BAB II KAJIAN PUSTAKA. hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terhadap beberapa program pembangunan sanitasi pedesaan didapatkan hasil

septic tank Septic tank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BOGEM KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PEMBUATAN JAMBAN KELUARGA

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JAMBAN SISTEM LEHER ANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DI DESA MAREK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA I

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA (TINJA)

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia yang terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai nilai-nilai,

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) SURVEY JAMBAN KELUARGA DAN SPAL PUSKESMAS PAAL V

III KERANGKA PEMIKIRAN

SANITASI DAN KEAMANAN

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

Kesehatan Lingkungan. Website:

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

JAMBAN SEPTIK TANK GANDA

FIELD BOOK SANITATION LADDER (TANGGA SANITASI)

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menerapkan model CLTS (Community Led Total Sanitation). Pendekatan

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

kotak turun 4. Berapa persen air tawar (freshwater) dari seluruh total air di bumi? Jawaban : Kurang lebih 4%.

Ular Tangga Air Minum dan Sanitasi merupakan permainan yang disusun untuk meningkatkan kepedulian tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Green menganalisis perilaku manusia dari kesehatan. Kesehatan seseorang atau

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. upaya sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB II KAJIAN TEORITIS. Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang. kakus/wc dan memenuhi jamban sehat dan baik.

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

BAB. Kesehatan Lingkungan

MODEL PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

Sanitasi Penyedia Makanan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Pengantar. Siborongborong, Penulis, Abdiel P. Manullang

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi baik oleh faktor genetika (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu utnuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process) (Notoatmodjo, 2007). 7

8 2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan Theory Of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat, dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002). Teori ini muncul karena kurang berhasilnya penelitian yang menguji teori sikap, yaitu hubungan antara sikap dan perilaku. Hasil dari penelitian yang menguji teori sikap ini kurang memuaskan karena banyak ditemui hasil hubungan yang lemah antara pengukuran sikap dengan kinerja dari perilaku sukarela yang dikehendaki (Jogiyanto, 2007). TRA (Theory Of Reasoned Action), merupakan teori perilaku kesehatan yang menggunakan pendekatan psikologi sosial untuk melihat determinan dari perilaku sehat yang dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein menjelang tahun 1970-an. Menurut teori ini, kehendak atau niat seseorang untuk menampilkan sesuatu perilaku tertentu berkaitan erat dengan tingkah laku aktual itu sendiri. Ada dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori ini yaitu Bahwa perilaku ada dalam kendali si pelaku dan bahwa manusia adalah makhluk rasional (Diezow, 2010). Berdasarkan teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action), suatu tingkah laku ditentukan oleh niat berperilaku, dan niat berperilaku ini dipengaruhi dua faktor, yang satu bersifat personal yaitu sikap dan yang lain merefleksikan pengaruh sosial yang biasa disebut norma subyektif (Azwar, 2010). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukanya perilaku, Ajzen melengkapi

9 TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakanya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs) (Azwar, 2010). Secara skematik Theory Reasined Action (TRA) digambarkan seperti pada gambar: Behavioral Belief Attitude Towards Behavior Intention to Behave Behavior Normative Belief Subjective Norms Gambar 2.1 Theory Reasoned Action (Azwar, 2010) Menurut Hariyono (dalam Fisbein dan Middlestadt, 1989) ada variabel eksternal yang muncul tidak secara langsung dalam Theory Of Reasoned Action seperti variabel demografis, jenis kelamin, usia, variabel seperti ini bukanya kurang penting, tetapi efeknya pada intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif dari komponen-komponen ini. 2.1.2 Teori Lawrence Green Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor dari luar perilaku (non-

10 behaviour-causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia dan tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Model ini dapat digambarkan sebagai berikut: B = f (PF, EF, RF) Di mana: B = Behavior PF = Predisposing Factors EF = Enabling Factors RF = Reinforcing Factors F = Function Disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan

11 perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di psoyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2007). 2.2 Perilaku Buang Air Besar Buang air besar merupakan bagian yang penting dari ilmu perilaku dan kesehatan masyarakat. Pembuangan tinja yang memenuhi syarat merupakan suatu kebutuhan kesehatan masyarakat, yang selalu bermasalah (setidaknya sampai saat ini), diakibatkan perilaku buang air besar yang tidak sehat. Perilaku buang air besar yang tidak sehat ini misalnya buang air besar di sungai yang menjadi sarana penularan penyakit, buang air besar di pekarangan atau tanah terbuka, buang air besar di parit atau selokan, buang air besar di saluran irigasi sawah, dan buang air besar di pantai atau laut. Tempat-tempat ini adalah tempat yang tidak layak dan tidak sehat untuk buang air besar karena dapat menimbulkan masalah baru yang dapat membahayakan kesehatan manusia (Kusnoputranto, 2001). Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan tempat yang digunakan sebagai berikut:

12 1. Buang air besar di tangki septic adalah buang air besar yang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja di tangki septic yang digali di tanah dengan syaratsyarat tertentu. Buang air besar di tangki septic juga digolongkan menjadi: a) Buang air besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar menggunakan jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan penularan penyakit akibat tinja karena dengan model leher angsa ini maka tinja akan dibuang secara tertutup dan tidak kontak dengan manusia ataupun udara. b) Buang air besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian rupa sehinnga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki septiknya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban. c) Buang air besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada dibawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh kedalam tangki septic. Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank dengan manusia yang menggunakannya. 2. Buang air besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang air besar tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang

13 berbahaya bagi kesehatan manusia. Buang air besar tidak menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut: a) Buang air besar di sungai atau dilaut. Buang air besar di sungai atau dilaut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja. b) Buang air besar di sawah atau di kolam. Buang air besar di sawah atau kolam dapat menimbulkan keracunan pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen. c) Buang air besar di pantai atau tanah terbuka. Buang air besar di pantai atau tanah terbuka dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga dapat menjadi pencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika lingkungan (Kusnoputranto, 2001). 2.3 Jamban Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit (Notoatmodjo, 1996). Menurut Josep Soemardi (1999) pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

14 2.3.1 Teknologi Jamban Secara Sederhana di Daerah Pedesaan Menurut Notoatmodjo (2007) Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban didaerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan di samping harus memenuhi persyaratan jamban sehat, juga harus didasarkan pada sosial budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain: 1) Jamban Cemplung, Kakus (Pit Latrine) Jamban cempung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa. Tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya, tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak bisa dihindari. Di samping itu, karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu sendiri penuh oleh air. Skema jamban cemplung adalah: Sumber: (Notoatmodjo, 2007) Gambar 2.2 Jamban Cemplung, Kakus

15 2) Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine) Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat bibuat dengan bambu. Skema VIP latrine tersebut adalah sebagai berikut: Sumber: (Notoatmodjo, 2007) Gambar 2.3 Jamban Cemplung Berventilasi 3) Jamban Empang (fishpond Latrine) Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban empang ini disebut daur-ulang (Recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya. Jamban empat ini mempunya fungsi, yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).

16 Sumber: (Notoatmodjo, 2007) Gambar 2.4 Jamban Empang 4) Jamban Pupuk (The Compost Privy) Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplungm hanya lebih dangkal galianya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah: a. Mula-mula membuat jamban cemlung bias. b. Dilapisan bawah sendiri diaruh sampah daun-daunan. c. Di atasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) setiap hari. d. Setelah ± 20 inchi, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah, selanjutnya diratuh kotoran lagi. e. Demikian selanjutnya sampai penuh. f. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru. g. Lebih kurang enam bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman.

17 Sumber: (Notoatmodjo, 2007) Gambar 2.5 Jamban Pupuk 5) Septic Tank Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tanah ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni: 1. Proses kimiawi Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat akan mengendap dalam tanki sebesar sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.

18 2. Proses biologis Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktifitas bakteri anerob dan fakultatif anerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainya, adalah juga penguragan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk kedalam tempat perembesan. Sumber: (Notoatmodjo, 2007) Gambar 2.6 Septic Tank 2.3.2 Persyaratan Jamban Keluarga di Daerah Pedesaan Notoatmodjo (2007: 181) untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban di sebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

19 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut. 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya. 4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatangbinatang lainya. 5. Tidak menimbulkan bau. 6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance). 7. Sederhana desainya. 8. Murah 9. Dapat diterima oleh pemakainya. Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain: 1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, seranga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (pravacy) dan sebagainya. 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya. 3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya. 4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih (Notoatmodjo, 2007).

