BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI DESA BUNGO KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK. A. Keadaan Umum Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB III KERJASAMA MELAUT DI DESA BUNGO KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

A. GAMBARAN UMUM LOKASI KKN

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA TANAH SAWAH DIJADIKAN TAMBAK DI DESA MOJOPUROGEDE KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

BAB III JUAL BELI IKAN DIDALAM BLUNG DI TPI DESA UJUNG BATU KEC. JEPARA KAB. JEPARA. A. Keadaan Umum Desa Ujung Batu Kec. Jepara, Kab.

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

IV. GAMBARAN UMUM. Kampung Sidoarjo Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

BAB III PRAKTEK JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Wawancara Juragan (Pemilik Perahu) di Desa Bungo

59 cukup luas untuk ukuran sebuah Desa tersebut dibatasi oleh beberapa Desa di sekitarnya, yaitu: a. Sebelah utara Desa Margoagung b. Sebelah timur De

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

Transkripsi:

BAB III PRAKTEK MONOPOLI JUAL BELI KERANG DI DESA BUNGO KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK A. Keadaan Umum Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak 1. Letak Geografis Secara geografis Desa Bungo adalah merupakan salah satu desa dari dua puluh desa di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Desa ini terletak 18 KM sebelah utara Kota Demak. Untuk menuju pusat Kota Demak tersedia transportasi yang memadai, sehingga memudahkan penduduk untuk beraktivitas di pusat kota. Adapun batas wilayah Desa Bungo, yaitu : - Sebelah Utara : Desa Mutih - Sebelah Selatan : Desa Brahan - Sebelah Barat : Desa Menco - Sebelah Timur : Desa Tempel. 1 2. Keadaan Wilayah Luas wilayah Desa Bungo 6,088 Ha, yang terdiri dari areal pemukiman, tambak, persawahan, sungai dan lain sebagainya, dan masingmasing areal tersebut luasnya secara rinci sebagaimana tabel I berikut ini. 1 Observasi tentang deskripsi Wilayah Desa Bungo, pada tanggal 7 Desember 2004. 43

44 Tabel I Luas Wilayah Desa Bungo Per-Area 2 No Jenis Penggunaan Tanah Luas Ha 1. Tanah sawah : 2. 3. 4. 5. 6. - Sawah irigasi ½ teknis - Sawah tadah hujan Pemukiman Tanah Kas Desa Lapangan Perkantoran Pemerintah Lain-lain 300 400 6 24 0,750 3,607 55,593 3. Keadaan Demografi Sesuai dengan demografi desa, penduduk Desa Bungo berjumlah 6.445 jiwa yang terdiri dari 3.275 laki-laki dan 3.170 perempuan. Adapun jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin sebagaimana dalam tabel II berikut ini. Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin 3 No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 0 4 381 392 773 2. 5 9 404 413 817 2 Data Demografi Desa Bungo tahun 2003. 3 Data Wilayah Kependudukan Desa Bungo Tahun 2003.

45 3. 10 14 355 375 720 4. 15 19 313 335 648 5. 20 24 256 281 537 6. 25 29 230 221 451 7. 30 39 403 394 797 8. 40 49 266 274 540 9. 50 59 184 192 376 10. 60 + 176 260 336 Di samping itu di Desa Bungo juga terdapat sarana pendidikan formal yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyyah. Selain pendidikan formal, juga terdapat sarana pendidikan non formal seperti : tempat pengajian ilmu agama yang bertempat di Masjid dan Mushalla. Adapun tingkat pendidikan penduduk di Desa Bungo adalah sebagaimana tabel III berikut ini. Tabel III Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 4 No Jenis/ Tingkat Pendidikan Jumlah 1. 2. 3. Tamat Akademik / Perti Tamat SLTA / sederajat Tamat SLTP / sederajat 30 orang 382 orang 814 orang 4 Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa.

