BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB II LANDASAN TEORI

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

SPMI dan ISO 9001:2008

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYYAH AWALIYYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan bangsa yang cerdas dan intelek. Pendidikan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi manusia di segala bidang. Kompetensi di bidang pendidikan mutlak perlu ditingkatkan karena pendidikan memegang kunci keberhasilan di dalam persaingan tersebut. Pendidikan juga mempunyai andil besar di dalam pembentukan karakter / watak bangsa sehingga manusia -manusia Indonesia berkepribadian luhur dan dapat bersama-sama membangun bangsa di tengahtengah persaingan dunia. Pemerintah selalu memberikan dukungan demi peningkatan kualitas pendidikan, yaitu mulai dari penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan-pelatihan KKG, MGMP, KKKS, KKPS, Komite Sekolah sampai pada peningkatan kesejahteraan guru baik melalui perbaikan gaji maupun sertifikasi. Untuk meningkatkan sumber daya manusia, manusia diberi kelebihan berupa akal pikiran sehingga dapat membaca alam / lingkungan dan dapat berkreasi secara produktif demi kelangsungan hidupnya (Shafiyyah, 2009:3). Dalam mempersiapkan sumber daya manusia bermutu maka sekolah sekolah diharapkan mengembangkan KTSP yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 bahwa: 1

2 Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup SNP meliputi standar : (1) isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan, (7) pembiayaan, dan (8) penilaian pendidikan. Ruang lingkup yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut (Sudrajat, 2010: 3-6) 1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia; 2. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan: 3. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran; 4. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran; 5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; 6. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

3 berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran; 7. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan; 8. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; 9. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Sumber daya manusia harus memahami semua kegiatan dengan professional yaitu semua kegiatan yang terkait dengan pendidikan baik kurikulum, ketenagaan, organisasi, managemen, kultur budaya dan lain-lain. Sejalan hal tersebut program pendidikan difungsikan sebagai berikut (Anonim, 2009: 6) 1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pe ndidikan. 2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan lo kal, nasional dan global.

4 Untuk mencapai standar Nasional Pendidikan di atas maka seorang guru diharapkan mempunyai standar kompetensi yang harus dimiiki. Menurut Suwardi dikutip oleh Martinis (2010 : 7) standar kompetensi guru memiliki tiga komponen yaitu ; 1) Komponen pengelolaan pembelajaran, 2) Komponen pengembangan potensi, 3) Komponen penguasaan akademik. Masing-masing komponen kompetensi tersebut mencakup seperangkat pengetahuan. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 8 dan 10 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Sanaky,2008 : 6). Dalam sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Pada hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Selain itu guru harus memiliki budaya yang baik dalam melaksanakan tugas pembelajaran sehingga hasil kerja guru menjadi sukses. Budaya guru dalam pembelajaran yang dimaksud meliputi penyusunan

5 administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran serta tindak lanjutnya. Namun realita yang kita temukan di lapangan belum sepenuhnya guru-guru menjalankan tugas mulianya dengan baik. Hal ini terbukti dengan : 1. Kebiasaan guru terlambat masuk kerja / mengajar yang berakibat kurangnya materi yang diajarkan dan keteladanan yang buruk bagi siswa. Guru terbiasa datang terlambat dari waktu yang ditentukan membuat waktu tatap muka menjadi berkurang dan materi yang harus disampaikanpun berkurang sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seratus persen. Dari segi afektif kebiasaan demikian juga tidak terpuji dan tidak dapat digunakan sebagai teladan bagi para siswa. 2. Kebiasaan guru malas membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sendiri sehingga pembelajaran yang disampaikan kurang efektif. Guru yang telah terbiasa menyuruh membuatkan RPP kepada orang lain atau membeli RPP cenderung kurang dapat memahami dan menerapkan scenario pembelajaran yang dimaksudkan kepada siswanya. Berbeda dengan RPP yang dirancang, direncanakan, dan diterapkan sendiri oleh guru. Hasilnya juga akan lebih maksimal. 3. Kebiasaan guru hanya sebatas penceramah, tidak menggunakan metode metode pembelajaran yang bervariasi dan alat peraga sehingga amat membosankan bagi siswa. Fenomena tersebut banyak dijumpai di lapangan pada guru yang kurang kreatif sehingga metodenya monoton dan cenderung konvensional.

6 4. Kebiasaan guru malas memberikan penilaian dan tindak lanjut dalam hasil pembelajaran. Jika penilaian terabaikan oleh guru maka hasil pembelajaran tidak dapat diketahui sehingga guru tidak dapat memberikan tindak lanjut berupa perbaikan dan pengayaan kepada siswa dari pembelajaran tersebut. Ketika pengelolaan pembelajaran sudah tidak pada standar yang ditetapkan maka tinggal menunggu keruntuhan sebuah sekolah itu sendiri. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, maka setiap sekolah berlomba-lomba mengelola mutu pendidikan seefektif mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah. Bagi sekolah yang mengelola dengan gigih maka lulusannya akan berhasil dan sukses. Demikian sebaliknya. Ada Sekolah Dasar di kecamatan Grobogan yang cepat perkembangannya, yaitu SD Negeri 1 Getasrejo. Pada dasa warsa sebelumnya, sekolah ini berkembang biasa-biasa saja baik pengelolaan pembelajaran, kinerja guru maupun hasil belajar siswanya. Namun beberapa tahun ini perkembangannya nampak pesat sekali. Hal ini terbukti peningkatan hasil UASBN, Akreditasi sekolah A, sebagai satu-satunya SDSN di kecamatan dan adanya perubahan budaya guru te ntang kedisiplinan waktu masuk. Jika di sekolah lain pukul 07.00 masih berada di luar kelas namun SDN 1 Getasrejo ini guru guru dan siswa sudah asyik belajar. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Budaya Guru Sekolah Dasar

7 dalam Pembelajaran (Studi Situs SD Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan). B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah Bagaimana budaya guru SD dalam pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan? Fokus tersebut dijabarkan menjadi 3 (tiga) sub fokus sebagai berikut: 1. Bagaimanakah budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam penyusunan administrasi pembelajaran? 2. Bagaimanakah budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam pelaksanaan pembelajaran? 3. Bagaimanakah budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus dan sub fokus penelitian di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam penyusunan administrasi pembelajaran. 2. Mendeskripsikan budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Mendeskripsikan budaya guru Sekolah Dasar Negeri 1 Getasrejo Kecamatan Grobogan dalam evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.

8 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu : Secara Teoritis : 1. Sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan usaha pencapaian pemenuhan standar minimal pendidikan sekolah secara khusus dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. 2. Menunjukkan implementasi proses pendidikan dan budaya guru dalam upaya mencapai standar minimal pendidikan di sekolah. Secara Praktis : 1. Bagi Guru Sebagai Informasi bagi peningkatan budaya guru terhadap pelayanan pembelajaran di kelas. 2. Bagi Siswa Mendapatkan kesempatan memperoleh pelayanan dalam pembelajaran secara maksimal. 3. Bagi Sekolah Menjadikan hasil penelitian sebagai masukan yang bermanfaat untuk peningkatan mutu pendidikan berhubungan dengan budaya guru. 4. Bagi Peneliti yang akan datang Sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap budaya guru dalam pembelajaran di sekolah.

9 E. Definisi Istilah 1. Budaya adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki oleh para anggota masyarakat yang merupakan pedoman dan pengarah dalam bersikap dan berperilaku yang layak dan diterima oleh semua masyarakat. 2. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 3. Pembelajaran adalah suatu program yang mempunyai ciri sistematik, sistemik, dan terencana, yang bers ifat interaktif dan komunikatif di mana guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran dan siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. 4. Administrasi pembelajaran adalah suatu proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin. 5. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pembelajaran yang sudah dibuat. 6. Evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai, arti) dari kegiatan

10 pembelajaran yang dilakukan dan upaya yang dilakukan oleh guru setelah menganalisis nilai, antara lain berupa perbaikan, pengayaan, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar, serta peningkatan motivasi belajar.