20 2.3.3 Pemeliharaan Jamban Jamban sebagai sarana pembuangan kotoran manusia (tinja) perlu di pelihara dengan baik. Beberapa kegiatan yang dianjurkan dalam pemeliharaan sarana pembuangan tinja adalah sebagai berikut (Soeparman & Suparmin, 2001) : 1. Pembersihan halaman di sekitar rumah jamban dari sampah dan tumbuhan rumput atau semak yang tidak di kehendaki. 2. Pembersihan lantai, dinding, dan atap rumah jamban secara teratur, minimal satu minggu sekali dari lumut, debu, tanah atau sarang laba-laba. 3. Penggelontoran tinja pada lubang pemasukan tinja atau leher angsa setiap selesai penggunaan 4. Pemantauan isi lubang pada jamban cubluk, jamban air, jamban bor, dan jamban kompos secara berkala terutama pada akhir periode pemakaian direncanakan. 5. Pemantauan isi tangki pembusukan secara berkala (tiap 12-18 bulan pada tangki pembusukan rumah tangga dan tiap 6 bulan pada tangki pembusukan sekolah dan kantor pelayanan umum) untuk menjaga efisiensi kerjanya. Lakukan pengurasan bila kedalaman busa serta lumpur sudah melebihi batas yang di persyaratkan 6. Hindarkan pemasukan sampah padat yang sukar atau tidak bisa diuraikan (kain bekas, pembalut, logam, gelas dan sebagainya) dan bahan kimia yang beracun bagi bakteri (karbol, lysol, formalin dan sebagainya) ke dalam lubang jamban atau tangki pembusukan.

21 2.4 Faktor Determinan Perilaku Buang Air Besar Faktor determinan yang mempengaruhi perilaku maupun tindakan manusia adalah gabungan dari berbagai faktor yang ada dalam kehidupan seseorang. Manusia sebagai individu membutuhkan unsur yang diperlukan agar bisa melakukan sesuatu. Begitu pula halnya dengan perilaku buang air besar, dimana terdapat beberapa faktor determinan yang mempengaruhi diantaranya yakni pengetahuan (knowledge), sikap (affective), sosial ekonomi dan ketersediaan air bersih. 2.4.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengalamn manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sikap dasar manusia adalah keingin tahuan tentang sesuatu. Dorongan untuk memenuhi keinginan tersebut akan menyebabkan seseorang melakukan upaya pencarian. Serangkaian pengalaman selama proses interaksi dalam lingkungan akan mengahasilkan sesuatu pengetahuan bagi orang tersebut (Notoatmodjo, 2003) Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, tahayul, dan penerangan yang keliru (Notoatmodjo, 2003). Tentang kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih

22 ada kaitannya satu sama lain yang dapat diaplikasikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) sehingga didalam evaluasi ini akan berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objektif (Notoatmodjo, 2003). 2.4.2 Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yakni: 1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. 2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. 3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 4. Nilai (value). Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat (Notoatmodjo, 2006). 2.4.3 Ketersediaan Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air bersih yang

23 digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Menurut Slamet (2002) jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu: 1. Sumur Gali (SGL) Adalah sarana air bersih yang mengambil atau memanfaatkan air tanah dengan menggali lubang di tanah sampai mendapatkan air. 2. Sumur Pompa Tangan (SPT) Sumur pompa tangan adalah sarana air bersih yang mengambil atau memanfaatkan air tanah dengan menggunakan alat bor. Untuk pengambilan air tanah tersebut digunakan pompa tangan. 3. Penampungan Air Hujan (PAH) Penampungan air hujan adalah sarana penyediaan air bersih yang memanfaatkan air hujan untuk pengadaan air rumah tangga. Air hujan yang jatuh di atap rumah, melalui saluran dan ditampung di dalam PAH. 4. Perlindungan Mata Air (PMA) Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang menampung/menangkap air dan mata air, mata air yang dimanfaatkan paling sedikit mempunyai debit 0,3 liter/detik. 5. Perpipaan (PP) Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat melalui jaringan perpipaan / distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau tanpa diolah.

24 2.5 Kerangka Teori Normative Belief Perilaku Buang Air Besar - Predisposing Factors - Enabling Factors - Renforcing Factors Jenis Jamban Buang Air Besar Pada Tempat Yang Memenuhi Syarat Perilaku Buang Air Besar - Jamban Cemplung - Jamban Cemplung Berventilasi - Jamban Empang - Jamban Pupuk - Septic Tank Faktor Determinan Perilaku BAB - Pengetahuan - Sikap - Ketersediaan Air Bersih Gambar 2.7 Kerangka Teori

25 2.6 Kerangka Konsep Pengetahuan Sikap PERILAKU BUANG AIR BESAR Ketersediaan sarana air bersih Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian Dari kerangka konsep bisa dilihat bahwa faktor-faktor yang yang mempengaruhi perilaku buang air besar pada keluarga yakni pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan jamban, sikap terhadap perilaku buang air besar dalam hal ini perilaku buang air besar selain di jamban, serta ketersediaan sarana air bersih yang juga merupakan salah satu syarat dalam membangun jamban keluarga.