Erna Lukitawati Guru SMP NEGERI I Turen

dokumen-dokumen yang mirip
IMPROVING STUDENTS ACHIEVEMENT IN LEARNING BANGUN

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kunandar menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut

Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 2 Panau Pada Mata Pelajaran PKn

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research). Menurut Kemmis dan Mc.Taggart, PTK adalah studi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

Penerapan Model Siklus Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Terhadap Ketercapain KKM Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Bima.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran TIK di MTs Al-

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Negeri 6 Sindurejo, Kecamatan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. classroom action research. Menurut Kunandar PTK adalah suatu kegiatan yang

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Kristian Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FT unimed ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN. penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Kata Kunci : Pembelajaran IPA MI, Make a Match, Prestasi Belajar

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MEDIA BENDA ASLI Erna Lukitawati Guru SMP NEGERI I Turen Abstrak Penelitian ini berangkat dari latar belakang perlunya dilakukan pembaharuan dalam peningkatan kreativitas mengajar guru dalam pengelolaan proses pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sisi datar di Sekolah Menengah Pertama sebagai respons semakin melemahnya kualitas belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, materi pelajaran tidak kontekstual, dan kinerja siswa rendah, baik pada proses maupun produk belajarnya. Sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tradisional.keadaan tersebut potensial menimbulkan kejenuhan, Berdasarkan uraian permasalahan di atas, melalui penelitian ini diharapkan guru mampu memainkan peran sebagai inovator pembelajaran. Peningkatan kreativitas mengajar guru dan dukungan media pembelajaran mutlak perlu dikembangkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data dan analisisnya melalui kajian-kajian reflektif, partisipatif, dan kolaboratif. Pengembangan program didasarkan data-data dan informasi dari siswa. Penelitian ini dilakukan SMP Negeri I Turen dengan tiga siklus. Pada siklus pertama, sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan media benda asli, sehingga dilakukan tindakan dengan memberi penjelasan kepada siswa tentang prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sedangkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa menunjukkan peningkatan dari rata-rata sebesar 53 pada siklus pertama menjadi 79 pada siklus kedua dan 80 pada siklus ketiga. Ketuntasan belajar siswa juga menunjukkan peningkatan dari 43% pada siklus pertama menjadi 87% pada siklus kedua dan 90% pada siklus ketiga dari nilai kriteria ketuntasan minimal 60. Dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan kelas, siklus pertama, kedua, dan ketiga dapat disimpulkan bahwa kooperatif tipe jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar dan aktivitas siswa pada siswa SMP Negeri I Turen. Kata Kunci: bangun ruang sisi datar, aktivitas, jigsaw, media benda asli. PENDAHULUAN Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Sebagai upaya mewujudkan pembangunan dibidang pendidikan antara lain diperlukan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik guru harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi dan pengelolaan belajar mengajar. Sedang siswa berusaha memahami materi dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 922

dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatukonsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Menurut Muhammad Sholeh (1998:34) matematika sebagai ilmu pengetahuan dasar sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Menurut Montimer J. Alder dan Charles Van Doren (2006:316) pada kenyataannya kondisi umum yang ditemui adalah minimnya persiapan siswa dalam menghadapi materi baru, banyak siswa yang datang kesekolah tanpa persiapan pengetahuan. Pada hasil ulangan harian ke-2, semester 2, tahun pelajaran 2014/ 2015 di SMP Negeri I T u r e n, yang memuat materi bangun ruang sisi datar terlihat bahwa, siswa yang mendapatkan nilai di bawah 60 sebanyak 20 orang atau sebanyak 65%, belum tuntas, siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan 60 sebanyak 12 orang atau sebanyak 35% yang tuntas. Di kelas VIII-B, SMP Negeri I Turen, Pembelajaran matematika memerlukan media yang sesuai, karena menurut Mulyasa (2005:47) suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Menurut Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan seharihari. yang ditugaskan kepada mereka. Sebab-sebab timbulnya masalah sebagai berikut: a. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional dalam pembelajaran materi bangun ruang b. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran materi bangun ruang sisi datar. c. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa terhadap materi bangun ruang. d. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak dalam materi bangun ruang sisi datar. Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas VIIIB SMP Negeri I Turen kurang memahami konsep bangun ruang sisi datar. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah penggunaan kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII- B SMPNI Turen? Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 923

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah penggunakan kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-B SMP Negeri I Turen. Manfaat Penelitian a. Bagisiswa, penelitian ini yaitu penggunaan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli, bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar bangun ruang b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat jadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP Negeri I Turen, dan menambah inovasi dan kreativitas dalam kegiatan belajar mengajar. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran dan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri I Turen, semester genap, tahun tahun pelajaran 2014/ 2015. Jumlah siswa kelas VIII-B seluruhnya ada 32 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Prosedur Kerja Penelitian Tindakan yang digunakan adalah penerapan kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli Siklus I Rencana Tindakan (Planning) 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa 3. Menyiapkan Instrumen Pengumpul Data Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan peneliti menyiapkan (1) lembar pengamatan diskusi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; (2) lembar observasi untuk siswa; (3) lembar pengamatan proses belajar mengajar responden guru; (4) pedoman wawancara responden siswa; Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 924