46 4. 5. 6. 7. Tamat SD / sederajat Tidak tamat SD Belum tamat SD Tidak sekolah 2.334 orang 2.213 orang 242 orang 549 orang 4. Keadaan Keagamaan Desa Bungo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang masyarakatnya homogen, dalam arti warga masyarakat Bungo kebanyakan orang-orang pendatang Tiong Hua, maupun pribuminya. Hal ini yang melatarbelakangi kehidupan beragama di Bungo heterogen. Berdasarkan data statistik yang penulis peroleh yang berisi tentang klasifikasi penduduk berdasarkan pemeluk agama yaitu: 1. Agama Islam : 2518 orang 2. Agama Katholik : 52 orang 3. Agama Protestan : 42 orang 4. Budha : 2 orang 5. Hindu : 3 orang 6. Kepercayaan : 2 orang. 5 Melihat data di atas, di Desa Bungo terdapat kemajemukan di bidang agama. Namun demikian kehidupan beragama dalam masyarakat terjalin harmonis. 6 5 Daftar Monografi Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak

47 Sebagai kegiatan kerohaniahan untuk meningkatkan dan mempertebal keimanan, para tokoh Agama Islam yang berada di wilayah nelayan mengadakan kegiatan keagamaan yang berupa : pengajian malam Jum at bagi ibu-ibu dengan cara berkeliling di rumah mereka, pengajian malam Senin bagi bapak-bapak dengan cara berkeliling juga. 7 Adapun kegiatan Agama Islam yang ada di Desa Bungo sudah berjalan lancar, hal ini terlihat dalam PHBI Masjid Bungo dan Mushalla mengadakan peringatan dengan cara mengadakan pengajian umum untuk kegiatan Mingguan diadakan Ja iyyah Tahlil, Dziba iyah dan Majlis Ta lim, untuk Selapanan diadakan setiap Hari Sabtu yang diikuti lima desa yang ada di sekitar wilayah tersebut. Kegiatan ini sudah terorganisir, bahkan dari kegiatan ini sudah mempunyai barang-barang inventaris untuk keperluan kelompok, misalnya kendaraan roda empat/ mobil, tenda, piring, gelas dan pengeras suara. Sedangkan kegiatan tahunan yaitu bila datang Hari Raya Idul Fitri, para remaja Masjid atau Mushalla membentuk kepanitiaan untuk menangani zakat fitrah dan takbir keliling. 8 5. Keadaan Sosial Ekonomi Perekonomian di Desa Bungo ini lebih benyak ditunjang oleh sektor pertanian. Hal ini disebabkan dari mayoritas dari masyarakat tersebut adalah petani, meskipun terdapat pula pegawai dan pedagang. 6 Wawancara dengan K.H. Abdul Hamid sebagai tokoh agama tanggal 18 Januari 2005. 7 Ibid. 8 Wawancara dengan K.H. Abdul Fathir Imam Masjid sebagai tokoh agama tanggal 18 Januari 2005.

48 Namun mereka hanya minoritas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel V sebagai berikut. Tabel V Jenis Pekerjaan/ Profesi Masyarakat Desa Bungo Kecamatan Wedung Kab. Demak 9 No Jenis Pekerjaan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Buruh Petani Pedagang / Wiraswasta Pengrajin Pegawai Negeri Sipil TNI / POLRI Penjahit Montir Sopir Pramuwisa Karyawan Swasta Kontraktor Tukang Kayu 1.335 orang 727 orang 240 orang 3 orang 9 orang 8 orang 66 orang 3 orang 21 orang 26 orang 284 orang 2 orang 13 orang 9 Laporan Monografi Data Dinamis Bulan Desember 2003, hlm. 9.

49 14. 15. Tukang Batu Guru Swasta 18 orang 13 orang. Sedangkan dari segi mata pencaharian penduduk Desa Bungo bersifat hiterogen, artinya terdiri dari dari bebrapa jenis mata pencaharian seperti petani, buruh tani, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tabel V. Di samping itu, terdapat juga kelembagaan ekonomi seperti industri kerajinan, usaha perikanan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VI berikut. Tabel VI Jumlah Kelembagaan Ekonomi 10 No Jenis Lembaga Ekonomi Unit Jumlah 1. Industri Kerajinan 3 9 orang 2. Industri Pakaian 2 6 orang 3. Industri Makanan 4 8 orang 4. Warung Kelontong 38 26 orang 5. Angkutan 16 30 orang 6. Pasar 1-7. Tengkulak - 240 orang 10 Ibid., hlm. 10.

