruh antara pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self regulation mahasiswa?

10 5. Bagaimanakah sikap mahasiswa terhadap pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II. 2. Untuk menelaah peningkatan kemampuan self-regulation mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II. 3. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self-regulation mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II. 4. Untuk mengetahui interaksi antara antara pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self regulation mahasiswa. 5. Untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II.

11 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa, guru, peneliti maupun para pembaca lainnya. 1. Bagi mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation melalui penggunaan program Cabri Geometry II pada model pembelajaran tutorial. 2. Bagi dosen dan guru, bahwa penggunaan program Cabri Geometry II pada model pembelajaran tutorial dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation mahasiswa sehingga dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan diri bagi peneliti sekaligus menjadi langkah awal dalam penerapan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Bagi pembaca lainnya, agar dapat menjadikannya sebagai bahan acuan serta memberikan pengetahuan tentang kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation mahasiswa serta pemanfaatan program Cabri Geometry II pada model pembelajaran tutorial. E. Definisi Operasional 1. Berpikir kritis adalah sebuah proses pemikiran mengenai suatu hal, substansi atau masalah apa saja yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan, bukan untuk

12 mencari jawaban semata, tetapi yang utama adalah mempertanyakan jawaban, fakta atau informasi yang ada. Pemikir sebagai subjek berpikir kritis dapat meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual yang dimilikinya. 2. Berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk melibatkan pengetahuan matematis sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif. Dalam penelitian ini, indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang disoroti adalah kemampuan mengidentifikasi konsep, menggeneralisasi, mengklarifikasi, dan memecahkan masalah. 3. Self regulation atau pengaturan diri adalah proses proaktif dimana individu secara konsisten mengatur dan mengelola pikiran, emosi, perilaku dan lingkungan mereka untuk mencapai tujuan akademik. Proses self regulation terdiri atas tiga tahapan yaitu observasi diri, penilaian diri serta reaksi diri. Dalam penelitian ini, komponen kemampuan self regulation yang disoroti adalah komponen kognitif yang berkaitan dengan strategi yang digunakan mahasiswa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan memproses informasi secara lebih efektif, komponen perilaku yaitu mahasiswa dapat mengatur tindakan mereka agar tetap berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran, komponen motivasi yang berkaitan dengan pembuatan tujuan, orientasi tujuan, efikasi diri, skema diri,

13 harapan hasil dan pencarian bantuan, serta komponen metakognisi yaitu mahasiswa dapat merenung untuk menetapkan tujuan dan memantau kemajuan belajar mereka sendiri serta menjaga suasana emosi positif mereka. 4. Cabri Geometry II merupakan software geometri interaktif yang dapat digunakan untuk mempelajari bangun datar (dimensi 2). Program ini memuat konstruksi dengan jangka dan penggaris. Konstruksi ini lebih teliti daripada menggunakan alat jangka. Sifat dinamik berasal dari kemampuannya dalam dragging atau menganimasi objek awal sementara objek lainnya dibatasi oleh sifat-sifatnya Program Cabri Geometry II merupakan software yang digunakan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran tutorial. 5. Model pembelajaran tutorial adalah model pembelajaran yang diterapkan dengan memberikan arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Model pembelajaran tutorial merupakan salah satu model pembelajaran berbasis komputer dengan menggunakan software yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan. Dalam penelitian ini, penullis mengkolaborasikan model pembelajaran tutorial dengan pemanfaatan program Cabri Geometry II.

14 F. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi secara signifikan daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial biasa dan pembelajaran konvensional. 2. Peningkatan kemampuan self regulation mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II lebih tinggi secara signifikan daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran tutorial biasa dan pembelajaran konvensional. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran tutorial dengan program Cabri Geometry II dan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan self regulation mahasiswa.