(5) pedoman wawancara responden teman sejawat guru (6) lembar evaluasi kompetensi dasar 5.1 Dalam persiapan juga akan disusun (7) daftar nama kelompok diskusi asal yang dibuat secara heterogen, dengan memperpimbangkan anak yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Juga akan disusun (8) daftar nama kelompok ahli dalam materi kubus, balok, prisma, dan limas; (9) media benda asli bangun ruang sisi datar yang berupa kubus, balok, prisma, dan limas; (10) daftar perolehan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kompetensi dasar. Prosedur Tindakan Tahap pendahuluan Tahap pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi peserta didik. Tahap inti a. Dari empat puluh siswa, membagi siswa dalam delapan kelompok asal yang tiap kelompoknya terdiri dari lima siswa secaraheterogen, dengan mempertimbangkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kelima siswa dari kelompok asal diberi tugas masing-masing satu materi ahli, yaitu materi kubus, balok, prisma, limas persegi, dan limas persegi panjang. Kemudian masing-masing ahli membentuk lima kelompok ahli. b. Kelima kelompok ahli masing-masing diberikan materi diskusi tentang bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma, limas persegi, dan limas persegi panjang. Jadi ada kelompok ahli kubus, kelompok ahli balok, kelompok ahli prisma, kelompok ahli limas persegi dan kelompok ahli limas persegi panjang. c. Masing-masing siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan kepada teman di kelompok asalnya tentang materi yang didiskusikan ketika di kelompok ahli. d. Salah satu dari kelompok asal mempresentasikan hasil kerja dari kelom-poknya, dan ditanggapi oleh kelompok asal yang lain. e. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama. Tahap penutup Siswa membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari, dan siswa diberikan pekerjaan rumah. Pelaksanaan Tindakan (Action) Pertemuan Pertama Pendahuluan: Menyampaikan tujuan pembelajaran. Memotivasi peserta didik Kegiatan Inti a. Peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok ahli dalam bidang ku-bus, balok, prisma, limas persegi, dan limas persegi panjang kemudian diberikan stimulus berupa pemberian materi, kemudian antara peserta didik dan guru mendis-kusikan materi tersebut. Setiap kelompok ahli diberikan media benda asli sesuai dengan bidang keahliannya, untuk didiskusikan dalam kelompoknya. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa, untuk dikerjakan dalam kelompok ahli. Peserta didik kembali dalam kelompok asalnya dan saling bertukar pikiran, dan saling menjelaskan dari apa yang di peroleh ketika berdiskusi di kelompok ahlinya. Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 925

b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan tiap kelompok mempresentasikan. Penutup a. Peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari. b. Peserta didik diberikan PR Pengamatan (Observation) Pada tahap ini peneliti merekam berbagai dampak yang muncul dalam proses pelaksanaan tindakan, yaitu penerapan kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli. Mengukur hasil tindakan (variabel masalah). Pada tahap ini peneliti mengukur ketercapaian hasil tindakan yaitu hasil belajar bangun ruang sisi datar, Aspek hasil belajar bangun ruang sisi datar, kompetensi dasar. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya, indikatornya apabila. Refleksi (Reflecting) Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi eberapa syarat sebagai berikut: (1) Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang merlihat dari berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru. (2) Siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang terlihat dari berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain kelompoknya. (3) Siswa mengalami peningkatan hasil belajar bangun ruang sisi datar, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) perorangan sama dengan 60 untuk masing-masing kompetensi dasar (KD) dan secara klasikal untuk masing kompetensi dasar (KD), hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa mencapai lebih atau sama dengan 85% dari seluruh siswa di kelas itu mendapat nilai 60 atau lebih.. Guru dalam melaksanakan penggunaan kombinasi metode pembelajaran dan media pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti dalam proses belajar mengajar mencapai 63%. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli. Mereka belum merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi rata-rata prosentase data proses terhadap aspek ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti, keaktifan, perhatian, partisipasi, dan presentasi siswa, dalam proses belajar mengajar mencapai 69%. Hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa pada siklus pertama masih kurang, baru mencapai rata-rata 53 dan siswa yang ketuntasan belajar mencapai 43%. Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 926