50 8. Usaha Peternakan 42 42 orang 9. Usaha Perikanan 448 1.320 orang Saran transportasi yang ada di Desa Bungo sudah cukup memadai, akan tetapi alat transportasi menuju ke pusat kota masih kurang, sebagaimana dalam tabel VII berikut ini. Tabel VII Jumlah Sarana Transportasi 11 No Jenis Alat Transportasi Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ojek Becak Dokar Mini bus Perahu bermotor Sepeda motor Mobil 60 orang 1 orang 1 orang 5 orang 165 orang 126 orang 16 orang B. Keadaan Khusus Desa Bungo Kecmatan Wedung Kabupaten Demak Sebagai obyek penelitian, penulis mengambil daerah nelayan yang ada di Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak. Sebab di Desa ini terdapat 11 Ibid., hlm. 11.

51 praktek monopoli dalam jual beli, yaitu jual beli kerang hasil tangkapan para nelayan. Pada dasarnya kelompok nelayan atau warga nelayan ini tidak beda jauh dengan warga Desa di Wilayah Kecamatan Wedung Kab. Demak. Hal ini disebabkan di sebelah utara Desa Bungo terdapat sungai yang bermuara di laut Jawa yang terletak di sebelah barat Desa Bungo. Jadi Desa Bungo sangat strategis bagi nelayan untuk melaut. Sebab jarak antara perkampungan dengan laut dapat ditempuh dengan waktu 15 menit. Keadaan geografis ini yang mempermudah bagi nelayan untuk melaut, sebab mereka bisa berangkat melaut mulai pukul 06.00 WIB dan pulang sekitar pukul 14.00 WIB. Dari hasil pendapatan nelayan setiap harinya bisa mencapai Rp. 50.000,-. Pendapatan ini bisa bertambah juga bisa menurun. Hal ini tergantung dengan keadaan alam. Bila musim buratan dan kerang banyak didapat, maka penghasilan nelayan akan bertambah banyak. Akan tetapi jika musim paceklik tiba, banyak nelayan yang menukarkan barang-barang/ perabotnya untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarganya. 12 Para nelayan Desa Bungo sudah mengenal istilah jasa Perbankan. Situasi ini mereka gunakan sebagai sarana simpan pinjam. Bank dalam hal ini sangat membantu para nelayan. Hal ini dapat dilihat bagaimana para nelayan dapat membeli peralatan untuk melaut. Mereka justru menggunakan jasa Perbankan untuk meminjam uang sebagai modal. Bank yang ada di Kecamatan Wedung, yaitu BRI Unit Wedung, BPR dan KOSPIN. Selain dari 12 Wawancara dengan Said, seorang nelayan pada tanggal 09 Januari 2005.

52 bank mereka juga menerima pinjaman dari KUD Sarana Minu Primer Juana melalui organisasi tengkulak dengan nama Organisasi Tengkulak Hidayatul Iman yang berada di komplek TPI Bungo. 13 Pemanfaatan KUD oleh warga nelayan selain digunakan sebagai peminjaman yang sebagai modal usaha juga digunakan sebagai penyimpanan uang mereka. Hal ini dimaklumi karena pendapatan nelayan tidak menetap. Terkadang hasil tangkapannya banyak, dan pada suatu ketika juga menurun hingga untuk kebutuhan sehari-hari saja merasa kekurangan. Untuk itulah mereka sangat membutuhkan jasa dari bank untuk menabung atau meminjam uang. Keberadaan KUD Sarana Minu Primer Juana dalam hal ini juga sangat membantu dalam memberikan bantuan sosial. 14 Pada umumnya seroang nelayan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Mereka mempunyai watak keras dan teguh pendirian, sangat fanatik terhadap agama dan rasa sosial yang tinggi. Hal ini tercermin dari keberhasilan para nelayan dalam membangun mushalla al Jannah yang paling megah di Desa Bungo. Sedangkan jama ah putrinya juga berhasil membangun mushalla yang sangat megah pula yang diberi nama Al-Mujahidin. 15 13 Wawancara dengan Samanhudi sebagai Koordinator Daerah KUD Desa Bungo, 08 Januari 2005. 14 Wawancara dengan Bapak Ruchani seorang tokoh masyarakat Desa Bungo, 29 Januari 2005. 15 Wawancara dengan Bapak Suharnoto sebagai tokoh masyarakat Desa Bungo, 29 Januari 2005.

