LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

Menimbang : Mengingat :

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PERHOTELAN KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BERDIKARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN BELITUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA BARAT DAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH UPUN TAKA DI KABUPATEN TANA TIDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA MAKMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH CITRA MANDIRI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KAPUAS INDAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH MURA ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PELABUHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH Nomor : 15 Tahun 2002 Seri E Nomor : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI SIMEULUE PEMERINTAH ACEH QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 9 Tahun : 2010 Seri : D Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 9 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH SAPEUE PAKAT KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA UMBUL KABUPATEN MADIUN

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SWATANTRA KABUPATEN BULELENG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DISEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BHUMI PHALA WISATA KABUPATEN TEMANGGUNG

^g^ PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA TRANSPORTASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH WIRA USAHA WOLIO SEMERBAK KOTA BAUBAU

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTIK WARINGIN MULYO KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2012

DAFTAR ISI NO. URAIAN HAL 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI 1-17

NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG SERI A PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAKATOBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah, turut berperan serta dalam pembangunan perekonomian daerah, memperluas pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya termasuk memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, perlu dibentuk Perusahaan Daerah; Mengingat b. bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 177 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Wakatobi dipandang perlu memiliki Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk Perusahaan Daerah yang pembentukannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pendirian Perusahaan Daerah Kabupaten Wakatobi; : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2008 Nomor 3); 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAKATOBI dan BUPATI WAKATOBI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Wakatobi. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Wakatobi. 3. Bupati adalah Bupati Wakatobi. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wakatobi. 5. Perusahaan Daerah selanjutnya disingkat PD adalah Perusahaan Daerah Kabupaten Wakatobi. 6. Pengurus Perusahaan Daerah adalah Dewan Pengawas dan Direksi. 7. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Wakatobi. 8. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Wakatobi. 9. Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Wakatobi. BAB II STATUS HUKUM Pasal 2 (1) Perusahaan Daerah berbentuk Badan Hukum. (2) Dengan Peraturan Daerah ini merupakan dasar bagi Perusahaan Daerah dalam melakukan kegiatan usahanya. (3) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, terhadap Perusahaan Daerah diperlakukan Peraturan Hukum yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. (4) Perusahaan Daerah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Dewan Pengawas. BAB III KEDUDUKAN, NAMA DAN PENDIRIAN

Pasal 3 (1) Kantor Pusat PD Wakatobi didirikan dan berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten Wakatobi. (2) Nama PD Wakatobi adalah Aneka Usaha Wakatobi. (3) PD Wakatobi dapat membuka kantor cabang/pembantu /perwakilan dan unit usaha jasa lainnya sepanjang memungkinkan yang ditetapkan oleh Direksi dengan Persetujuan Dewan Pengawas dan diketahui oleh Bupati. (4) Perubahan nama dan bentuk PD Wakatobi dilakukan dengan persetujuan DPRD. BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4 (1) PD Wakatobi didirikan dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, turut berperan serta dalam pembangunan perekonomian daerah, memperluas pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya termasuk memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. (2) Untuk mencapai maksud dan 5 tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengelolaan dan pembinaan PD Wakatobi dilakukan berdasarkan asas ekonomi perusahaan dengan prinsip efisien dan efektif serta kegairahan kerja dalam perusahaan. BAB V LAPANGAN USAHA Pasal 5 (1) PD Wakatobi adalah Badan Usaha Milik Daerah yang merupakan salah satu kelengkapan Otonomi Daerah di bidang perekonomian, dan dalam menjalankan usahanya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PD Wakatobi menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang : a. pariwisata meliputi pengembangan sarana dan prasarana wisata, industri pariwisata, perhotelan dan restoran, serta jasa wisata lainnya; b. jasa konstruksi dan jasa non konstruksi; c. perhubungan, transportasi darat, laut dan udara; d. informasi meliputi pengembangan teknologi, sarana dan prasarana informasi dan bidang percetakan; e. pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan termasuk pembibitan, pengolah dan pendistribusiannya; f. kehutanan, meliputi kegiatan pembibitan, penanaman serta pendistribusiannya;