diskusi kelompoknya. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pelaksanaan pada siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai: (1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran; (2) Lebih intensif membimbing kelompok mengalami kesulitan; (3) Meningkatkan tindakan proses belajar mengajar yaitu: (a) aspek ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti, (b) aspek keaktifan siswa dengan cara membangun pengetahuan anak melalui pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media benda asli, (c) aspek perhatian siswa dengan cara menghadirkan power poin untuk menunjang pembelajaran, (d) aspek presentasi siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada masingmasing kelompok untuk maju di depan kelas dan mengungkapkan hasil diskusi kelompoknya gaya dan bahasa dari anak; (4) Memberi pengakuan atau ( reward). Siklus Kedua Perolehan prosentase rata-rata data proses pada siklus kedua adalah 73%, berarti ada peningkatan 4% bila dibandingkan dengan siklus pertama yang hanya mencapai 69%, hal ini berarti keberhasilan proses dalam siklus kedua masih tergolong cukup. Perolehan prosentase rata-rata data proses pada siklus kedua 73%, sudah mencapai target minimal yang ditetapkan pada indikator keberhasilan proses sebesar 65%. Hasil observasi pada siklus kedua perolehan skor rata-rata kelompok aspek minat dan kepuasan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah 75%. Hal ini aspek minat dan kepuasan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tergolong cukup, tetapi mendekati baik artinya siswa sudah mulai menyenangi kooperatif tipe jigsaw dan media benda asli, meskipun ada penurunan 1% jika dibandingkan dengan siklus pertama yaitu 76%. Hasil Evaluasi Siklus Kedua, Penguasaan Siswa terhadap Materi Pembelajaran Selain aspek ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran meningkat 26%. Dari skor ideal 100 skor perolehan rata-rata pada siklus kedua mencapai 79 atau 79% dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat 44%, dari 43% pada siklus pertama menjadi 87% pada siklus kedua. Keberhasil pada siklus Ii adalah sebagai berikut: Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data proses hasil observasi terhadap aspek ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti, keaktifan, perhatian, dan presentasi siswa meningkat 8 poin atau 8% dari 61% pada siklus pertama menjadi 69% pada siklus kedua. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar didukung oleh Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 927

meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru intensif membimbing siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam proses belajar mengajar meningkat 15 poin atau 15% dari 63% pada siklus pertama menjadi 78% pada siklus kedua. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar didukung oleh meningkatnya ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditambah dengan penggunaan media benda asli dalam pembelajaran ternyata membuahkan hasil meningkatnya kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata-rata 53 atau 53% pada siklus pertama meningkat menjadi 79 atau 79% pada siklus kedua. Jadi ada kenaikan sebesar 26 poin atau 26% dari siklus pertama ke siklus kedua. Demikian pula siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan perolehan 43% pada siklus ke-1 meningkat 44 poin atau 44% menjadi 87% pada siklus ke-2. Siklus Ketiga Hasil observasi siklus ketiga aktivitas guru dalam proses belajar mengajar mendapat rerata nilai perolehan 53 dari skor ideal 60 atau 88%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10 poin atau 10% bila dibandingkan dengan siklus kedua, dan menunjukkan adanya peningkatan sebesar 25 poin atau 25% bila dibandingkan dengan siklus pertama. Hasil evaluasi siklus ketiga penguasan siswa terhadap materi pembelajaran memiliki rerata 80 atau 80% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong baik. Pada siklus ketiga penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1 poin atau 1% bila dibandingkan dengan siklus kedua, dan menunjukkan adanya peningkatan sebesar 27 poin atau 27% bila dibandingkan dengan siklus pertama. Demikian pula siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan perolehan 87% pada siklus ke-2 meningkat 3 poin atau 3% menjadi 90% pada siklus ke-3, dan menunjukkan adanya peningkatan sebesar 47 poin atau 47% bila dibandingkan dengan siklus pertama.hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan. Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah sebagai berikut: Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada aspek minat, perhatian, partisipasi, dan presentasi meningkat 4 poin atau 4% dari 68% pada siklus kedua menjadi 72% pada siklus ketiga. Meningkatnya aktivitas siswa dalam Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 928

proses belajar mengajar didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan penggunaan media benda asli. Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam proses belajar mengajar meningkat sebesar 10 poin atau 10% dari 78% pada siklus kedua menjadi 88% pada siklus ketiga. Meningkatnya kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa sebesar 1 poin atau 1% dari hasil rerata 79 atau 79% pada siklus kedua menjadi 80 atau 80% pada siklus ketiga dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan perolehan 87% pada siklus ke-2 meningkat 3 poin atau 3% menjadi 90% pada siklus ke-3. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar. 2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa yang pada siklus ke-1 hanya ratarata 58%menjadi 61% pada siklus ke- 2 dan 68% pada siklus ke-3. 3. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam hal ini rata-rata untuk aspek minat, perhatian, partisipasi dan presentasi yang pada siklus ke-1 hanya rata-rata 61% menjadi 68% pada siklus ke-2 dan 72% pada siklus ke-3 4. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam hal ini bangun ruang sisi datar menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata- rata hasil belajar pada siklus ke-1 rata-ratanya 53 atau 53% menjadi 79 atau 79% pada siklus ke-2 dan 80 atau 80% pada siklus ke-3. 5. Kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli relevan dengan pembelajaran kontekstual. 6. Melalui kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli, siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu. Telah terbuktinya kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan keaktifan maupun aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli sebagai suatu alternatif untuk meningkatkan keaktifan maupun aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar. Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 929

2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran matematika maupun pelajaran lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2008.Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pudijastuti, Widowati. 2001. Strategi Pembelajaran Dalam Pelatihan. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kalender Pendidikan Nasional. Dick, W & Carey, L. 1985. The Sistematic Design of Instruction. Illionis, CH: Scott, Foreman & Company. Dinas Pendidikan Kab.Sidoarjo. 2006. Materi Pengembangan Profesi Guru Tahun 2006. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta. Bumi Aksara. Volume 6 Nomo2 Agustus 2016 930