53 C. Pelaksanaan Jual Beli Kerang Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Setelah penulis mengadakan observasi di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak terdapat berbagai macam problematika yang ada di desa tersebut. Menurut petani nalayan hasil tangkapan kerang ditampung oleh makelar untuk kemudian ditimbang, sedang petani nelayan telah mendapatkan upahnya atau bayaran sesuai dengan hasil tangkapan secara kilon. Dari makelar masuk ke penampung atau tengkulak dengan selisih harga Rp. 500,00 /Kg. Setelah itu kerang-kerang tersebut dibawa ke luar kota antara lain Jakarta, Surabaya, Kudus, Jepara dan Semarang. Bagi para petani nelayan selalu menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak yang telah biasa menampung tangkapan mereka. Mengenai harga kerang ini tengkulak cenderung untuk mematok dengan harga sangat murah dibanding dengan harga di pasar. Tetapi ketika tengkulak menjual ke pasar dengan harga yang mahal. Perbandingan harga yang tidak seimbang terkadang membuat keterpaksaan para nelayan dalam menjual hasil tangkapannya. Sedangkan di sisi lain para petani nelayan mempunyai keluarga yang membutuhkan biaya besar. Sehingga di saat mendapatkan hasil yang sedikit, mereka tidak sekedar harus rela hidup irit tetapi terpaksa mencari hutang kepada tengkulak. Menurut Bapak Ciptono dan Bapak Sukarno bahwa kerang-kerang yang dihasilkan dari melaut sebelumnya sudah dipilah-pilah, antara kerang mahal dan kerang biasa/ murah. Untuk kemudian Bapak Ciptono dan Bapak

54 Sukarno menimbang, mencatat hasil tangkapan tersebut dan kemudian memberikan upahnya kepada petani nelayan. Bila buruh nelayan itu ada empat atau lima maka itu merupakan tanggungan petani nelayan untuk membayarnya. Jadi upah buruh di sini berdasarkan hasil tangkapan. Makin banyak tangkapan kerang makin banyak pula bayaran bagi para buruh nelayan. Menurut Bapak Samanhudi, petani nelayan merupakan pekerjaan yang biasa dikerjakan orang dewasa sedangkan tenaga buruh atau buruh jasa bisa dikerjakan oleh orang muda sebagai kuli antar dengan gerobak maupun roda dua. Selain itu ada juga yang menjadi buruh lembur biasa dikerjakan pada malam hari untuk menguliti kerang, sehingga kerang yang terkelupas siap diantar ke luar kota dibawa truk-truk pengangkut kerang bila malam hari dengan tujuan Jepara, Kudus, Surabaya, Semarang. Di kota-kota besar tersebut dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi, artinya jika kerangkerang itu sudah sampai pada pasar-pasar besar maka masyarakat membeli kerang itu dengan harga tinggi dibandingkan pada saat kerang masih di tangan petani nelayan. Lagi pula kerang yang sudah masuk pada pasar-pasar besar kualitas dan rasa kerangpun sudah berbeda (agak layu).

55 Di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Terdapat paguyuban dalam bentuk organisasi 16, dengan tujuan memasarkan hasil tangkapan nelayan dan lancarnya transaksi jual beli kerang di Desa Bungo tersebut. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Oktober 1971, yang bernama Hidayatul Iman. Organisasi ini merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama dan telah mempunyai program yang telah ditentukan. Struktur organisasi Hidayatul Iman pada saat sekarang adalah sebagai berikut : Ketua Umum Ketua Kelompok I Ketua Kelompok II Ketua Kelompok III Ketua Kelompok IV Ketua Bidang Sosial Sekretaris Bendahara Pembantu : Bpk. Samanhadi : Bpk. Ahadi : Bpk. Slamet : Bpk. Sundarto : Bpk. Daeromi : Bpk. Rohmat sukoyo : Bpk. Sutrisno : Bpk. Suharto : Bpk. Muhadi Bpk. Masrum Bpk. Rohman 16 Yang dimaksud struktur organisasi menurut The Liang Gie (1981 : 95) adalah : Suatu kerangka yang menunjukkan hubungan-hubungan di antara pejabat maupun bidang-bidang kerja satu sama lain, sehingga jelas kedudukannya wewenang beserta tanggung jawab masing-masing dalam suatu kebulatan yang tertentu.