g. industri pengolahan hasil-hasil pertanian dalam arti luas (Agro Industri); h. kelautan dan perikanan meliputi, penangkapan, budidaya, pengolahan, suplaier dan industri pendukung serta penyediaan alat tangkap; i. perdagangan umum termasuk perdagangan eksport, import, lokal dan distributor; j. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank, atau perusahaan lain di bidang keuangan, sewa guna usaha, modal ventura dan simpan pinjam; k. melakukan kegiatan usaha lain, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI MODAL Pasal 6 (1) Modal PD Wakatobi merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Wakatobi dan tidak terbagi atas saham-saham. (2) Besarnya modal PD Wakatobi pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan adalah sebesar Rp. 5.000.000.000,- (Lima Miliar Rupiah) sebagai modal penyertaan Pemerintah Kabupaten Wakatobi. (3) Penyertaan modal yang berasal dari pihak ketiga dimungkinkan sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Setiap penambahan dan/atau pengurangan penyertaan modal daerah yang tertanam pada PD Wakatobi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 8 Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh PD Wakatobi disimpan dalam bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB VII PEMBINAAN Pasal 9 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan secara umum terhadap PD Wakatobi. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Bupati mewakili Pemerintah Kabupaten Wakatobi selaku pemegang saham tunggal.

(4) Bupati dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada Pejabat Pemerintah Kabupaten Wakatobi untuk mewakilinya sebagai Pemegang Saham Tunggal. (5) Pihak yang menerima kuasa substitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mendapat persetujuan Bupati dalam mengambil Keputusan mengenai : a. perubahan anggaran dasar; b. perubahan jumlah modal; c. penggunaan laba; d. pengalihan aset tetap; e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama antar perusahaan; g. pengesahan rencana kerja dan anggaran tahunan; dan h. penggabungan, peleburan, pengambil-alihan dan pembubaran perusahaan. BAB VIII KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH WAKATOBI Pengurus PD Wakatobi terdiri atas : a. Dewan Pengawas; b. Direksi. Pasal 10 BAB IX DEWAN PENGAWAS Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 11 (1) Dewan Pengawas diangkat oleh Bupati dengan persetujuan DPRD. (2) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari orang yang profesional sesuai dengan bidang usaha PD Wakatobi. (3) Untuk dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas harus melalui uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan oleh DPRD. (4) Pengangkatan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. warga negara Indonesia; b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. mempunyai akhlak dan moral yang baik; d. sehat jasmani dan rohani; e. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;

f. mempunyai waktu yang cukup; g. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di perusahaan yang dibuktikan dengan Surat Keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; h. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau Dewan Pengawas sampai dengan derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar. (5) Calon Dewan Pengawas diutamakan bertempat tinggal di ibukota kabupaten. (6) Pengangkatan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 12 Jumlah Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang, seorang diantaranya dipilih menjadi Ketua merangkap anggota. Pasal 13 (1) Dewan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatannya. (2) Masa Jabatan Dewan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Dewan Pengawas untuk kedua kalinya dilakukan dengan persetujuan DPRD karena : a. mampu mengawasi PD Wakatobi sesuai dengan program kerja; b. mampu memberikan saran kepada Direksi agar PD Wakatobi mampu bersaing dengan perusahaan lainnya; c. mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan di masa yang akan datang. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 14 Dewan Pengawas PD Wakatobi mempunyai tugas sebagai berikut : a. melakukan penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan Perusahaan Daerah; b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan operasional dan kepengurusan Perusahaan Daerah; c. melakukan penetapan kebijakan anggaran dan keuangan Perusahaan Daerah; d. melakukan pembinaan dan pengembangan Perusahaan Daerah; e. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; f. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang dilakukan oleh Direksi;

g. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan neraca dan perhitungan laba rugi; h. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati atas kinerja Perusahaan Daerah. Pasal 15 (1) Dewan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut : a. menyampaikan Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran Perusahaan Daerah kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahaan; b. meneliti Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disampaikan Direksi untuk mendapatkan pengesahan Bupati; c. memberikan pertimbangan dan saran, diminta dan tidak diminta kepada Bupati untuk perbaikan dan pengembangan Perusahaan Daerah; d. meminta keterangan Direksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengawasan dan pengelolaan perusahaan; e. mengusulkan Pemberhentian Sementara anggota Dewan Direksi kepada Bupati; f. menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas tertentu. (2) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang bertanggungjawab kepada Bupati. (3) Pertanggungjawaban Dewan Pengawas dilakukan secara tertulis yang ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Badan Pengawas ditembuskan kepada DPRD. Pasal 16 (1) Ketua Dewan Pengawas mempuyai tugas : a. memimpin semua kegiatan anggota Dewan Pengawas; b. menyusun program kerja pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Bupati; c. memimpin rapat Dewan Pengawas; d. membina dan meningkatkan tugas para Anggota Dewan Pengawas. (2) Anggota Dewan Pengawas mempunyai tugas : a. membantu Ketua Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya menurut bidang yang ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengawas; dan b. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Dewan Pengawas.

