PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG KECAMATAN KLUNGKUNG DESA TEGAK

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 13 TAHUN 2001 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

1 of 5 02/09/09 11:52

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 21 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

P E R A T U R A N D A E R A H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN SE KABUPATEN JEMBRANA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

BUPATI LOMBOK TENGAH

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Transkripsi:

Klik Dicabut dgn Perda 23 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah di desa, dengan ditetapkannya Perda Nomor 14 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa, perlu diadakan penyesuaianpenyesuaian dengan melakukan perubahan seperlunya; b. bahwa perubahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara T ahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893);

5. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 nomor 54); 7 Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142); 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 14 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2001 Nomor 32) diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan pemilihan sebagaimana dimaksud pada pasal 6, Pemerintah Desa membentuk Panitia Pemilihan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1), terdiri dari Organisasi Sosial Politik dan Tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Desa, seperti : kalangan agama, adat, organisasi profesi, organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan sosial lainnya. 2

2. Ketentuan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut : (1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 mempunyai tugas : a. Melaksanakan pendaftaran pemilih; b. Melaksanakan penjaringan dan penyaringan bakal calon; c. Melaksanakan pemeriksaan identitas bakal calon; d. Menetapkan dan mengumumkan daftar calon sementara anggota BPD; e. Menetapkan dan mengumumkan daftar calon tetap anggota BPD; f. Mengajukan rencana biaya pemilihan kepada Kepala Desa; g. Melaksanakan pemungutan suara; h. Membuat Berita Acara Pemilihan; i. Menetapkan calon terpilih; j. Melaporkan pelaksanaan pemilihan kepada Kepala Desa; k. Menyampaikan calon terpilih kepada Bupati untuk mendapat pengesahan. (2) Untuk melaksanakan tugas-tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) panitia pemilihan membuat Peraturan Tata Tertib Pemilihan. 3. Ketentuan Pasal 10 berbunyi sebagai berikut : (1) Pencalonan keanggotaan BPD diajukan oleh organisasi kemasyarakatan peserta pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2). (2) Penyusunan urutan calon dalam daftar calon dilakukan oleh organisasi peserta pemilihan yang mengajukan. (3) Daftar calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya boleh memuat Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama atau Alat Peraga calon sebanyak-banyaknya sama dengan jumlah anggota BPD yang dipilih. 4. Ketentuan Pasal 13 berbunyi sebagai berikut : (1) Batas waktu pengumuman daftar calon sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal 12, diumumkan kepada masyarakat minimal 12 hari. (2) Setelah berakhirnya batas waktu pengumuman calon sementara, Panitia Pemilihan menyusun nama-nama calon anggota BPD dalam daftar calon tetap yang berhak dipilih dan diumumkan kepada masyarakat minimal 12 hari. 3

5. Ketentuan Pasal 15 berbunyi sebagai berikut : (1) Sistem pemilihan anggota BPD dilaksanakan dengan 3 (tiga) sistem, yaitu : 1. Sistem Pemilihan Proposional. 2. Sistem Pemilihan Distrik. 3. Sistem Pemilihan Musyawarah Mufakat. (2) Untuk pelaksanaan pemungutan suara, Panitia Pemilihan terlebih dahulu memberikan surat panggilan kepada pemilih yang berhak memilih 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pemilihan. (3) Panitia Pemilihan menyediakan surat suara yang memuat Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga dari masing-masing Organisasi Peserta Pemilihan yang ditanda tangani oleh Ketua Panitia Pemilihan sejumlah pemilih yang terdaftar ditambah 10 % surat suara, kecuali Sistem Pemilihan Musyawarah Mufakat. (4) Dalam pemilihan anggota BPD, pemilih memberikan suaranya dengan mencoblos Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga salah satu calon yang dipilihnya yang terdapat dalam Surat Suara. 6. Ketentuan Pasal 16 berbunyi sebagai berikut : - Pemungutan suara dilaksanakan pada hari yang ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dari pukul 08.00 Wita sampai selambat-lambatnya pukul 16.00 Wita. 7. Ketentuan Pasal 18 berbunyi sebagai berikut : (1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dan saksi-saksi diambil sumpahnya oleh Panitia Pemilihan BPD. (2) Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara membuka kotak suara dan memperlihatkannya kepada pemilih bahwa kotak dalam keadaan kosong serta menutupnya kembali kemudian dikunci dan disegel dengan kertas segel yang dibubuhi cap atau stempel Panitia Pemilihan. 8. Ketentuan Pasal 21 berbunyi sebagai berikut : (1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara berkewajiban : a. Menjamin agar tatanan Demokrasai Pancasila berjalan dengan lancar, tertib, dan aman; b. Menjamin pelaksanaan Pemungutan Suara berjalan dengan tertib dan teratur serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) Pada saat berlangsungnya pemungutan suara, pemilih hanya berhak memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun. 4

9. Ketentuan Pasal 22 berbunyi sebagai berikut : (1) Suara dianggap tidak sah apabila : a. Tidak memakai surat suara yang ditentukan; b. Tidak terdapat tanda tangan Ketua Panitia Pemilihan pada surat suara; c. Ditanda tangani atau berisi tanda yang menunjukkan identitas pemilih; d. Lebih dari satu Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat peraga yang dicoblos; e. Surat suara yang cacat atau rusak; f. Coblosannya tidak jelas atau memakai alat lain dari alat pencoblosan yang telah ditentukan; g. Dicoblos di luar tanda garis pembatas; (2) Alasan-alasan sebagaimana dimaksud ayat (1), diumumkan kepada pemilih pada saat pelaksanaan pemungutan suara. 10. Ketentuan Pasal 23 berbunyi sebagai berikut : Suara yang sah adalah : a. Surat suara yang dicoblos sesuai dengan surat suara yang telah ditentukan; b. Coblosan hanya terdapat pada satu Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga yang telah ditentukan. c. Coblosan jelas pada ruang Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga yang dengan memakai alat yang telah ditentukan. 11. Ketentuan Pasal 24 berbunyi sebagai berikut : Setelah pelaksanaan pemungutan suara dinyatakan selesai oleh KPPS, maka KPPS ditempat pemungutan suara tersebut membuka segel dan kotak suara, kemudian mengeluarkan seluruh isinya dan memperlihatkan kembali kepada saksi-saksi serta pemilih yang hadir, sehingga dapat dinyatakan bahwa kotak dalam keadaan kosong. 12. Ketentuan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut : (1) Surat suara yang sudah dikeluarkan dari kotak suara dihitung lembar demi lembar disesuaikan dengan jumlah pemilih yang hadir serta disaksikan oleh para saksi dan pemilih yang hadir. (2) Setiap surat suara diteliti lembar per lembar oleh panitia dan diperlihatkan kepada para saksi dan pemilih yang hadir serta dibaca Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga yang dicoblos dan dicatat di papan tulis yang ditempatkan sedemikian rupa yang dapat dilihat dengan jelas oleh para saksi dan pemilih yang hadir. (3) Hasil Penghitungan Suara dibuatkan Berita Acara. 5

(4) Setelah dibuatkan Berita Acara sesuai dengan bunyi ayat (3) tersebut, maka seluruh surat suara yang sudah dihitung beserta Berita Acaranya dimasukkan ke dalam kotak suara kemudian disegel, selanjutnya dibawa ke Sekretariat Panitia Pemilihan. 13. Ketentuan Pasal 26 berbunyi sebagai berikut : (1) Penetapan bagi calon yang dinyatakan terpilih untuk keanggotaan BPD adalah calon yang mendapat suara terbanyak secara berurutan dari terbanyak satu sampai dengan terbanyak berikutnya sesuai dengan jumlah kebutuhan. (2) Tata cara pelaksanaan penetapan hasil pemilihan diatur lebih lanjut oleh Panitia Pemilihan. (3) Apabila terjadi jumlah suara yang sama pada nomor urut terakhir sesuai dengan kebutuhan anggota BPD di Desa tersebut maka dilakukan Musyawarah Mufakat dan apabila dalam Musyawarah Mufakat tidak mendapat keputusan, maka dilakukan dengan diundi dari para calon anggota BPD yang memperoleh suara yang sama oleh Panitia Pemilihan. 14. Ketentuan Pasal 29 berbunyi sebagai berikut : (1) Calon terpilih yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada pasal 28 diajukan kepada Bupati untuk mendapat pengesahan. (2) Pengesahan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Sebelum melaksanakan tugas, anggota diambil sumpah/janji oleh Bupati. 15. Ketentuan Pasal 30 berbunyi sebagai berikut : (1) BPD sebagai Badan Perwakilan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. (2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah Desa (3) BPD merupakan perpanjangan tangan organisasi yang mencalonkan 16. Ketentuan Pasal 41 berbunyi sebagai berikut : (1) BPD mengadakan rapat berkala sekurang-kurangnya empat kali dalam setahun. (2) Kecuali yang dimaksud pada ayat (1), atas permintaan sekurang -kurangnya seperlima dari jumlah anggota atau atas permintaan Kepala Desa, Ketua BPD dapat mengundang anggotanya untuk mengadakan rapat selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu setelah permintaan diterima. (3) BPD mengadakan rapat atas undangan Ketua BPD. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD. 6

17. Ketentuan Pasal 47 berbunyi sebagai berikut : (1) Anggota BPD berhenti antar waktu sebagai anggota karena : a. meninggal dunia b. atas permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPD c. tidak lagi bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan; d. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 3; e. melanggar sumpah jabatan; (2) Pemberhentian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 18. Ketentuan Pasal 48 berbunyi sebagai berikut : Anggota BPD yang berhenti antar waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 47, diganti oleh calon anggota BPD sesuai dengan sistim pemilihan yang tertuang dalam penjelasan pasal ini. 19. Ketentuan Pasal 50 berbunyi sebagai berikut : Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Disahkan di Negara Pada tanggal 28 Maret 2002 BUPATI JEMBRANA, ttd I GEDE WINASA Diundangkan di Negara Pada tanggal 1 April 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA ttd DRS. I GDE SUINAYA, MM, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2002 NOMOR 13 SERI D NOMOR 3 7

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA I. PENJELASAN UMUM Sebagai perwujudan dari pelaksanaan demokrasi berdasarkan Pancasila, maka dalam Pemerintahan Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa yang merupakan Lembaga Perwakilan Pemuka-Pemuka Masyarakat, dari kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, dan organisasi profesi yang ada di Desa. Badan Perwakilan Desa tersebut berfungsi untuk mengayomi adat istiadat, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, membuat Peraturan Desa, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Penjelasan Pasal 3 huruf d : dihapus Pasal 7 : cukup jelas Pasal 9 : cukup jelas Pasal 10 : cukup jelas Pasal 13 : cukup jelas Pasal 15 ayat (1) : 1. Sistem Pemilihan Proporsional adalah system pemilihan anggota BPD yang dilaksanakan secara langsung dengan memilih Lambang-Lambang Organisasi Peserta BPD yang di dalam Lambang-Lambang Organisasi tersebut terdapat nama-nama calon beserta urutannya, yang pemilihannya dilaksakan dalam waktu 1 (satu) hari. 2. Sistem Pemilihan Distrik adalah system pemilihan anggota BPD secara langsung dengan memilih foto dengan nama dan atau alat peraga di masing-masing Desa atau masing-masing Dusun/Banjar berdasarkan kuota. 3. Sistem Pemilihan Musyawarah Mufakat adalah sistem pemilihan anggota BPD secara musyawarah berdasarkan musyawarah mufakat panitia pemilihan Anggota BPD. Ayat (2) : - Yang dimaksud Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga adalah Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan atau Alat Peraga yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan untuk dicoblos oleh pemilih dan menjdi surat suara dalam pemilihan Anggota BPD. 8

- Lambang Organisasi/Tanda Gambar adalah Lambang Organisasi atau Tanda atau symbol berupa alat peraga seperti Nama dan Gambar Buah, Binatang, Jenis Tanaman dan sebagainya untuk calon Anggota BPD yang bersangkutan. - Foto dengan Nama adalah Gambar/Foto yang bertuliskan nama untuk calon Anggota BPD yang bersangkutan. - Alat Peraga adalah alat/symbol lainnya yang dijadikan sebagai tanda calon Anggota BPD yang bersangkutan. Pasal 16 : cukup jelas Pasal 18 : cukup jelas Pasal 21 : cukup jelas Pasal 22 : cukup jelas Pasal 23 : cukup jelas Pasal 24 : culup jelas Pasal 25 ayat (3) : - Yang dimaksud Lambang Organisasi/Tanda Gambar dan atau Foto dengan Nama dan Atau Alat Peraga adalah sesuai dengan bunyi pada penjelasan Pasal 15 ayat (3) Pasal 26 ayat (3) : - Musyawarah Mufakat dilakukan oleh calon Anggota BPD yang memperoleh suara sama dan Panitia Pemilihan. Pasal 29 : cukup jelas Pasal 30 : cukup jelas Pasal 41 : cukup jelas Pasal 47 : cukup jelas Pasal 48 : 1. Proses pergantian Antar Waktu (PAW) dengan Sistim Pemilihan Proporsional adalah sesuai dengan nomor urut Daftar Calon Tetap (DCT) pada Organisasi tersebut. 2. Proses pergantian Antar Waktu (OAW) dengan Sistim Distrik adalah dengan menetapkan nomor urut berikutnya sesuai dengan daftar calon tetap ( DCT) di Desa dan atau Dusun/Banjar tersebut. 3. Proses Pergantian Antar Waktu (PAW) dengan system Musyawarah Mufakat adalah berdasarkan Musyawarah Mufakat anggota BPD dengan Organisasi Peserta Pemilihan. Pasal 50 : cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 9