56 Bpk. Karnyong Bpk. Karman Bpk. Kamto Bpk. Jarno Bpk. Masdi Bpk. Suyatno Keterangan : Ketua Umum Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aktivitas organisasi antara lain : - Memegang kekuasaan dan keputusan serta mengemudikan jalannya organisasi. - Mengawasi dan mengkoordinir semua anggota jam iyyah guna mencapai tujuan organisasi. - Menentukan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan serta pengawasan. Pembantu - Membantu ketua dalam menjalankan tugasnya. - Membantu dalam melaksanakan program-program.

57 Sekretaris Membantu menyelenggarakan administrasi antara lain : - Mencatat dan mendistribusikan surat masuk. - Menyimpan data untuk keperluan rapat dan mencatat hasil rapat. - Merupakan perantara antara pimpinan dan bawahan. Bendahara - Bertanggung jawab atas keluar masuknya uang kas. - Mengadakan pencatatan semua transaksi yang berhubungan dengan kas. Ketua Kelompok Tugas masing-masing ketua kelompok antara lain : Ketua Kelompok I : Betugas masalah jam iyyah yang dalam tugasnya dibantu oleh beberapa orang. Ketua Kelompok II : Bertugas di bagian sosial, ia juga dinatu oleh beberapa orang bersamanya. Ketua Kelompok III : Bertugas di bagian penangkapan dan keamanan. Ketua Kelompok IV : Bertugas di bagian pemasaran, ia juga dinatu oleh beberapa orang.

58 Personalia Organisasi 1. Jumlah Perahu Adapun jumlah perahu 225 buah, terdiri dari perahu besar sebanyak 250 perahu dan perahu kecil 5 perahu. 2. Jumlah nelayan Dalam melaut guna mencari kerang dan sebagainya terdapat jumlah nelayan sebanyak 655 orang, yang meliputi : tenaga kerja pria, mereka dibagian : Bungo Utara : 125 orang Bungo Tengah : 22 orang Bungo Barat Jumlah : 67 orang : 214 orang Selebihnya sebagai buruh jasa. 3. Hasil tangkapan ikan Adapun hasil tangkapan nelayan meliputi : kijing, kerang, udang, kiser, kepiting, dan lain-lain. 4. Harga Daftar harga yang tertera berikut ini adalah hasil wawancara langsung dengan pengelola organisasi adalah sebagai berikut:

59 No Jenis Berat/Perahu (Kg) Harga / Kg (Rp) 1. Kijing 70 Kg 1.200,00-1.700,00 2. Kerang 40 Kg 2.500,00-4.000,00 3. Kiser 25 Kg 400,00-1.100,00 4. Udang 15-20 Kg 6.500,00-12.000,00 5. Alat nelayan Adapun alat yang digunakan petani nelayan dalam menangkap hasil tangkapannya sebagai berikut : a. Garuk Adalah jenis alat yang diguanakan nelayan terbuat dari kawat untuk menghasilkan ikan dan biasanya diletakkan di belakang perahu. b. Corok Adalah sejenis garuk besar penghasil berbagai macam ikan, udang, kerang, kepiting, rajungan, dan lain-lain. Alat inilah yang dilarang oleh pemerintah karena merusak alam sekitarnya. c. Jaring Ialah alat yang digunakan nelayan untuk menaring udang atau ikan dalam jumlah besar.

60 6. Jaminan Sosial Seperti halnya organisasi lainnya yang menginginkan anggota jam iyyahnya merasa aman dan nyaman, maka organisasi Hidayatul Iman memberikan sesuatu jaminan sosial. Jaminan sosial diberikan dengan harapan untuk merangsang jam iyyah mempunyai loyalitas pada organisasi Hidayatul Iman. Adapun jaminan yang diberikan kepada anggota jam iyyah antara lain : a. Beberapa tunjangan, meliputi : 1) Tunjangan Hari Raya 2) Tunjangan kesehatan, dengan pengobatan secara gratis di Puskesmas b. Bantuan kecelakaan di laut sebesar 10% dari 500 harga kerusakan perahu. c. Sumbangan kematian yang diberikan kepada keluarga jam iyyah yang tertimpa musibah. Kematian perorang ditarik Rp. 1.000,00 d. Sedekah laut, yaitu diadakan selamatan tiap hari Rabu Legi Bulan Muharram. Selain hal tersebut di atas, latar belakang terjadinya praktek monopoli jual beli kerang di TPI Desa Bungo disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

61 1. Nelayan mengharapkan dalam setiap menjual hasil tangkapannya langsung mendapatkan bayaran secara kontan. Dalam hal ini tengkulak sanggup memenuhi harapan mereka untuk membayar kontan. 17 2. Bila musim kemarau datang, perahu di dermaga TPI Bungo tidak bisa bersandar karena penuh lumpur. Dalam keadaan demikian tidak memungkinkan para nelayan untuk berlabuh ke dermaga TPI. Akibatnya mereka menjual hasil tangkapannya di luar TPI Desa Bungo. 18 3. Menghindari adanya potongan pembayaran pajak di TPI bagi nelayan dan bakul kerang. Walaupun pada dasarnya hasil pembayaran pajak tersebut akan kembali kepada nelayan itu sendiri dan pajak ini adalah merupakan Peraturan Pemerintah melalui PERDA No. I Tahun 1984, Perda tersebut berisi antara lain sebagai berikut: BAB IV tentang Pungutan, PASAL 6 (1) : Setiap pengguna tempat pelelangan ikan, dikenakan pungutan sebesar 8% dari hasil lelang dengan perincian sebagai berikut : a. 5 % di pungut dari nelayan. b. 3 % di pungut dari bakul. 19 Dengan adanya potongan sebagai pajak atau sewa TPI tersebut, membuat para nelayan dan tengkulak menghindarinya. 20 Akhirnya para 2005. 17 Wawancara dengan Suwardi sebagai bendahara TPI Desa Bungo, tanggal 08 Januari 18 Wawancara dengan Pandu seorang nelayan, tanggal 16 Januari 2005. 19 Perda No. I/1984, hlm. 3. 20 Wawancara dengan Judi sebagai buruh nelayan, tanggal 20 Januari 2005.

62 tengkulak berinisiatif untuk menguasai TPI tersebut sebagai tempat transaksi jual beli kerang. 4. Manajemen dan mekanisme kerja di TPI yang kurang bagus. Seperti jam kerja karyawan yang tidak pasti, dan terkadang pembayaran dari hasil pelelangan kerang tidak kontan. 5. Kurangnya penyuluhan terhadap nelayan dan tengkulak oleh instansi terkait. 21 Dengan adanya faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan para nelayan dan tengkulak tidak melaksanakan mekanisme jual beli di TPI sebagai sarana dan prasarana resmi dari pemerintah setempat. Mereka hanya melakukan aktivitas yang telah dilakukan selama ini. Sejalan dengan aktivitas jual beli kerang selama ini di Desa Bungo, terdapat praktek monopoli jual beli kerang oleh para tengkulak terhadap nelayan. Seperti yang penulis utarakan bahwa warga Desa Bungo mayoritas adalah nelayan, sehingga setiap hari para nelayan itu tidak akan terlepas dari kegiatan yang berkaitan dengan penangkapan ikan atau hasil laut lainnya. Mulai dari membenahi peralatan melaut, jual beli ikan, proses pelelangan kerang dan lain sebagainya. Semuanya ini membuktikan bahwa para nelayan itu sangat menggantungkan penghidupannya pada alam, yaitu di laut. Sebagai salah satu usaha, sebagai nelayanpun bila keadaan alam itu sedang baik atau yang biasanya disebut dengan musim buratan di mana para nelayan itu bisa memperoleh penghasilan yang lebih banyak. Seperti pada nelayan kecil di 21 Wawancara dengan Samanhudi, loc. cit.

63 Desa Bungo, pendapatannya bisa mencapai Rp. 50.000,- setiap kali melaut. Musim ini biasanya adalah jatuh pada Bulan April-Agustus. 22 Setelah musim buratan itu berlalu, kemudian datanglah bulan-bulan di mana laut tidak banyak menghasilkan kerang. Keadaan seperti ini dikenal dengan musim paceklik, bila musim ini datang pendapatan nelayan sangat memprihatinkan sekali. Sebab dalam melaut mereka hanya bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp.10.000,- dan bahkan ada yang pulang tanpa hasil sama sekali. Hal inilah yang mengakibatkan nelayan rugi karena telah mengeluarkan biaya melaut untuk membeli bahan bakar motor penggerak perahu. Agar pembahasan ini lebih jelas dan rinci, maka penting untuk diketahui tentang beberapa komponen yang terdapat dalam proses melaut, yaitu terdiri dari : a. Juragan Yaitu orang yang mempunyai seperangkat alat untuk melaut yang berupa perahu, jaring, pancing, mesin motor serta peralatan lain yang mendukung untuk melaut. 23 b. Juru Mudi Yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan perahu dan sarana lain pada saat melaut. Juru mudi ini yang diwajibkan untuk lebih mengetahui daerah mana yang banyak kerangnya. 24 22 Wawancara dengan Said, loc. cit. 23 Wawancara dengan Pandu, loc. cit. 24 Wawancara dengan Said, loc. cit.

64 c. Pandego Yaitu orang yang ikut melaut sebagai pembantu juru mudi, tugasnya adalah membenahi peralatan, mengumpulkan hasil tangkapan kerang, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan kelancaran melaut. Biasanya pandego ini terdiri dari dua orang. 25 Sedangkan dalam jual beli kerang terdapat beberapa pihak yang terlibat secara langsung, antara lain : 1. Nelayan Nelayan dalam hal ini adalah orang yang mangkap ikan dilaut dan termasuk di dalamnya adalah pandego, juru mudi dan orang-orang yang ikut membantu dalam penangkapan ikan atau kerang di laut. Sebagai nelayan dia sangat dominan dalam jual beli ini, sebab jadi atau tidaknya jual beli kerang tergantung pada nelayan. Bila nelayan sudah setuju dengan harga yang ditentukan dari tengkulak, maka jual beli tersebut jadi. Sedangkan bila nelayan itu tidak setuju, maka jual beli itu tidak jadi. Walaupun demikian dalam jual beli tersebut sebenarnya mereka tidak bisa berbuat banyak dalam menentukan harga, karena harga pasaran sudah dipatok oleh tengkulak. 26 Nelayan terbagi menjadi 3, yaitu : a. Nelayan yang punya perahu tapi tidak melaut. b. Nelayan yang punya perahu juga melaut. c. Orang tidak punya perahu tapi melaut atau disebut buruh. 25 Ibid. 26 Wawancara dengan Judi, loc. cit.

65 Bagi para nelayan tersebut bila menginginkan bayaran kontan dari hasil penjualan kerangnya maka mereka akan menjualnya pada tengkulak. Sebab selama ini tengkulak yang menjadi pemborong tunggal terhadap berapapun banyaknya kerang hasil nelayan. 2. Tengkulak Kerang Tengkulak adalah pihak yang akan memborong semua hasil tangkapan nelayan berupa kerang dengan cara menghadang nelayan yang baru saja lepas dari melaut sebelum para nelayan membawa hasil tangkapannya sampai ke TPI. Jadi mereka telah siap dengan perabot jual beli kerang, seperti timbangan, uang pembayaran dan peralatan lainnya di dekat dermaga. Jadi, mereka mengadakan transaksi tidak di TPI melainkan di dekat dermaga sebagai tempat jual beli kerang dan berbagai tangkapan nelayan saat melaut. 27 D. Dampak Positif dan Negatif Praktek Monopoli Jual Beli Kerang di Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak Praktek monopoli jual beli kerang sebagai aktivitas jual beli di Desa Bungo mempunyuai dampak positif dan negatif. a. Dampak Positif Dampak positif dari praktek monopoli jual beli kerang di Desa Bungo bagi nelayan maupun tengkulak itu sendiri adalah: 27 Wawancara dengan Parlan sebagai tengkulak,, tanggal 19 Januari 2005.

66 1) Bagi nelayan - Nelayan akan mendapatkan kemudahan dalam pembayaran, sebab dalam prakteknya ketika kerang telah ditimbang kemudian uang segera diberikan kepada nelayan tersebut. Pembayaran kontan seperti inilah yang diharapkan oleh para nelayan untuk mencukupi kebutuhan sehai-hari mereka. - Para nelayan dapat melakukan transaksi secara langsung di tempat untuk menentukan seberapa besar harga kerang tersebut, kemudian baru terjadilah kesepakatan mengenai harga. - Biaya transportasinya murah dan bahkan tanpa uang untuk biaya transportasi mereka, seperti tidak harus ke pasar umum atau TPI untuk menjual hasil tangkapannya. - Tidak terkena potongan 5% dari penghasilan nelayan, seperti halnya yang diberlakukan oleh Perda No. I Tahun 1984. Karena para nelayan tidak menggunakan sarana jual beli di TPI, sehingga tidak banyak mengurangi penghasilan nelayan. - Mudah mendapatkan bantuan/ pinjaman uang sebagai modal usaha. - Mendapat bantuan modal berupa peralatan bila perlatan yang digunakan rusak atau perlu penambahan peralatan untuk menangkap kerang.

67 2) Bagi tengkulak - Tengkulak di Desa Bungo akan mendapatkan barang dagangan dengan mudah karena tidak terdapat saingan. - Tengkulak dapat menentukan sendiri harga pasarannya sehingga harga yang dipatoknya memungkinkan lebih rendah dari harga kerang di pasar secara umum, sehingga tengkulak mendapat keuntungan jauh lebih besar. - Tengkulak tersebut tidak dikenakan pajak 3%, atas pemberlakuan Perda No. I Tahun 1984, karena tidak menggunakan TPI sebagai sarana jual belinya. b. Dampak Negatif 1) Bagi nelayan - Dalam melakukan transaksi jual beli, mereka tidak mengetahui seberapa besar harga kerang di pasaran umum, sehingga transaksi itu didasarkan atas harga penawaran yang dilakukan tengkulak dan harga yang disepakati adalah harga tertinggi di bawah harga umum di pasaran. - Tidak terdapatnya tempat yang layak untuk sarana transaksi, karena semua itu dilakukan bukan di TPI atau pasar umum. - Terkadang timbul ketidakpuasan atas kerugian yang dialami setelah mengetahui harga umum di pasaran saat itu yang terkadang lebih tinggi dari harga penjualan saat itu.

68 2) Bagi tengkulak Konsekuensinya bagi tengkulak harus menyediakan uang lebih dari cukup, karena mereka harus membayarnya dengan uang kontan. Selain itu tengkulak harus menyediakan biaya transportasi berlipat, karena rute perjalanan untuk mendapatkan kerang tersebut tidak bisa dijangkau dengan mobil. Dengan demikian para tengkulak harus mengangkutnya dengan gerobak dorong dengan tanaga manusia atau naik sepeda motor (ojek) untuk menuju jalan raya yang bisa dilalui kendaraan roda empat (mobil). Setelah itu baru bisa dibawa ke sasaran atau kota-kota besar yang menjadi agen pemasaran selama ini, seperti: Jepara, Kudus, Semarang, Surabaya dan bahkan ke Jakarta. Di sisi lain kerugian dialami oleh instansi terkait. Sebab sebagai akibat dari praktek monopoli tersebut, Pemerintah Daerah Dati II Demak dalam hal ini pengelola TPI di Desa Bungo Kec. Wedung Kab. Demak mengalami kerugian. Pemerintah tidak mendapatkan pajak atas penggunaan sewa TPI sebesar 8% dengan perincian 3% dari nelayan dan 5% dari pedagang/ pembeli kerang. Selain itu, pihak instansi pemerintah merasa kesulitan untuk mendata para nelayan dan kesulitan juga dalam mengontrol aktivitasnya di laut serta seberapa banyak hasil tangkapannya. Karena pihak pemerintah hanya bisa mengetahui segala aktivitas para nelayan tersebut melalui TPI sebagai tempat resmi jual beli hasil tangkapan nelayan di laut.