Pasal 17 (1) Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat mengadakan rapat atas permintaan Ketua Dewan Pengawas. (2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas dan dianggap sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari anggota Dewan Pengawas. Bagian Ketiga Penghasilan dan Penghargaan Pasal 18 Dewan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium. a. Ketua Dewan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empat puluh persen) dari penghasilan Direktur Utama; b. Sekretaris Dewan Pengawas menerima honorarium sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dari penghasilan Direktur Utama; c. Anggota Dewan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% (tiga puluh persen) dari penghasilan Direktur Utama. Pasal 19 Selain honorarium, kepada Dewan Pengawas setiap tahun diberikan jasa produksi. Pasal 20 Dewan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugas dan kewenangannya; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan PD Wakatobi. Pasal 21 (1) Apabila Dewan Pengawas karena kesehatannya sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, maka Bupati memberhentikan sementara. (2) Apabila Dewan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d dan huruf e, maka Bupati segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terbukti, Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan Keputusan Bupati tentang pemberhentian sebagai Dewan Pengawas.

Bagian Keempat Ketentuan Lain-Lain Pasal 22 (1) Untuk membantu tugas-tugas Dewan Pengawas dibentuk Sekretariat yang terdiri dari 2 (dua) orang. (2) Honorarium Sekretariat ditetapkan oleh Dewan Pengawas dan dibebankan kepada PD Wakatobi. Pasal 23 (1) Besarnya Jasa Produksi untuk Direksi, Dewan Pengawas, Pegawai dan tenaga kerja lainnya ditetapkan maksimum 20% dari laba bersih tahun bersangkutan setelah di audit. (2) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Direksi, Dewan Pengawas, Pegawai dan tenaga kerja lainnya ditetapkan oleh Direksi. BAB X DIREKSI Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 24 (1) PD Wakatobi sehari-hari dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang Direktur. (2) Direksi diangkat oleh Bupati yang berasal dari swasta atas usul Dewan Pengawas. (3) Dalam hal calon Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan berasal dari swasta, maka yang bersangkutan harus melepaskan terlebih dahulu status kepegawaiannya. (4) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. warga negara Indonesia; b. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. mempunyai akhlak dan moral yang baik; d. sehat jasmani dan rohani; e. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia; f. mempunyai pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana; g. mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di perusahaan yang dibuktikan dengan Surat Keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan penilaian baik; h. membuat dan menyajikan proposal tentang visi, misi dan strategi perusahaan;

i. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau Dewan Pengawas sampai dengan derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar. (5) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 25 (1) Masa jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. (2) Pengangkatan untuk masa jabatan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja PD Wakatobi. (3) Anggota Direksi dapat diangkat dengan batas usia maksimal 60 (enam puluh) tahun. Bagian Kedua Tugas dan Kewenangan Pasal 26 Direksi dalam mengelola PD Wakatobi mempunyai tugas sebagai berikut : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PD Wakatobi; b. menyampaikan rencana kerja 5 (lima) tahunan dan rencana kerja Anggaran PD Wakatobi kepada Dewan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan; c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas; d. membina pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan PD Wakatobi; f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili PD Wakatobi baik di dalam maupun di luar pengadilan; h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan laba rugi kepada Dewan Pengawas. Pasal 27 Direksi dalam mengelola PD Wakatobi mempunyai wewenang sebagai berikut : a. mengangkat dan memberhentikan tenaga kerja lainnya; b. mengangkat, memindahtugaskan dan memberhentikan pegawai dari jabatan di bawah Direksi; c. menetapkan besaran gaji, tunjangan dan jasa produksi pegawai dari jabatan di bawah Direksi dan tenaga kerja lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. menandatangani neraca dan perhitungan laba rugi; e. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.

Pasal 28 Direksi memerlukan persetujuan dari Dewan Pengawas dalam hal-hal : a. mengadakan perjanjian-perjanjian kerja sama usaha dan atau pinjaman yang mungkin dapat berakibat kurangnya aset dan membebani anggaran PD Wakatobi; b. memindahtangankan atau menghipotekkan atau menggadaikan benda bergerak dan/atau tak bergerak milik PD Wakatobi; c. penyertaan modal dalam perusahaan lain. Bagian Ketiga Tahun Buku, Laporan Keuangan dan Tahunan Pasal 29 (1) Tahun Buku PD Wakatobi adalah tahun takwim. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun buku, Direksi menyampaikan laporan keuangan kepada Bupati melalui Ketua Dewan Pangawas untuk mendapatkan pengesahan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi tahunan setelah diaudit oleh akuntan publik dan atau badan yang ditunjuk dan ditembuskan ke DPRD. (3) Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan yang telah mendapat pengesahan dari Bupati memberikan kebebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Dewan Pengawas. (4) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun buku, Direksi telah mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran PD Wakatobi. (5) Apabila pada tanggal 31 Desember tahun berjalan Dewan Pengawas belum mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran PD Wakatobi yang diajukan, maka dianggap telah disahkan. (1) Penghasilan Direksi terdiri dari : a. gaji; b. tunjangan; c. jasa produksi. Bagian Keempat Penghasilan dan Hak-Hak Direksi Pasal 30 (2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Bupati. (3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan oleh Direksi.

Bagian Kelima Cuti Pasal 31 (1) Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut : a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. cuti besar/cuti panjang, selama 2 (dua) bulan untuk setiap kali masa jabatan; c. cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan untuk Direktris; d. cuti alasan penting; e. cuti sakit. (2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Bupati atau pejabat yang ditunjuk; (3) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e, dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas; (4) Direksi selama melaksanakan hak cuti mendapat penghasilan penuh dari PD Wakatobi. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 32 Direksi diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program yang telah disetujui; e. terlibat dalam tindakan yang merugikan PD Wakatobi; f. dihukum pidana berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 33 (1) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c, huruf d dan huruf e, Dewan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti, Dewan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati.

Pasal 34 Bupati paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan dari Dewan Pengawas, sudah mengeluarkan : a. Keputusan Bupati tentang pemberhentian sebagai Direksi yang melakukan perbuatan dalam Pasal 32 huruf c, huruf d dan huruf f; b. Keputusan Bupati tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi yang melakukan perbuatan dalam Pasal 32 huruf e. Pasal 35 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, huruf b dan huruf c, diberhentikan dengan hormat. (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf d, huruf e dan huruf f, diberhentikan tidak dengan hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (4) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c selain diberikan uang pesangon sebesar 5 (lima) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (5) Direksi yang diberhentikan karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan PD Wakatobi. Pasal 36 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Dewan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Bupati. Pasal 37 (1) Bupati mengangkat Pelaksana Tugas (Plt) apabila Direksi diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. (2) Pengangkatan pelaksana tugas ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan. Pasal 38 Direksi tidak boleh memangku jabatan rangkap baik di PD Wakatobi atau perusahaan lainnya. Pasal 39 Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja perusahaan, Bupati selaku Kepala Daerah dapat mengganti Direksi.

Pasal 40 Direksi yang akan melakukan Perjalanan Dinas keluar negeri harus mendapat Izin dari Bupati. Pasal 41 Dana representatif disediakan dari anggaran perusahaan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penghasilan Direksi dalam 1 (satu) tahun yang diterima pada bulan terakhir dan penggunaannya diatur oleh Direksi secara efisien dan efektif dalam rangka pengembangan PD Wakatobi. BAB XI PENGELOLAAN BARANG MILIK PD WAKATOBI Pasal 42 Tata cara pengelolalaan barang milik PD Wakatobi dilakukan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XII PEMBAGIAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN Pasal 43 (1) Laba bersih setelah dikurang dana penyusutan dan pajak menurut perundang-undangan yang berlaku dibagi untuk : a. kas daerah : 35 % b. dana pembangunan daerah : 10 % c. cadangan umum : 30 % d. dana kesejahteraan pegawai : 5 % e. jasa produksi : 10 %. (2) Pengguna Dana Cadangan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, diatur dengan Keputusan Bupati. BAB XIII PEMBUBARAN PD WAKATOBI Pasal 44 (1) Pembubaran PD Wakatobi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Sebelum pembubaran PD Wakatobi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu dilakukan penelitian dan penilaian harta kekayaan PD Wakatobi oleh suatu Tim Likuidasi yang dibentuk dengan Keputusan Bupati. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Likuidasi bertanggung jawab kepada Bupati. (4) Sisa kekayaan PD Wakatobi setelah diadakan likuidasi menjadi milik Pemerintah Daerah.

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 (1) Instansi pemerintah tidak dibenarkan membebani PD Wakatobi dengan segala bentuk pengeluaran. (2) PD Wakatobi tidak dibenarkan membiayai keperluan pengeluaran instansi pemerintah. (3) PD Wakatobi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya secara fungsional, pengawasannya dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Wakatobi dan pengawasan legislasi oleh DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 47 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi. Diundangkan di Wangi-Wangi pada tanggal 8 Maret 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WAKATOBI, Ditetapkan di Wangi-Wangi pada tanggal 8 Maret 2012 BUPATI WAKATOBI, Ttd/Cap H U G U A Ttd/Cap HARDIN LAOMO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI A